26. Kembali Memiliki

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Liora terkejut menemukan Samuel yang berdiri menunggunya di lobi kantor. Membuat wanita itu geleng-geleng karena pria itu sama sekali tak risih menjadi pusat perhatian para karyawan yang pernah menjadi bawahan pria itu.

“Kenapa kau di sini? Aku sudah bilang tak perlu menjemputku,” desis Liora ketika pria itu melebarkan lengan untuknya dan mendaratkan kecupan di pipi kanan dan kiri seperti biasa. Tatapan sinis yang menghujani keduanya pun sudah menjadi reaksi yang familiar dan keduanya sudah tak peduli lagi. Desas desus affair di antara keduanya juga sudah menjadi makanan sehari-hari, pun dengan pertunangan Daniel dan Alicia yang masih bertahan. Biarkan mereka semua kelelahan dengan gosip tersebut dan menghentikan diri mereka sendiri.

“Untuk membuat suasana hatimu menjadi lebih baik,” jawab Samuel dengan senyum yang melengkung tinggi.

Dan seperti biasa, Liora dibuat tertawa dengan ekspresi humor di wajah Samuel. “Aku akan mengantarmu.”

“Sebelum langsung ke apartemen Alicia.”

Samuel mengedikkan bahunya tanpa jawaban

“Tidak perlu, Samuel,” tolak Liora. Ada alasan lain ia harus menolak ajakan tersebut. Ia tak mungkin memberitahu Samuel tentang pernikahannya dan Daniel. Karena jelas Samuel datang di hari pernikahan Daniel dan Carissa.

“Kau masih berhutang makan siang denganku. Jadi … tak ada alasan kau menolak niat baikku.” Samuel meraih pergelangan tangan Liora dan membawa wanita itu ke mobilnya, mengabaikan penolakan halus Liora yang tak tahu harus membuat alasan apalagi. Butuh satu jam perjalanan untuk sampai di apartemen lamanya, yang membuat Liora harus kembali ke pusat kota tempat gedung aparteman Daniel. Saat sampai di apartemen, ia melihat Xiu yang sudah ditidurkan oleh Daniel. Pria itu baru keluar dari kamar tidur Xiu dan tatapan keduanya langsung bersirobok.

“Kau terlambat.” Daniel mengangkat pergelangan tangannya. “Satu jam lebih.”

Liora tak akan mengatakan alasannya. Ia tahu dan tak perlu diperjelas berapa lama.

Pandangan Daniel turun ke arah kantong di tangan kiri Liora. “Kau benar-benar tas berubah, Liora,” dengusnya mengejek.

Liora tak berminat menyangkal kata-kata Daniel. Ia memang menyukai barang-barang indah dan tak menolak pemberian pria mana pun yang memberinya hadiah. Meski juga tak semua pria itu bisa memberikan hadiah untuknya. Ia melangkah ke pintu kamar, bisa merasakan Daniel yang mengekor di belakangnya. Ia berhenti di meja rias dan meletakkan tas dan kantong kertas di tangannya di samping meja. Dari bayangan di cermin ia bisa melihat Daniel yang menutup pintu dan langsung menghampirinya. Menyambar kantong yang baru saja diletakkan dan membuka isinya.

“Kau pulang terlambat hanya untuk benda ini.”

“Bukan urusanmu, Daniel.” Liora mengayunkan tangan berusaha merebut benda itu, tapi Daniel lebih sigap dan melempar benda itu ke tempat sampah. “Apa yang kau lakukan?”

“Jangan membuatku menjadi suami yang buruk karena benda sialan itu, Liora. Kau pikir aku tak mampu memberikanmu benda itu?”

“Aku tak mengatakan kau tak sanggup membeli benda itu.” Liora membungkuk untuk memungut tas hitam tersebut. Hanya sedetik ia memegangnya, sebelum Daniel kembali merebutnya. Dan kali ini pria itu tak main-main, menyambar gunting di meja rias kemudian mencabik-cabik benda itu dan mengembalikannya ke tempat sampah. Sekarang ta situ benar-benar menjadi sampah dan masuk ke tempat seharusnya.

Liora hanya terperangah, menatap sakit hati pada sikap Daniel yang sudah keterlaluan. “Kau memang berengsek.”

“Setidaknya aku tidak merendahkan diri demi benda sialan itu.”

Kata-kata Daniel kali ini membuat Liora merasa direndahkan. Kedua matanya mulai memanas, tetapi ia tak akan menangis di hadapan Daniel.

“Berapa lama kau harus menghabiskan waktu bersamanya untuk benda itu, hah?”

“Cukup, Daniel. Kau sudah kelewatan,” desis Liora tajam.

“Baguslah. Sekarang giliranku, kan?” Daniel menyelesaikan kalimatnya dengan menangkap pinggang Liora dan mendorong tubuh keduanya mendarat di tempat tidur. Tubuh Liora setengah ditindih oleh tubuhnya. Wanita itu sempat meronta, tetapi kedua tangannya segera dipaku oleh Daniel di atas kepala.

Ciuman Daniel mulai turun ke rahang Liora, leher, dan semakin turun. Tangan lainnya menahan kedua pergelangan Liora sementara yang lain melucuti pakaian wanita itu. Kali ini tak ada yang menghalanginya untuk memiliki wanita ini kembali.

Liora berhenti meronta, matanya terpejam menahan air mata yang akan meleleh dengan penghinaan ini. Ia tahu sekarang dirinya adalah istri Daniel, tetapi pria itu jelas tak punya hak untuk merendahkannya dengan cara seperti ini. Yang membuat kebenciannya pada pria itu semakin dalam dan pekat.

***

Daniel menarik tubuhnya ke samping dan membiarkan tubuh telanjang Liora berbalik miring memunggunginya. Tak lama wanita itu menarik pakaian di ujung tempat tidur, mengenakan sekenanya dan bergerak turun dari tempat tidur. Melangkah ke kamar mandi.

Pandangan Daniel tercenung ke pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam. Mendengus tipis dengan kepuasan di wajahnya yang dipeluhi keringat. Sekarang tak ada alasan bagi wanita itu untuk menolaknya.

Sementara di kamar mandi, Liora membiarkan tubuhnya diguyur air dingin. Membiarkan air matanya tersamar bersama air yang mengalir. Setiap sentuhan Daniel terasa membekas di tubuhnya, bersama luka hati yang ditorehkan pria itu di hatinya. Tak akan hilang dan akan terus terjejak di sana.

Berapa lama pun ia mengguyur tubuhnya, perasaannya tak pernah membaik. Lelah dan putus asa, akhirnya ia melangkah keluar dari bilik shower dan berdiri di depan wastafel. Yang semakin memperburuk perasaannya melihat dengan mata kepalanya sendiri kissmark yang memenuhi leher dan dadanya. Pria itu benar-benar tak menyisakan apa pun selain hatinya yang sudah hancur dan remuk redam.

‘Buka pintunya, Liora.’ Suara dari balik pintu memecah lamunan Liora dan melihat gagang pintu yang diputar-putar. Merapatkan jubah mandinya, Liora membuka kunci yang langsung didorong terbuka.

“Kenapa kau lama sekali?”sergah Daniel begitu bertatapan langsung dengan Liora.

Liora tak menjawab, tetapi menyelipkan tubuhnya di antara pintu dan tubuh Daniel yang nyaris memenuhi pintu.

Daniel sama sekali tak berniat bersikap lebih serius lagi setelah memaksakan kehendaknya pada Liora, tetapi pengabaian wanita itu lagi-lagi mengusiknya. Ia menahan lengan Liora dan menghimpit tubuh wanita itu di dinding kamar mandi. “Sampai kapan kau akan bersikap memuakkan seperti ini, Liora.”

“Kenapa?” Liora membalas tatapan Daniel dengan tak kalah tajamya. “Apa kau sudah mulai bosan dengan semua ini?”

Wajah Daniel mengeras. Liora jelas tahu bagaimana menyinggung egonya sebagai seorang pria. Seperti ia yang memahami setiap lekuk tubuh Liora, wanita itu pun tahu bagaimana melukai egonya. Dulu, ia akan melakukan apa pun untuk menyenangkan hati Liora. Sekarang, sebaiknya wanita itu tahu bahwa dirinyalah yang memegang kemudi dalam hubungan mereka.

“Seperti yang kau bilang, kita baru saja memulainya, Daniel. Jangan mengeluh hanya karena sikap yang tak bisa kusembunyikan darimu.”

“Kau benar,” seringai Daniel dengan kilat licik yang melintasi kedua matanya. “Jadi jangan biarkan dirimu terlihat menyedihkan seperti ini sekali lagi. Aku menginginkanmu lebih banyak lagi.”

Liora menahan dirinya untuk meronta. Daniel tak membutuhkan bantahan atau ijinnya. Pria itu mendaratkan lumatan yang panjang di bibirnya sambil mengangkat pinggangnya, dan mendudukkannya di meja wastafel. Sekali lagi membiarkan tubuhnya digunakan untuk bersenang-senang oleh keangkuhan pria itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro