25. Keinginan Daniel

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ck, kau tak suka aku menyebutnya simpanan dan sekarang kau masih kesal aku mengakuinya sebagai istrimu juga," decak Carissa meski tahu bukan itu alasan Daniel terlihat kesal.

"Kau ingin aku menggunakan Liora untuk …"

"Kau tak mau?" penggal Carissa. "Kecuali kau pun tak berminat menidurinya juga, sehingga ide ini cukup buruk. Kalau begitu kita bisa menggunakan ibu pengganti. Kau lebih suka pilihan yang mana? Aku sama sekali tak keberatan dan dirugikan dengan kedua-duanya."

Daniel terdiam meski tak mengurangi kemarahan yang tersorot di kedua matanya. Bukan itu masalahnya dan pilihan kedua jelas sebuah ide tolol lainnya. Sudah cukup dua pernikahan ini membuat kepalanya pusing. Ia bisa gila jika harus melakukan pilihan kedua sialan itu.

"Bahkan tak ada yang dirugikan di sini, Daniel. Tak ada yang dirugikan di antara kita bertiga. Aku bisa bersenang-senang dengan pernikahan kita, sebagai istri sempurna untukmu, juga denganmu dan Liora. Xiu pun diakui statusnya, begitu pun dengan anak keduamu dan Liora. Kau bebas menginginkan berapa banyak darinya."

Daniel merasa tak menyukai tujuan Carissa akan ide tersebut meski tak menampik kebenarannya. Liora jelas akan menentang keras ide tersebut. Itu jelas akan menjadi sebuah pengkhianatan lainnya. Yang akan menambah tumpukan kebencian dan sakit hati darinya untuk Liora.

"Hentikan omong kosong ini, Carissa. Aku tak akan membahasnya." Daniel mendorong piringnya yang masih berisi setengah dan beranjak ke arah pintu.

Sudah cukup banyak pengkhianatan yang ia lakukan pada Liora. Ia jelas akan menentang keras ide Carissa. Meski mungkin pada akhirnya ia akan memiliki anak lainnya dengan Liora, tidak ada niat dan tujuan Carissa yang terlibat di sana. Satu-satunya tujuan hanyalah untuk mengikat Liora lebih kuat lagi. Dan itu masih berada jauh di depan sana. Karena hubungannya dan Liora masih buruk. Bahkan semakin memburuk, pun dengan pernikahan yang sudah menjebak wanita itu bersamanya.

Akan tetapi, pemikiran itu hanya bertahan beberapa saat saja. Ketika ia keluar dari area ruang pribadi dan memasuki area restoran yang lebih umum, pandangannya seketika menangkap Liora dan Samuel yang duduk di salah satu meja. Keduanya tengah tertawa begitu riang yang segera menciptakan gemuruh di dadanya.

Kedua tangannya terkepal kuat melihat pemandangan sialan itu. Liora menolak dirinya mentah-mentah tetapi di saat yang lain wanita malah sibuk bermesraan dengan pria lain.

"Ck, dia begitu menikmati menjadi istri simpananmu rupanya agar bisa bebas bersenang-senang dengan pria lain, ya?" Carissa tiba-tiba ada di sampingnya. Mendengus mencemooh pada Liora yang kini bangkit berdiri menuju salah pintu lain. Sspertinya menuju toilet.

Daniel merogoh saku jasnya dan memberikan kunci mobilnya pada Carissa. "Kau pulanglah lebih dulu."

Carissa mengedikkan bahu, dengan senyum yang melebar. Lalu berjalan ke arah pintu keluar sementara Daniel menyusul Liora.

***

Liora terperanjat ketika baru saja keluar dari salah satu bilik toilet dan menemukan Daniel yang berdiri bersandar pada wastafel. Kedua tangan bersilang dada dan tatapan menajam. Dilengkapi dengan gurat amarah yang mengeras di garis wajah pria itu.

Bibirnya sudah membuka hendak bertanya apa yang dilakukan pria itu di sini, tapi Daniel sudah menghambur ke arahnya. Mendorong tubuhnya ke dinding toilet. Menghimpit dan menangkap bibirnya.

Ia berusaha meronta, tetapi tubuh dan kedua tangannya ditahan oleh tubuh besar dan cekalan kuat Daniel yang membuatnya tak berdaya.

Daniel menciumnya dengan kasar, menggigit bibirnya sehingga mau tak mau ia membuka mulut untuk pria itu dan membiarkan lidah pria itu menjelajahi seluruh ruang di mulutnya.

Ciuman pria itu begitu kasar dan penuh emosi. Meluapkan amarah yang entah apa penyebabnya. Hingga akhirnya pria itu berhenti ketika ia kehabisan napas. Memberinya sedikit ruang untuk bernapas.

"Kau sudah gila?!" Liora tak menunggu napasnya kembali normal. Masih terengah keras, ia mendorong dada Daniel menjauh meski tidak bergeser seinci pun. "Lepaskan, Daniel!"

"Tidak." Seringai Daniel tertarik tinggi dengan cekalan yang malah semakin menguat. "Dan bagaimana aku tidak gila saat melihat istriku tengah sibuk bermesraan dengan pria lain sementara menolakku dengan mentah-mentah."

Napas Liora masih terengah ketika membalas kalimat Daniel. "Samuel tidak ada hubungannya dengan kita. Kau tak akan mendapatkan apa pun dari pernikahan kita selain posisimu sebagai seorang ayah bagi Xiu."

"Ah, begitu. Begitu pun denganmu. Namamu sudah tercatat sebagai ibu kandung Xiu, kan. Hanya itu yang kau butuhkan."

Kepucatan mulai merebak di wajah Liora. "A-apa maksudmu?"

Daniel melepaskan pegangan pada Liora dan menarik tubuhnya menjauh dari wanita itu.

Himpitan Daniel masih terasa di dadanya meski pria itu sudah menjauh. Kata-kata Daniel yang membuatnya sesak. "Apa maksudmu, Daniel?!" ulangnya lagi. Menahan lengan Daniel yang berbalik dam berdiri di hadapan pria itu.

Daniel hanya menyeringai.

"Apa yang kau inginkan?" Liora tahu itu bukan pertanyaan yang tepat. Daniel jelas tak akan melewatkan kesempatan dengan pertanyaan itu. Pria itu akan mengambil segala hal yang bisa diambil darinya.

Daniel menyentuhkan ujung jemarinya pada dagu Liora, sedikit mengangkat agar pandangan mereka bertemu.

Liora ingin menyentakkan tangan Daniel dari wajahnya, tetapi ia berusaha keras menahan keinginam tersebut. Takut sedikit saja membuat marah Daniel, pria itu bisa nekat melakukan apa pun untuk mencoba memisahkannya dari Xiu. Bahkan dengan pernikahan yang diinginkan pria itu, Daniel masih tak berhenti menyudutkan posisinya.

"Pernikahan ini adalah keinginanmu, Liora. Tanpa pernikahan ini, kau tahu aku bisa melakukan apa pun untuk merebut Xiu darimu."

Liora ingin menyemburkan makiannya. Ia tahu itu dengan sangat jelas. "Jangan berbasa-basi, Daniel. Aku tahu benar posisiku."

Daniel menyeringai. Ujung ibu jarinya mengelus bibir bagian bawah Liora yang memerah karena lumatannya. Ia selalu menyukai ketika meninggalkan jejak di tubuh wanita itu.

"Pikirkanlah, Liora. Berapa lama pernikahan ini akan bertahan, semua tergantung pada sikapmu. Kau tahu seberapa besarnya aku menginginkanmu. Kita tak butuh penyangkalan itu."

"Jadi kau memutuskan mengambil semuanya?"

"Ya, semuanya. Tak akan meninggalkan apa pun."

Bibir Liora menipis. Marah, frustrasi dan merasa terinjak-injak. Lebih buruk dari ketika berselingkuh di belakang Jerome. Lebih menyedihkan dari ketika memergoki perselingkuhan Daniel dan Carissa. Tapi ia tahu dirinya memang setakberdata itu. "Ya, kau akan mendapatkan semuanya. Tapi kau tahu tak akan pernah memiliki hatiku."

'Belum,' batin Daniel menjawab. 'Dan meskipun tidak, hatimu tak akan menjadi milik siapa pun selain dirimu sendiri.' Itu semua sudah lebih dari cukup.

Daniel menundukkan kepalanya, membuat jarak di antara wajah mereka semakin dekat. Membiarkan napasnya berhembus di atas permukaan wajah Liora. "Aku menginginkanmu. Nanti malam dan aku tak butuh penolakan. Sebaiknya kau tidak pulang terlambat."

Napas Liora tertahan. Daniel sengaja menciptakan jarak setipis mungkin di antara mereka. Membuat jantung Liora berdegup kencang hingga hampir melompat keluar dari dada. Kembali menyadarkan diri, Liora menyentakkan tangan Daniel dari wajahnya, kemudian berbalik dan berjalan keluar dari toilet. Jelas Daniel tak butuh penolakan atau jawaban ya dari mulutnya. Pria itu akan mendapatkan apa yang diinginkan meski ia menjawab tidak.

"Kau sudah selesai?" tanya Liora pada Samuel begitu sampai di meja. Tak mampu menyembunyikan kedongkolannya terhadap Daniel pada Samuel.

Samuel berkerut kening. Terheran dengan perubahan wajah Liora sebelum dan sesudah dari toilet. "Kau baik-baik saja?"

"Tidak." Liora mengambil tasnya. "Aku ingin kembali."

Samuel pun bergegas mengambil ponsel dan kunci mobilnya di meja, merangkul Liora dan membawa wanita itu keluar dari restoran setelah membayar semua tagihannya.

"Lain kali kau yang membayar," cegah Samuel ketika Liora sudah mengeluarkan dompet.

Tak ingin berdebat, Liora pun mengalah.

"Apakah itu Daniel?" Perhatian Samuel yang tengah membukakan pintu untuk Liora terhenti. Menatap ke arah teras restoran. Pria itu juga menatap ke arahnya dan Liora. "Apa dia membuat masalah denganmu?"

Liora enggan menjawab. Naik ke dalam mobil dan menutupnya. Membuat Samuel pun bergegas memutari bagian depan mobil dan duduk di balik kemudi. Membawa mobil memecah kepadatan lalu lintas.

"Apakah dia mengganggu pekerjaanmu?" tanya Samuel tak menyerah. "Kenapa kau tidak memgundurkan diri saja? Kau bisa kembali …"

"Aku tidak ingin membahasnya, Samuel." Liora menyandarkan kepalanya di jendela, menatap pinggir jalanan dengan kepala yang berdenyut.

"Sebaiknya kau menjauhi Daniel, Liora. Kakeknya adalah orang yang cukup berkuasa di Jepang. Ide yang buruk jika kau membuat masalah dengan Daniel. Karena kakeknya pasti akan ikut campur. Apalagi jika tahu kaulah yang membuat Daniel berakhir di penjara."

Liora menghela napas panjang. Menelaah kata-kata Samuel lebih dalam. Ia bukan tak tahu kekuasaan tuan Saito. Kekuasaan Tuan Saito terlihat jelas dalam kebencian yang tersirat di kedua mata pria tua itu ketika menatapnya. Yang dengan tanpa hati menyuruh Daniel merenggut Xiu darinya. Pria tua itu jelas tak punya hati.

Ya, itulah alasan ibu Daniel melarikan diri dari rumah dan menikah dengan ayah Daniel. Bahkan hingga Daniel remaja pun, pria tua itu masih tak memberikan restu untuk kedua orang tua Daniel. Entah apa yang membuat tuan Saito tiba-tiba mengulurkan tangan ketika Daniel berada di penjara.

Sekarang, yang Liora tahu hanya Daniel yang bisa menolongnya. Itulah sebabnya mereka menikah secara diam-diam agar hak asuh Xiu tidak diperebutkan. Karena Liora sangat sadar diri dan tahu dirinyalah yang akan kalah, bahkan sebelum perebutan dimulai. Satu-satunya solusi yang tersisa. Setidaknya Daniel tidak mengkhianatinya untuk yang satu itu. Xiu masih bisa ia peluk.

Lalu, apakah itu artinya hidupnya memang benar-benar berada di dalam genggaman Daniel? Untuk yang kesekian kalinya?

Sekali lagi mata Liora terpejam. Merasakan hatinya yang berdenyut mengingat apa yang diinginkan Daniel darinya.

Tubuhnya.

Nanti malam.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro