14. Akad

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

TELAH DIKONTRAK PENERBIT
Silakan dibaca.
Dilarang keras! plagiat, copypaste dan sejenisnya ya. Ingat Allah maha tahu, meskipun Saya tidak tahu.
Mohon sertakan sumber atau tag saya di IG atau FB Chanty Romans) jika ingin share bagian kalimat atau quotes.
*****************************

14. Akad

Assalamualaikum, Abang lagi apa?
Illyana tak tahan untuk tidak berkirim pesan pada Ali. Sudah hampir seminggu ini keduanya tak bertemu sama sekali. Akad yang akan dilangsungkan satu minggu lagi membuat keduanya harus rela mengabaikan kabar satu sama lain karena kesibukan serta pelbagai persiapan.

Waalaikumsalam, lagi sibuk Ly.

gadis itu mendengkus kesal, saat membaca balasan yang hanya mengatakan jika calon suaminya itu tengah sibuk. Padahal Illyana sudah membayangkan jika balasan dari Ali adalah kata-kata manis yang mengandung rindu padanya. Ah, ngarep kau Ly. mana ada si abang ustazd itu mau berkata romantis, pasti jawabannya selalu, "bukan mahram Ly", belum mahram, dan lain sebagainya. Dan dasarnya Illyana yang jail, terus-terusanenggoda si abang ustazd karena rasa penasaran yang amat, kenapa si abang belum pernah khilaf selama ini, untuk sekadar mengatakan sayang atupun rindu padanya.

Udah gitu doang? Nggak romantis banget sih Abang!?
balas Illyana memrotes.

Belum mahram. Sudah ya Abang sedang sibuk, Illyana banyakin berdoa, minta sama Allah agar semuanya dilancarkan, jangan lupa dzikir sama tahajjudnya.

pesan balasan Ali padanya.
____

Senyum sumringah melukis wajah kedua insan yang kini telah halal sebagai pasangan. Keduanya tak bosan menyepuh lengkungan senyum. Wajah merona malu-malu Illyana saat berjalan didampingi sang ummi dan Naura menuju tempat ijab sesaat setelah Ali usai berikrar.
Lantunan khutbah nikah setelah akad berlangsung masih terdengar. Abbah Zayd sendiri yang membacakan khutbah nikah untuk kedua mempelai yang tak lain adalah anak serta menantunya.

Kedua pengantin duduk berdampingan, seksama menyimak setiap tutur dan nasihat yang terlontar. Abbah Zayd membahas hal yang bersinggungan dengan suami istri. Tentang pentingnya berbuat baik kepada pasangan, tentang bagaimana menyikapi permasalahan ataupun hal yang membuat rasa cinta pada pasangan goyah. Tentang hak dan kewajiban suami istri. Bagimana kewajiban seorang suami membimbing serta berbuat yang sebaik-baiknya kepada istri. Karena sebaik-baiknya seorang lelaki adalah yang paling baik terhadap istri mereka.

Perempuan itu ibarat tulang yang bengkok, maka para suami harus memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh perasaan. Jika dibiarkan ia akan tetap bengkok, tapi jika dipaksa lurus ia akan patah.

Kalau kalian tidak suka terhadap pasangan kalian, bisa jadi yang kalian tidak sukai itu Allah jadikan padanya kebaikan yang sangat banyak. Karena memang tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan perempuan kecuali empat orang, Asiyah istri Fir'aun, Khadijah istri Rasul, Maryam putri Imran, serta Fatimah anak Rasulullah. Aisyah istri yang paling disayang Rasul pun bukan perempuan yang sempurna. Walaupun Aisyah keistimewaannya seperti garam dalam makanan. seperti bumbu dalam masakan, namun tetap saja Aisyah bukanlah perempuan yang sempurna.

Ali paham kenapa sang abbah lebih banyak membahas tentang bab seorang istri. Itu karena putra mereka menikahi gadis yang usia jauh dibawah putra mereka, Illyana yang bisa dibilang baru beranjak dewasa, pasti masih menyimpan sifat labil, egois dan manja ala gadis remaja pada umumnya. Jauh-jauh hari abbah Zayd pun sudah menasihati serta mewanti, bahwa Ali harus sabar kelak jika salah satu sifat itu muncul dari diri istrinya, pada dasarnya perempuan hanya ingin satu hal. Dimengerti serta diperhatikan.

Illyana pun tak kalah serius saat mendengarkan khutbah abbah Zayd. Bagaimana kewajiban seorang istri yang harus patuh serta menjaga harta suaminya. Patuh jika dinasihati, melaksanakan perintah suami dalam hal kebaikan, dan menjaga harta yang merupakan hak suaminya. Harta yang dimaksud adalah menjaga malu serta pandangan hanya untuk suaminya. Khutbah ditutup dengan bacaan doa keberkahan untuk kedua mempelai.

Usai khutbah nikah serta doa, keduanya untuk pertama kali saling bersentuhan tangan. Illyana mengambil tangan Ali untuk ia kecup, sebagai pertanda bahwa kini baktinya berpindah pada sang suami. Sementara Ali usai menyematkan cincin emas polos yang kala ia perlihatkan pada Illyana, kemudian mendaratkan ciuman pada kening gadis itu. Bergetar jiwa dan raga keduanya. Oh, beginikah rasanya menyentuh dia yang telah halal. Indah sekali, dan rasa bahagia yang membuncah, merasuk sampai ke ubun-ubun, menembus hati serta debaran jantung.

"Selamat Ly, semoga sakinah selalu ya." ucapan dari Naura yang diaminkan oleh keduanya. Zafran teman sekampus Illyana pun tak ketinggalan mengucapkan selamat berbalut doa. Dan dari kejauhan, Illyana melihat Humaira yang datang, namun gadis itu terlihat seorang diri. "Barakallah Mas Ali, dan Illyana. Selamat berbahagia," tutur Maira saat mendapat giliran untuk mengucapkan selamat. Sekilas Illyana melirik, gadis itu mengucapkan selamat tanpa ekspresi. Wajahnya datar, dan merunduk. Entah, apa yang kini ada di benak Maira. Ikhlas ataupun tidak, Illyana tak ingin terlalu memikirkannya. Humaira berlalu, kini giliran Salwa yang melintas. Illyana masih bisa melihat pancaran kecewa di wajah ustadza itu. Ali pun ikut melirik sekilas, namun segera ia palingkan pandangannya pada tamu yang menyesak di aula gedung serbaguna masjid Agung Surabaya. Tamu yang asyik berbincang atau yang sedang menikmati hidangan menjadi pemandangan menarik bagi lelaki itu sementara ini untuk mengalihkan pandangan Salwa padanya. Tentu saja dalam hati Ali ingin secepatnya enyah dari tempat ini, agar ia bisa memandang sang bidadari hati dengan sepuasnya.

"Selamat Ustazd Ali dan Illyana." hanya itu ucapan Salwa saat melintas ke atas dekorasi pengantin untuk mengucap selamat.

"Terima kasih Ustazda Salwa, semoga secepatnya menyusul ya," balas Illyana tersenyum sumngirah seiring kepergian Salwa dari hadapan mereka.
Tamu yang datang sudah menyesak, ada yang baru datang, ada juga yang sudah pamit. Para undangan yang datang dan berpamit tak lupa mendapat souvenir berupa cd murotal yang dibawakan Ali sendiri serta sebuah buku tentang tuntunan seorang muslim.

"Liliput selamat ya, akhirnya jadi juga gue dilangkahi." Ilham baru naik dan memberi selamat saat tamu undangan sudah agak melonggar. Illyana reflek langsung memeluk kakak lelaki satu-satunya itu. "Abang, makasih. Abang Ilham jangan bilang begitu dong, bentar lagi juga Abang bakalan nyusul. Illy doain semoga cepat ketemu sama tulang rusuknya." sahut Illyana masih dalam pelukan Ilham.

"Makasih doanya Liliput, tetap ya jangan lupa 50% saham pabrik sarungnya." Gurau ilham menggoda.

"Abaaaang.!!"

"Becanda Ly, yaelah. Sekali lagi selamat ya, Ali dan Liliput. Doa Abang, bahagia selalu untuk kalian. Ali banyakin stok sabarnya nanti kalau ngadepin si manja Liliput ini," satu geprakan mendarat di bahu Ilham dari Illyana saat sang abang memberi wejangan pada adik iparnya. Ali hanya membalas dengan senyuman.

"Manja itu wajar Bang, setiap istri kan maunya dimanja sama suaminya. Iya kan Abang ustazd!?" Ali mengangguk mendengar ucapan Illyana yang meminta dukungannya. Illyana memang manja, tetapi gadis itu tahu kapan harus bersikap manja dan kapan ia harus serius. Selain itu kedewasaannya yang membuat Ali yakin akan pilihannya pada Illyana meski baru berusia 18 tahun.
____

Keduanya bagai raja dan ratu saat duduk di singgasana pengantin. Lantunan doa serta ucapan terus mengalir mengiringi sepanjang acara sampai usai. "Assalamualaikum istriku." ucapan lembut nan syaduh dari lelaki yang baru beberapa jam lalu mengucap janji suci untuknya itu membuat hati Illyana berdesir hebat. Luluh lantak hati serasa tiada bertenaga, tubuhnya seakan ikut melemas, dan kedua pipinya tanpa dikomando membiaskan rona merah seketika.

"Waalaikumsalam Abang," jawab Illyana pelan. Matanya menunduk dalam, tak berani memandang. Nyalinya menciut, menguap entah kemana. Dan sifat jailnya seakan hilang begitu saja. Bukan karena takut, tetapi karena malu lebih mendominasi hatinya saat ini. Untuk pertama kalinya ia dan Ali berada dalam ruangan, hanya berdua saja. Rasanya masih aneh, gugup dan salah tingkah.

"Kenapa Illy malah diam?" tanya Ali saat melihat Illyana yang masih bergeming dari tadi.

"Ngga papa Bang."

Ali menaruh telapak tangannya pada ubun-ubun Illyana, serta membacakan doa kebaikan, lalu kemudian lelaki itu kembali mendaratkan kecupan di kening Illyana. Ya Rabb, kenapa rasanya malu sekali. Biasanya kan Illyana tidak tahu malu. gumam Illyana dalam hati saat kembali merasakan sentuhan lembut dari bibir lelaki yang kini halal untuknya.

"Kenapa menunduk terus Ly?"

"Illyana malu Abang," sahut Illyana masih enggan mengangkat pandangannya.

"Memang maha dasyat godaan sayton, kemarin waktu belum halal, belum mahram Illyana mepet Abang terus, nyuruh Abang khilaf, sekarang sudah halal Illyana malah diam saja. Ngga kepengen lagi Abang khilaf?" Illyana menggigit bibirnya saat mendengar pertanyaan yang lebih seperti godaan itu.

"Abaang, bukan begitu. Tapi rasanya masih aneh saja, ngga nyangkah kalau kita sudah sah."

"Yasudah, Illyana siap-siap gih." titah Ali tapi Illyana malah berjengit.

"Eh siap-siap mau ngapain? Abang jangan sekarang khilafnya, masih sore Bang. Nanti malam saja." mendengar protesan istrinya Ali malah tertawa. Disentilnya pelan dahi Illyana, "Jangan mesum. Abang nyuruh kamu siap-siap buat salat sunnah pengantin," sahut Ali.

"Eh, kirain Abang udah mau khilaf aja." Illyana makin salah tingkah mendengar jawaban Ali.

"Tenang saja Ly, Abang tahu kapan waktunya harus khilaf, yang penting sekarang kita dua rakaat dulu."

Surah An-nisa pada rakaat pertama serta surah Al-baqarah pada rakaat kedua menjadi bacaan yang Ali pilih saat melaksanakan salat sunnah pengantin dua rakaat. Untuk pertama kalinya juga mereka menjadi imam serta makmum hanya berdua saja.

"Abang makasih ya," ucap Illy sesaat setelah membereskan bekas mereka salat.

"Makasih untuk apa Illyana? Abang belum ngasih sesuatu buat kamu Sayang." kali ini jantung Illyana berdetak tak karuan saat mendengar panggilan sayang dari Ali.

"Sayang..?"

"Kenapa? Illyana ngga suka Abang panggil sayang?"

Illyana langsung menggeleng cepat. Mana mungkin dia tak suka dengan panggilan sayang. Hanya merasa masih asing dan canggung saja.

"Alhamdulilah ya Allah, akhirnya Abang khilaf juga panggil Illy sayang." ucap Illyana konyol sambil kedua tangannya menengadah percis seseorang yang tengah berdoa. Ali malah tertawa mendengar penuturan konyol istrinya. "Abang kenapa malah tertawa sih."

"Iya habis kamu lucu, masa Abang panggil sayang dibilang khilaf. Abang kan memang sayang sama Illyana, tadi Illy belum jawab pertanyaan Abang, kenapa bilang makasih?"

"Iya makasih karena sudah memilih Illy buat jadi pendamping Abang, jadiin Illyana istrinya Abang."

Tangan Ali beralih menangkup kedua pipi Illyana. Diusapnya lembut wajah sang istri sebelum menjawab tanya Illyana. Bulu kuduk Illyana sampai meremang merasakan usapan lembut dari lelaki itu. Berdesir hebat aliran darahnya.

"Jangan bilang terima kasih Ly. Abang yang harusnya bilang begitu, kenapa Allah memilihkan Illy buat Abang? karena Illyana adalah perempuan baik-baik, perempuan terhormat. Dan perempuan terhormat itu dimuliakan bukan hanya dengan kado ataupun coklat, tetapi dengan Akad."

Ya Rabbi, betapa bahagianya hati Illyana saat ini. Begitu banyaknya nikmat yang Allah limpahkan. Mendapatkan jodoh di usia ke 18, serta lelaki yang shalih, paham agama dan menjaga ketaqwaannya. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang harus ia dustakan.
#####

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro