🌸🌸Sakura Ushiku Daibutsu🌸🌸

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


~Saat cinta sudah menepati hati dengan ikhlas, bahkan jarak sejauh apa pun, waktu selama apa pun, tidak akan pernah menggoyahkan perasaan. Karena di lubuk hati yang tulus, dua hati telah terikat. Bahkan ragu pun malu untuk hinggap di sana. Karena kapal cinta tahu, kapan dan di mana ia akan berlabuh untuk menetap~

****
After the Rain by Galuch Fema

Happy reading jangan lupa vote

Pesawat Garuda yang membawa penumpang  masih mengudara di langit yang sekarang sedang tak bersahabat. Seharusnya sekarang sudah memasuki pagi tetapi cahaya matahari sama sekali tak tampak yang ada awan hitam yang terus  mendominasi di sekitar badan pesawat.

Tiba-tiba guncangan kecil membuat penumpang memekik karena syok dan kaget. Hitungan detik suara kapten mengudara menambah suasana mencekam di dalam pesawat, para pramugari lansung berdatangan menginstruksikan agar penumpang memakai sabuk pengaman.

Jemari yang sudah dingin berkeringat mengkaitkan sabuk agar terikat kencang. Tak lupa ia terus menggenggam tasbih kecil. Mulut kecilnya terus melafalkan asma Allah agar hatinya sedikit tenang. Namun, masih saja degup jantung masih di atas rata-rata. Apalagi suara tangis perempuan di sebelahnya membuat bulu kuduk  berdiri. Ia kemudian teringat seseorang di sana yang menyuruhnya untuk terus berdoa agar dijauhkan hal hal buruk.

Lagi-lagi goncangan hebat membuat semua orang di sana beristighfar dan menyebut nama Allah.

⚘⚘⚘

Seorang laki-laki berdiri di atas bukit hijau sambil terus menatap ke depan. Salah satu langkah saja mungkin ia akan jatuh ke jurang yang menganga di depannya.

Ia berdiri terus menatap ke atas, menyaksikan awan hitam yang masih setia bertahan di atas sana.

Ia kembali teringat jika gadis itu pernah menitipkan sesuatu yang sama sekali belum ia buka, sudah lama menyimpannya karena ia sendiri masih belum bisa menerima kepergian Kiran.

Duduk di atas batu yang lebar, dengan jari yang sudah berkeringat dingin, pelan-pelan membuka sebuah kado dengan hiasan pita emas. Kertas hijau itu pun terbuka menampilkan dua benda disana.

https://www.youtube.com/watch?v=kbFYDtSgAVg

Sebuah topi warna hitam sekarang ada dalam genggaman tangannya, perempuan itu selalu saja menyingkirkan apa yang selalu dipakainya tetapi sekarang malah dia sendiri menghadiahi barang yang sama.  Senyuman tersungging  saat kembali diingatkan ketika Kiran selalu menarik topi dari kepalanya.

Barang kedua adalah sebuah novel dengan judul After the Rain dimana nama penulisnya adalah kekasihnya sendiri. Dengan tangan gemetar ia membuka setiap lembar yang di dalamnya tertulis namanya.

Gara-gara novel After the Rain ia pernah bersitegang dengan Kiran, bagaimana tidak perempuan itu membawa nama dirinya menjadi tokoh di novel tersebut tanpa izin darinya. Sampai-sampai ia melempar buku tak berdosa itu karena saking kesalnya.

Sekarang lewat halaman terakhir, ia bisa membaca jika apa yang Kiran tulis tak sama dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya.  Perempuan itu hanya menuangkan rasa cinta yang ia pendam karena perbedaan mereka lewat huruf yang terangkai menjadi sebuah kata dan kalimat.

⚘⚘⚘⚘


Japan

Perjalanan yang menegangkan dan melelahkan, bagaimana tidak ia harus bertahan selama delapan jam di atas sana bertaruh nyawa dengan cuaca yang tidak bersahabat. Belum pekikan para penumpang, bahkan ada pula yang meneriakkan nama Allah dan takbir seakan mereka akan mati di atas sana.

Rasa lega ketika sudah sampai di Bandara Haneda. Sambil menarik koper besar menuju pintu keluar, Kiran terus mencari seseorang yang akan menjemputnya di bandara. Jujur, ini adalah pengalaman pertamanya di negeri sakura.

Netra tertuju pada perempuan dengan tubuh sintal yang menggunakan kerudung sama seperti dirinya. Ia tengah berdiri sambil merentangkan kertas putih bertuliskan Welcome to Japan, Kiran.

Mereka kemudian saling berpelukan erat untuk melepaskan kerinduan setelah komunikasi yang dilakukan hanya sebatas videocall.

Ervi Rahayu, sahabat putih abu-abu yang sudah dua tahun tinggal di kota Hokota, Ibaraki. Dia berkerja di Onuma Thoisihiko, sebuah perusahan di bidang agraria. Pertanian di sini canggih dengan menggunakan peralatan yang sudah modern.

Jika tidak ada yang dikenal di Jepang, mungkin abah akan melarang Kiran kuliah sejauh ini.

"Semoga betah, ya?" sambut Ervi sambil mendorong koper milik Kiran yang lebih kecil menuju stasiun dekat bandara.

"Aamiin."

"Yakin kamu ke jepang hanya untuk menuntut ilmu bukan untuk menjauhi dia?"

Kiran menggeleng kemudia tersenyum.

"Kita sudah tidak ada lagi masalah, tadi juga ikut mengantar dari Solo menuju bandara Soekarno Hatta."

"Kalau dia cinta beneran sama kamu, pasti akan mengantar sampai sini. Enggak mungkin membiarkan kamu sendirian," sindir Ervi.

"Heh, perjalanan ke sini mahal tahu."

"Dan kamu begitu bodohnya percaya sama dia jika Adit itu orang biasa, dia itu sangat tajir."

Kiran menatap Ervi tak percaya, kenapa temannya yang di Jepang malah lebih tahu dibandingkan dirinya.

"Kamu tahu dari siapa?" Ia mengernyitkan keningnya dengan rasa penasaran yang luar biasa.

"Mas Alif yang mencari tahu siapa Adit sebenarnya. Dia tidak mungkin menyerahkan adik perempuannya pada sembarang laki-laki. Memang mas Alif tidak cerita apa-apa sama kamu?"

Kiran menggeleng pasrah. Ia kembali teringat jika Adit itu penuh teka-teki dan misteri. Namun, yang membuat curiga kenapa sahabatnya lebih paham? Ada hubungan apa Ervi dengan Mas Alif? Kakaknya terkenal pendiam dan tidak suka mengumbar informasi apalagi yang menyangkut Adit seperti ini.

Mereka berdua tengah berada di dalam kereta menuju Mito Station. Kereta di Jepang tak jauh dengan kereta listrik di Jakarta, yang membedakan adalah tingkat kebersihan di sini lebih tinggi. Tidak ada orang yang berani membuang sampah sembarangan.

"Er, aku pengin banget lihat sakura," seloroh Kiran dengan mata berbinar-binar.

"Sayangnya sekarang yang lagi berbunga adalah Himawari."

"Bunga matahari?" tanya Kiran dengan wajah sedih.

"Ya karena sekarang sedang musim hujan."

Kiran kembali teringat hujan saat mengiringi kepergiannya, ia lalu merogoh gawai di dalam tas. Ponselnya mati karena tadi saat di pesawat dalam keadaan panik, lupa mengisi baterai.

"Di Jepang kalau musim hujan lama, sama kaya di Solo?"

Ervi terkikik,  dari dulu Kiran sangat menyukai hujan. Sampai sekarang pun masih ditanyakan walaupun sudah beda negara.

"Di Jepang itu cuma ada empat musim saja. Musim gugur, dingin, semi, panas. Musim hujan itu saat peralihan musim saja."

Kiran mengangguk, sepertinya ia harus mengubur keinginannya untuk melihat bunga sakura.

Kiran dibuat terkejut, ia membayangkan jika nantinya akan tinggal di sebuah tempat yang jauh dari keramaian dan suasana yang tenang. Namun, ia lagi-lagi salah karena kota Ibaraki ternyata pusat keramaian dengan lingkungan yang padat penduduk di tambah gedung modern layaknya Jakarta.

Hampir setengah jam akhirnya mereka sudah sampai di Mito Station, lumayan ramai seperti stasiun balapan Solo. Aih, lagi-lagi kenapa harus teringat sama dia? Susah sekali melupakan, apalagi mereka baru saja bertemu setelah sembilan jam yang lalu. Bagaimana nanti satu atau dua tahun di sini?

Kiran merapatkan jaket, udara di Ibaraki ternyata lumayan dingin. Tingkah laku Kiran membuat Ervi tersenyum.

"Biasanya lebih dingin, sekarang belum apa-apa, paling baru 21 derajat celsius."

"Bakal enggak pakai AC nih."

"Di Apato tidak ada AC. Orang Jepang  sangat hemat energi. Kalau malam, Apato banyak suasana yang temaram. Jangan bayangkan di Indonesia hampir semua lampu menyala."

"Kalau pemakaian tidak wajar memang kena denda?"

"Tidak juga, tapi bayar listriknya mahal."

Setelah berjalan kaki dari Mito Station, akhirnya sampai juga di perumahan atau yang sering disebut Apato. Kiran tampak mengagumi bangunan tersebut, rumah dua lantai dengan dinding kayu tetapi lumayan kuat. Di kanan kiri Apato juga terdapat pepohonan jadi tidak terlau gersang.

" Harus terbiasa makan seperti ini. Di sini sebenarnya banyak makanan cuma harus jeli dalam memilih karena takut haram."

Setelah makan, perempuan itu langsung menuju kamar di lantai dua. Segera ia mengecas ponsel dan benar saja hitungan detik banyak notif pesan dan panggilan dari Indonesia. Ia lalu membalas pesan dari keluarga pesantren dan teman-temannya. Membiarkan satu kontak sengaja ia pilih terakhir karena notif dia paling banyak dibandingkan yang lain.

Kiran tak membaca pesan  yang masuk dari Adit cuma satu gambar yang membuatnya bibir tersenyum menatap layarnya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Pelan-pelan perempuan itu terbiasa dengan kebudayaan dan kebiasaan di sana. Pagi-pagi tak boleh telat berangkat kuliah di Tokyo University, tepatnya di Bunkyo  city.  Dari Ibaraki menuju tempat kampus ia akan berhenti di Tokyo Station. Di sana unik karena dibawahnya juga terdapat stasiun bernama Akihabarata Station. Kiran memilih jurusan yang sama seperti dahulu karena ia sangat menyukai sastra.

Di sini ia bisa berteman dengan siapa saja, teman-temannya tak ada yang memilih pertemanan walaupun dirinya memakai kerudung karena sebagian di sana banyak menganut agama Budha.

Siang ini tepat waktunya salat duhur,  berhubung masih di Tokyo, Kiran memilih untuk salat di Masjid Nusantara Akihabra, sedangkan kalau di Ibaraki biasanya memilih salat di Masjid Al Ikhlas Kandatsu.

Walaupun tempatnya tak begitu besar tetapi setidaknya Kiran tak kesusahan dalam menjalankan ibadahnya saat kuliah.

Tasbih itu ia terus genggam dan jemarinya menggulir butiran tersebut sambil berdoa. Ia terus beristighfar karena yang ia ingat adalah seseorang di sana yang sudah beberapa bulan ini sama sekali tak memberi kabar.

Kiran sendiri sempat mempertanyakan apakah janji laki-laki itu masih sama saat mereka di Bandara untuk pertemuan yang terakhir.

"Astaghfirullah," bisiknya lirih. Bukannya ia khusyuk berdzikir malah selalu tertuju pada seseorang di sana.

Kiran langsung menuju luar masjid, di sini waktu salat tak bisa lama mengingat ruangan di sana lumayan kecil jadi harus bergantian dengan yang lain.

"Astaghfirullah,  di mana sepatu aku?" serunya dengan kaget. Padahal jelas-jelas ia menempatkan dekat tempat sudahi, kenapa sekarang sudah tidak ada?

Kepala terus mencari siapa tahu ada yang memindahkannya.

"Cari ini? Pakailah!" perintah seseorang yang sekarang tiba-tiba datang dan meletakkan sepatu flat shoes miliknya yang berwarna cokelat susu.

Kiran sendiri sempat syok, baru saja orang itu diperbincangkan dalam doanya pada Allah dan sekarang begitu cepatnya doa itu dikabulkan.

"A—"

Belum juga selesai mengucapkan tetapi laki-laki itu sudah menyela ucapannya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Kiran tersipu malu. Matanya kembali menatap ke atas, laki-laki itu begitu sempurna karena hari ini ia memakai kemeja panjang dipadukan dengan celana kain.

Benar-benar bukan preman yang ia kenal sebelumnya.

"Kapan datang?" tanya Kiran membuka suasana canggung karena denyut jantungnya sudah berdetak tak beraturan.

"Kemarin. Aku harap jangan tanya kapan aku kembali ke Indonesia," sindir Adit sehingga Kiran tersenyum, suasana sedikit mencair.

"Sudah selesai kuliahnya?"

"Sudah."

"Mau pulang ke Apato atau mau jalan-jalan ke Ushiku Daibutsu.  Kebetulan di sana sakura sedang mekar," ajak Adit sudah bersiap-siap.

Tawaran yang sangat menggiurkan, ia sangat menyukai bunga sakura. Selama ini yang ia temui seringnya himawari. Lagian juga ushiku daibutsu masih di Ibaraki tak jauh dari Apato.

Melalui perjalanan dengan kereta yang menempuh waktu tiga puluh menit menuju Ushiku station dan dilanjut kembali menggunakan sebuah bus selama tiga puluh menit juga.

Perempuan itu terhibur dengan pemandangan di depan, patung budha tertinggi menyapa mereka berdua. Namun, Kiran dan Adit lebih memilih taman di sana. Benar saja di sana sedang tumbuh bunga pink identik kota Jepang. Kiran tak hentinya memuji bunga itu.

Adit mengajak Kiran untuk duduk di tepi danau kecil, untung suasana siang ini sangat ramai jadi mereka tak hanya berdua. Adit pun memilih duduk di atas rerumputan bukan di samping perempuan itu.

"Apa yang membuatmu sampai sini?"

"Ingin liburan saja, menghilangkan penat. Lelah di pesantren, abang kamu galak banget. Tidak seperti Abah yang sangat sabar mengajariku membaca huruf hijaiyah. Belum kalau malam, selalu saja dikasih hapalan surat pendek sama abang kamu dan esok paginya harus sudah hapal.  Lama-lama aku stress di sana," keluh Adit sambil mengacak rambut karena kesal.

"Pelan-pelan saja. Tidak usah dipaksakan."

"Ternyata butuh perjuangan berat ya untuk mendapatkan putri Kyai."

Wajah Kiran langsung berubah murung.

"Sayangnya putri Kyai itu sudah tidak suci lagi."

Adit langsung menatap wajah yang sekian detik lagi akan menangis.

"Jangan katakan seperti itu. Aku akui kita salah, tepatnya aku yang paling bersalah tapi aku sudah berjanji jika akan bertanggungjawab. Cuma kemarin aku butuh waktu agar aku memantaskan diri lebih dulu agar bisa menjadi imam kamu kelak."

"Kamu yakin atas pilihanmu itu?" tanya Kiran lirih.

"Harusnya aku yang bertanya, apa kamu tidak malu mempunyai suami seorang mualaf?"

"Tidak, aku bangga sama kamu. Berani melepas semuanya dan mengambil jalan seperti ini. Apa yang membuatmu mengambil keputusan paling berat dalam hidupmu."

"Kamu."

Laki-laki itu melirik sekilas kemudian menatap ke  depan. Ia kembali teringat pesan Alif bagaimana adab seorang laki-laki dengan lawan jenisnya.

"Bercanda, bukan kamu tapi Abah yang membuat hatiku bergetar dan meyakini apa yang akan aku pilih selnajutnya. Beliau sangat bijaksana, sabar menghadapi masalah kita kemarin.  Ia sama sekali tak marah dan tak ada satu kata kasar dari mulut beliau."

"Walaupun abah sebenernya sangat kecewa," ucap Adit dan Kiran tanpa sengaja bersamaan.

"Sejak saat itu aku mulai tertarik dan ingin belajar lebih tentang Islam."

"Aku harap kamu tak akan goyah dan terus kamu pegang sampai ajal menjemput."

"Astaghfirullah,  kenapa sudah bawa-bawa mati saja. Nikah juga belum, Ran," sungut Adit kesal tetapi tidak dengan perempuan itu yang tengah menutup mulut sehingga tawa berhenti di  bibir merahnya.

"Kamu mau jika selesai wisuda nanti menikah dengan aku?"

Wajah Kiran merah padam karena malu menerima ucapan seperti itu.

"Insyaallah," sahutnya malu-malu.

"Alhamdulillah. Tapi aku bukan laki-laki yang baik karena imanku masih dangkal. Sebenarnya agak ragu juga untuk bergabung dengan pesantren karena masa lalu aku takutnya malah menjadi gunjingan dan pesantren kena dampak negatif."

Kiran tersenyum.

"Apa yang kamu pikirkan itu salah. Abah justru bangga karena aku sudah mengajak orang menuju jalan kebaikan."

"Tidak salah aku memilih kamu."

"Aish, apaan sih. Pulang yuk," ajak Kiran.

Adit melihat arloji di tangannya kemudian mempersilakan Kiran untuk jalan lebih terlebih dahulu di depan.

"Dua jam lagi aku harus ke bandara Haneda. "

Kiran berbalik menatap mata bening yang tengah menatapnya.

"Mau pulang sekarang?"

Ada rasa sedikit kehilangan karena perjumpaan mereka hanya sebentar saja.

"Ya, aku sudah bohong sama Alif. Aku izin bilang ke Jakarta untuk menengok bengkel, tapi malah menyusul kamu ke sini."

"Bengkel?" tanya Kiran penasaran. Selama ini, Adit tak pernah cerita apapun tentang bengkel.
Kekeh laki-laki itu menambah kesal di wajah Kiran.

"Aku hutang cerita tentang siapa aku sebenarnya. Nanti kalau sudah di Indonesia, aku akan cerita banyak."

"Terserah," umpat Kiran dengan kesal.

"Sebenarnya sih pengin di sini lama tetapi aku masih teringat apa yang diajarkan Alif tentang pergaulan laki-laki dan perempuan sebelum ada ikatan halal. Aku tak mau terjebak lagi seperti dahulu."

Kiran diam-diam tersenyum, laki-laki yang akan menjadi imam kelak sedikit demi sedikit tahu apa yang diajarkan oleh Islam.

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32).

Hal-hal  apa saja yg termasuk mendekati zina?
Berbicara dengan penuh nafsu dan  bersentuhan secara bebas. Padahal Rasulullah saja memerintahkan ada kain satir yang memisahkan lawan jenis.

-The End-

Purwokerto,  18 Agustus 2020
Galuch Fema

Sudah ya jangan nagih lagi untuk update, ini terakhir loh. Nanti ekstra part dan epilog ada di versi cetak.   Nanti tapi ya, oktober atau november. Author nabung dulu buat beli bonus jika After the rain naik cetak.

Yuk, mampir juga ke cerita author yang baru update. Judulnya Last Memory. Jangan lupa masukkan reading list teman teman yaa,

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro