31. Meluruskan Kesalah Pahaman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 31 Meluruskan Kesalahpahaman

  Daniel melangkah masuk. “Jerome menyuruhku mengurus semuanya, jadi sementara waktu akulah yang bertanggung jawab atas dirinya sampai dia dan Jenna datang.”

“Jerome?” dengus Samuel. “Bukankah hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja? Kenapa dia harus mempercayakan kakak iparnya padamu? Apa istrimu tidak keberatan kau masih saja berkeliling di sekitar mantanmu?”

“Dan kenapa itu menjadi urusanmu? Tunanganmu jelas memiliki hati yang luas melihatmu masih berkeliling di sekitar mantan selingkuhanmu.”

Samuel menggeram rendah, kedua tangannya terkepal dan pegangan Liora di lengan segera mengalihkan kemarahannya pada Daniel.

“Pergilah, Samuel. Aku baik-baik saja,” bujuk Liora dengan suara lirihnya sebelum ketegangan di antara Samuel dan Daniel berubah menjadi baku hantam.

Samuel menoleh ke arah Liora, sorot matanya menunjukkan penolakan yang segera dilelehkan dengan permohonan dalam tatapan wanita itu. Mendesap panjang, akhirnya Samuel mengangguk. Menggenggam tangan Liora dan berkata, “Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu. Aku akan kembali besok pagi.”

Liora mengangguk dengan seulas senyum tipisnya, merasakan ketegangan Daniel di belakang Samuel membuatnya menjaga sikap dengan hati-hati.

Ketika berbalik, kembali pandangan Samuel dan Daniel bertemu dan dipenuhi ketegangan. Samuel mendengus tipis sebelum berjalan ke arah pintu.

Daniel menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir dengan sikap Liora dan Samuel yang sudah melewati batas. “Kalian berdua memang benar-benar tak terpisahkan, ya?”

Liora memutuskan tak menanggapi pertanyaan Daniel meski kemarahan pria itu terlihat jelas. “Di mana Xiu?”

Daniel mendengus keras. “Kau masih memikirkan dia di saat kepalamu masih dipenuhi Samuel.”

Liora memejamkan mata dan menghela napas panjangnya. Setelah semua sudah dialaminya karena memikirkan Xiu, bisa-bisanya Daniel masih menyangkutkan semua ini dengan Samuel yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan mereka. “Kaulah yang membawa Xiu hingga membuatku harus mengalami semua ini, Daniel. Apakah menyalahkan orang lain membuatmu merasa lebih baik?”

Daniel terdiam. Ya, James sudah menjelaskan semuanya. Liora nekat hendak mendatangi rumahnyalah yang membuat wanita itu terlibat kecelakaan ini. Meski ada rasa bersalah di hatinya, tetap saja gemuruh di dadanya karena Samuel yang masih berkeliling di hidup Liora membuatnya enggan mengakui kesalahannya.

“Jangan bersikap kekanakan, Daniel. Kecuali kau cemburu padanya, tak ada alasan kau harus bersikap dingin pada Samuel. Meski hubunganmu dan dia tak pernah membaik.”

Bibir Daniel menipis. Hatinya dengan lantang mengakui kecemburuan itu. Ya, siapa yang tidak cemburu melihat kedekatan istrinya dengan pria lain yang selalu menjadi musuh bebuyutannya dalam merebut perhatian Liora, di masa lalu. Bahkan setelah bertahun-tahun, persengitan di antara mereka tak pernah mereda. Apalagi jika mengingat karena Samuellah kecelakaan itu terjadi, yang membuat semua kemalangan menghancurkan hidupnya.

Daniel duduk di pinggiran tempat tidur. “Kekanakan kau bilang?”

“Aku sudah muak membahas tentang semua ini, Daniel.”

“Kau pikir aku tidak?”

“Lalu apa yang kau inginkan?”

Daniel terdiam sesaat, seringai tersungging di salah satu ujung bibirnya ketika menyanggupi pertanyaan Liora. “Baiklah, aku akan memberimu pelajaran yang sedikit lebih tegas agar kau memahani dengan benar posisimu, Liora. Pertama, aku tak suka berbagi wanita dengan pria lain.”

“Aku jelas baik-baik saja berbagi dirimu dengan wanita lain.”

“Bukan jawaban yang bagus, Liora,” geram Daniel rendah.

“Jawabanku tak pernah bagus di telingamu, kan?”

“Itulah sebabnya kau hanya perlu mendengarkanku. Apa kau masih tak mengerti?” Suara Daniel kali ini lebih tajam dan dengan emosi lebih kuat.

Liora mengalah, menutup mulutnya. Ia tahu kelemahannya sudah berada di genggaman pria itu.

“Jangan menguji kesabaranku, Liora. Kau tahu berapa banyak yang harus kukorbankan untukmu agar Xiu masih berada di pelukanmu? Lalu bagaimana denganmu?”

Liora kembali bergeming. Meski apa yang ia korbankan pun tak lebih kecil dari yang dilakukan oleh Daniel. Ia juga tak mampu menyangkal bahwa pernikahan ini pun terjadi demi dirinya. “Aku akan berusaha menjaga jarak,” ucapnya dengan lirih dan membuang pandangannya ke jendela kamar.

Senyum kepuasan tersungging di ujung bibir Daniel. “Bagus.”

Hening sejenak.

“Apa yang dikatakan oleh dokter?” Liora memecah keheningan lebih dulu. Kembali menatap Daniel yang wajahnya sudah mulai melunak karena kalimatnya.

“Kau harus berada di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama. Kakimu patah.”

Mata Liora melebar. “Berapa lama cukup lama itu?”

Daniel terdiam sesaat. “Satu sampai dua minggu.”

“Selama itu?”

Daniel mendesah pelan dengan tatapannya yang melembut lalu mengangguk.

“Tidak bisakah aku pulang lebih awal?”

“Ck, jangan keras kepala, Liora. Lakukan saja apa yang dikatakan oleh dokter.”

“Aku bisa gila jika harus menghabiskan waktu selama itu di ruangan ini. Daniel.”

“Berhenti merengek seperti anak kecil.” Daniel bangkit berdiri dan memperbaiki selimut Liora lalu berkata, “Tidurlah. Ini sudah hampir tengah malam.”

“Tunggu.” Liora menahan pergelangan tangan Daniel yang hendak beranjak pergi.

Daniel memutar kepalanya.

“Kenapa kau tiba-tiba membawa Xiu pergi?”

“Kakekku tiba-tiba ingin makan malam di rumah. Apa yang harus kukatakan jika dia tidak ada di rumah sementara kakekku tahu kalau hak asuh sudah berada di tanganku.”

Liora terkesiap pelan dengan penjelasan tersebut. Merasa bersalah telah salah paham pada Daniel. Pegangannya melonggar dan membuang pandangannya ke arah mana pun karena malu.

“Kenapa? Merasa bersalah?”

Liora mengedipkan matanya malu. “Kau yang membuatku seperti ini, kenapa aku yang harus merasa bersalah?”

Daniel mendengus tipis. “Lalu bagaimana denganmu? Tidak adakah yang ingin kau jelaskan padaku?”

Bibir Liora sudah bergerak hendak mengatakan bahwa dirinya tidak sedang bersama Daniel, tapi kembali tertutup.

“Lihatlah, semua menjadi lebih baik jika kau mendengarkan penjelasanku, kan?”

Wajah Liora membeku, tahu benar ke mana arah pertanyaan tersebut merujuk. “Aku ingin istirahat,” ucapnya lirih dan membuang pandangannya kembali ke arah jendela kamar lalu berpura memejamkan matanya.

“Dan aku tahu kau tak menemui Samuel. Kau pergi ke rumah sakit untuk melakukan kontrasepsi.”

‘Nyonya sudah bangun. Tapi …’

‘Tapi apa?’

‘Ada tuan Marsello di ruangan beliau.’

‘Apa? Bagaimana dia ada di sana?’

‘Sepertinya beliau sudah mengetahui kecelakaan tersebut dan mencari tahu nyonya di rumah sakit. Saya melihat beliau bicara dengan perawat di ruang operasi dan mengaku sebagai tunangan nyonya.’

‘Apa?’ geram Daniel dengan kedua tangan terkepal. ‘Dan ada satu hal yang sepertinya perlu Anda ketahui. Tadi sore nyonya ke rumah sakit.’

‘Rumah sakit?’

James mengangguk. ‘Beliau menemui ginekolog. Tapi saya tidak bisa mendapatkan laporannya.’

Daniel mendengus. ‘Kontrasepsi tentu saja.’

Liora kembali membuka matanya, tetapi menahan diri untuk tidak menoleh kea rah Daniel yang hanya akan membuatnya semakin malu.

Daniel menghela napas panjang, menarik selimut hingga menutupi dada sang istri sebelum ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan tidur di kasur. Ruangan kembali diselimuti keheningan.

***

Daniel menahan senyumnya setelah Liora melahap satu suapan terakhir dari tangannya. Meletakkan mangkuk sup di tangannya ke meja kecil dan mengambil jus jeruk lalu mendekat ujung sedotan di bibir. Wanita segera menyedotnya hingga habis.  Menyecapkan lidahnya dan meringis jijik.

Sejak suapan pertama, Liora mencoba menahan berengut kesal di ujung bibirnya setiap kali Daniel menyuapkan sendok sup ke mulutnya. Kenapa menu rumah sakit harus ada sup ikan? Dan ia tahu Daniel bisa melakukan sesuatu untuk menggantinya, tetapi pria itu sengaja mengabaikan protes yang terlihat jelas di kedua matanya untuk mempermainkannya. Sementara ia sendiri tak mungkin merengek meminta ganti menu. Terutama setelah dipermalukan tadi malam.

'Dasar pilih kasih!' batin Liora memaki. Daniel saja langsung menyuruh koki untuk mengganti menu ketika Xiu rewel karena makanan. Tetapi sekarang pria itu malah sengaja membodoh dengan raut jijik yang terang-terangan terlihat di depan mata.

"Kau tahu ikan baik untuk pertumbuhan tulangmu, Liora? Kau ingin cepat sembuh, kan?"

"Kau sengaja," desis Liora tajam. Kata-kwta Daniel menambah kedongkolannya akan pria itu. "Aku tahu kau sengaja."

"Ck. Jangan menjadi pemilih. Kau bukan anak kecil yang harus merengek seperti Xiu. Lagipula aku sudah mencobanya. Ikan yang digunakan adalah ilan segar, jadi tidak mungkin amis."

"Kau menyuruh koki melakukan sesuatu ketika Xiu rewel karena makananya."

"Ah, jadi kau ingin aku bicara pada koki rumah sakit untuk melakukan hal semacam itu? Menyuruhnya merubah semua menu makanan di rumah sakit karenamu."

Wajah Liora merah padam, wajahnya membuka nutup tanpa sepatah kata pun yang jelas.

Daniel mendengus tipis kemudian mengambil potongan buah apel di meja. "Apel?"

Liora ingin menolaknya mentah-mentah. Tetapi bau amis yang masih terasa di lidahnya membuat membuka mulut menahan malu.

"Karena aku suami yang baik dan penuh perhatian, setelah ini aku akan membantumu sikat gigi."

Liora benar-benar dibuat kehilangan kata-kata. Pria itu jelas memuji dirinya sendiri. Dan meski setiap perhatian dan perlakukan Daniel untuk merawatnya masih terasa begitu familiar.

Pernah suatu hari ia demam dan Jerome sedang pergi ke luar kota. Daniellah yang merawatnya sepanjang malam. Menunggu demamnya turun dan mengganti kompresnya. Membuatkan bubur dan menyuapinya. Membersihkan badannya dengan telaten. Entah kenapa ingatan itu mendadak muncul di benaknya. Liora segera menepisnya karena ada kehangatan yang mulai merambati dadanya ketika mengingat semua itu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Pertanyaan Daniel memecahkan lamunan Liora.

Liora mengerjap dan menggeleng pelan. Segera mengalihkan pembicaraan. "Apakah kau sudah menghubungi Jenna?"

Daniel mengangguk. Dia panik karena nomormu tiba-tiba mati dan menghubungiku.

"Ponselku." Liora teringat orang yang disuruh Samuel untuk mengurus mobil dan ponselnya.

"James sudah mengurusnya. Ponselmu kehabisan daya."

Liora mengangguk pelan. Jadi Daniel sudah bergerak lebih dulu. Ada kelegaan mengaliri tenggorokannya. "Terima kasih."

"Kenapa? Kau begitu takut di ponselmu ada foto pernikahan kita yang akan dilihat oleh Samuel."

Baru saja Liora berpikir, ini adalah pembicaraan paling lembut antara dirinya dan Daniel, tapi segera dipatahkan oleh pertanyaan sinis pria itu. Yang membuatnya menjawab dengan tak kalah dinginnya. "Tak ada apa pun yang perlu kusimpan di sana yang kukhawatirkan jika dia melihatnya."

Mata Daniel menyipit penuh kecurigaan yang menusuk raut Liora. "Jangan bilang  bahkan dia tahu password ponselmu, Liora."

Liora mengerjap dan membuang pandangannya dengan gugup. Ya, Samuel memang tahu. Bahkan Samuel jugalah yang membuat password di ponselnya, karena ponsel itu adalah hadiah ulang tahun dari pria itu yang tak bisa ditolaknya. Terutama setelah ponselnya rusak karena sebuah kecelakaan.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro