7. Tak Lebih Dari Masa Lalu Yang Tertinggal Jauh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sungguh, satu-satunya hal yang menahan dirinya untuk tidak mendobrak meja di hadapannya ini adalah dendam yang mengendap di dadanya. Dan bukan sekarang saat yang tepat untuk memberi wanita satu ini hadiah.

Setelah semua penderitaan di masa lalu yang tak pernah bisa ia lupakan, bagaimana mungkin Liora sama sekali tak terpengaruh dengan kemunculannya. Meninggalkannya layaknya sampah seperti yang dulu wanita itu lakukan padanya.

Tidak, kali ini ia tidak akan menjadi sampah itu. Lioralah yang akan ia tinggalkan.

"Melarikan diri lagi, huh?" Akhirnya kalimat itu keluar dalam bentuk dengusan yang tipis. Sudut mata Daniel melirik surat pengunduran diri tersebut. Sama sekali tak sudi akan menyentuhnya. Well, ia muncul di hidup Liora untuk memporak porandakan kehidupan nyaman wanita itu. Kehidupan nyaman yang didapatkannya ketika ia berkubang dalam rasa bersalah dan pengkhiatan yang dilakukan oleh wanita ini.

Rasa bersalah telah menjadi pembunuh untuk darah dagingnya sendiri dan luka hati yang ditorehkan oleh Liora kepadanya. Sebelum kemudian mencampakkan dirinya dengan begitu menyedihkan.

"Apa aku begitu memengaruhimu?" Daniel mengangkat salah satu alisnya mengejek.

Liora menguatkan hati, membalas tatapan mata Daniel dengan tak kalah tegasnya. "Kau bisa menganggapnya begitu." Kembali Liora menanggalkan sikap professional. Liora belum pernah kesulitan bersikap sopan dan santun secara professional kepada siapa pun seperti saat ini. Hubungannya dengan Daniel lebih sulit ia putuskan setelah pria itu menghilang dari hidupnya. Apa yang akan terjadi jika Daniel kembali muncul seperti ini. Bisa dipastikann hidupnya akan kembali berantakan.

Dan lebih baik berkemas sebelum bencana itu datang, kan. Tak peduli jika ia harus melarikan diri lagi dan lagi. Ia akan terus berlari dari hidup Daniel.

"Baiklah, aku akan memberimu dua pilihan. Bawa kembali surat ini dan apa pun yang ada di belakang kita tak lebih dari masa lalu yang tertinggal jauh di belakang. Jika kau tidak mengambilnya, aku akan menganggap semua yang di belakang kita belum usai. Dan mulailah bertanya-tanya apa yang akan kulakukan untuk menyelesaikannya."

Liora tercengang. Mencerna kalimat Daniel sekali lagi dan menyerapnya. "Urusan kita sudah selesai jauh di belakang, Daniel. Apalagi yang perlu kau selesaikan?"

Seringai tertarik di ujung bibir Daniel, dengan tatapan pria itu yang mengunci kedua mata Liora sangat tajam. Seolah menyiratkan sedikit kemurkaan yang selama ini ia pendam rapat-rapat.

Ia menjadi kekasih yang begitu perhatian dan memanjakan bagi Liora sebelumnya. Melakukan apa pun demi wanita itu, menghadiahi Liora apa pun dengan hadiah sangat dermawan. Tidak ada yang tidak ia berikan pada Liora hingga membuat wanita itu berpikir bisa mencampakkannya dan berpaling pada Samuel sialan yang bahkan tak lebih baik darinya. Dari sisi mana pun.

Ya, ia tahu Liora suka bermain-main dan mudah bosan dengan pria mana pun yang mengajak wanita itu kencan. Tetapi dengan Liora yang membiarkannya naik ke tempat tidur wanita itu dan memberinya tubuh wanita itu hanya untuknya. Daniel pikir posisinya lebih istimewa dari siapa pun. Bahkan ia berhasil mengikat wanita itu dengan ikatan pernikahan. Memberi mereka kehidupan yang lebih baik dan hidupnya akan ia kerahkan hanya untuk membahagiakan wanita itu dan calon anak mereka.

Akan tetapi, lihatlah. Liora malah meludahi semua niat baiknya dan melemparnya ke tempat sampah. Membuangnya dengan cara yang begitu kejam. Betapa tidak tahu terima kasihnya wanita yang satu ini, yang membuat Daniel semakin ingin menghancurkan Liora hingga tak ada siapa pun yang akan mengulurkan tangan pada wanita ini. Pun dengan rasa iba orang tersebut.

"Begitu?" Seringai di ujung bibir Daniel semakin tinggi. "Jika kau begitu yakin, kau tak mungkin memberikan omong kosong ini, Liora."

Liora kehilangan kata-kata. Ya, jika ia berpikir urusannya dan Daniel sudah selesai. Untuk apa ia melarikan diri dari Daniel. Lalu, bagaimana mungkin ia bisa berhadapan dengan Daniel lalu bersikap seolah permasalahan mereka telah selesai.

"Tentukan pilihanmu. Aku sudah membuang lima menit waktuku untuk kembali ke pekerjaan," ucap Daniel dengan nada dingin dan tak berperasaan. Pria itu mengangkat tangan untuk melirik jam di tangannya. Terlihat masam demi lima menit waktunya yang telah dirampas oleh Liora.

Hari Liora serasa diremas, hingga benar-benar kering dan menyisakan sakit yang luar biasa. Liora menggigit bibir bagian dalamnya demi menahan sakit hati yang ditorehkan oleh Danile. Tumitnya sudah bergerak untuk berputar dan meninggalkan surat pengunduran di meja untuk diserahkan Daniel pada pihak HRD sebelum kemudian diurus dan selesailah sudah semua urusannya dengan Daniel.

Akan tetapi, ancaman Daniel jelas tak main-main. Daniel terlihat akan menyelesaikan permasalah di antara mereka dengan cara pria itu sendiri. Yang tak bisa Liora tebak menggunakan cara seperti apa. Daniel dan Jerome sama-sama memiliki pesona yang berbeda yang sulit diabaikan oleh wanita mana pun. Keduanya tampan dengan caranya masing-masing dan menjadi kekasih yang begitu memanjakan. Tetapi, keduanya juga memiliki kelebihan masing-masing untuk melakukan apa pun yang diinginkan dengan kekuasaan masing-masing.

Jika Daniel saja sebelumnya sebagai bawahan Jerome berani menusuk Jerome dari belakang dengan menyelingkuhi tunangan pria itu. Liora tak tahu kelicikan macam apa yang akan dilakukan oleh Daniel untuk membuatnya membayar pengkhiatannya pada Daniel.

Sudut hati terdalamnya mulai goyah untuk membiarkan Daniel mengambil alih cara penyelesaikan permasalahan di antara mereka meski ia yakin tak ada apa pun yang perlu diselesaikan. Atau itu hanyalah kepercayaan yang ditanamkan Liora di hatinya sebagai dalih untuk melenyapkan Daniel dari masa lalu mereka. Jujur pria itu masih menguasai pemikirannya selama beberapa tahun ini. Masih sangat jika Liora boleh menegaskan.

"Kau ingin aku berhitung?"

Pertanyaan Daniel memecah lamunan Liora yang masih mempertimbangkan keputusan wanita itu. Sekali lagi Daniel dipenuhi kepuasan. Melihat Liora yang masih mempertimbangkan pilihannya, sudah jelas dirinya masih memengaruhi wanita itu.

Liora mengerjap. Menatap surat di meja kemudian beralih ke wajah Daniel yang terlihat sangat puas melihat kebimbangannya. Dan sebelum Liora sempat membuka mulut untuk memutuskan pilihannya, tiba-tiba pintu di belakangnya diketuk dua kali dan didorong membuka.

Suara langkah dari sepatu dan lantai yang beradu memecah keheningan yang membentang di seluruh sudut ruangan. Keduanya menoleh dan melihat seorang wanita dengan tubuh ramping mengenakan dress pendek di atas lutut dan tanpa lengan berwarna krem melangkah masuk. Melangkah dengan anggun dan membiarkan rambutnya diurai bergoyang karena gerakannya.

Liora tentu saja mengenali wanita cantik satu ini. Carissa Maria, mantan Jerome sekaligus tunangan Daniel saat ini.

"Liora?" Langkah Carissa terhenti.

Liora hanya terdiam, kebencian merebak dalam tatapannya kepada wanita itu yang tak bisa ia tutup rapat-rapat.

"Lama tidak bertemu." Carissa berhenti di hadapannya dan mengulurkan tangan. "Bagaimana kabarmu?"

Liora melirik tangan Carissa yang terulur, tak menyambutnya. Ia tak sudi bersentuhan dengan wanita licik seperti Carissa. "Baik." Amat sangat baik sebelum kalian berdua kembali muncul di hidupku yang penuh ketentraman, batin Liora dalam hati.

Carissa kembali menarik tangannya, tak tersinggung dengan penolakan Liora. Liora masih Liora yang ia kenal tiga tahun lalu. Tak pernah berpura menyukainya dan bahkan lebih membencinya ketimbang sejak terakhir kali mereka bertemu.

"Hai sayang." Carissa pun menatap Daniel, memutari meja menghampiri Daniel. Kemudian membungkuk untuk mencium pipi Daniel.

Liora menatap interaksi keduanya dengan sikap dingin. Tatapannya dan Daniel masih melekat. Pria itu memintanya untuk segera memutuskan.

Selama saat yang cukup panjang tersebut, Liora masih menimbang. Pada akhirnya memutuskan untuk sepakat berhenti mengorek masa lalu mereka jauh lebih baik ketimbang tetap membiarkan masa lalu itu memengaruhi mereka berdua.

Liora maju satu langkah, mengambil amplop putih di depannya dan berbalik pergi. Ya, sepakat menganggap semua yang terjadi tak pernah ada adalah keputusan terbaik untuk mereka. Untuk melindungi dirinya dan ... Liora menghentikan pemikirannya. Melangkah keluar dan Daniel adalah atasan barunya. Saat ia keluar dari ruangan ini, mereka memiliki lembaran yang baru. Semua yang terjadi di belakang mereka hanyalah lembaran yang sudah diguyur cat hitam. Tak tertolong dan satu-satunya tempat bagi lembaran itu adalah tempat sampah.

Seringai tersemat di ujung bibir Daniel menatap punggung Liora yang menghilang di balik pintu ruangannya.

"Sekarang kau menggenggamnya," gumam Carissa yang duduk di lengan kursi Daniel dengan lengan merangkul pundak Daniel. "Apa permainan sudah dimulai?"

Daniel hanya mengangguk tipis. Ya, permainan baru saja dimulai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro