4. Kupepet Kau Dengan Basmalah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Silakan dibaca.. TELAH DIKONTRAK PENERBIT.
Dilarang playgiat, copypaste dan sejenisnya ya. Ingat Allah maha tahu, meskipun Saya tidak tahu.
******************************

4. Kupepet Kau Dengan Basmalah

Jingga merona di langit senja ini. Menampakkan gurat keceriaaan, dan riuh suasana pesantren sudah menjadi pemandangan yang lumrah. Masih tercetak dengan jelas di kepala Illyana akan pernyataan yang mungkin orang akan menganggapnya konyol serta tidak tahu malu saat kemarin pagi dengan lantangnya dia menawarkan diri untuk menjadi calon istri si abang ustazd. Hari gene mana ada gadis yang terang-terangan ngaku suka dengan lelaki. Kalau bukan karena saking polosnya, sudah bisa dipastikan dia titisan muka tembok alias tak tahu malu. "Abis si abang ustazd gantengnya naudzubillah sih!" alibi Illyana tak menampik pesona sang ustazd muda itu. Cuma perempuan bodoh yang tidak akan tertarik pada salah satu alumni rahim ibu, dan bisa dikatakan layaknya titisan Nabi Yusuf AS itu. Garis wajah yang tegas, rahang nyaris kokoh, alis tebal bak semut berjalan, serta bulu mata menggantung layaknya ayunan. "Duh, halalin Illyana dong abang ustazd." cericit Illyana dalam hati menggigit bibirnya sendiri saat teringat paras rupawan lelaki yang diberinya titel abang ustazd itu.

"Ly, kenapa senyum-senyum sendiri. Bantuin masak neh, biar cepat kelar." suara interupsi dari Naura membuyarkan angan Illyana akan si abang ustazd. Ah, Naura ini menganggu saja. Tidak tahu apa kalau Illyana sedang terkena syndrom poling in lope alias jatuh cinta pada sosok sang ustazd.

"Nau, abang ustazd itu kira-kira sudah punya calon belum ya?" cerocos Illyana sambil tangannya sibuk menyiangi kangkung yang akan dimasak. Naura hanya mengernyit bingung.

"Abang ustazd? siapa Ly?" tanya penasaran. Sekian lama tinggal di pesantren, Naura tidak pernah mendengar ada santri yang memanggil dengan sebutan 'abang ustazd' seperti itu. Naura melirik curiga, jangan-jangan teman barunya itu sedang terkena syndrom bisikan syaiton alias sedang kesengsem sama salah satu ustazd disana.

"Abang ustazd Ali." jawab Illyana dengan senyuman malu-malu. Dan benar tebakan Naura, hampir saja itu spatula di tangan Naura melayang saat mendengar jawaban Illyana. Ustazd Ghaly Abdullah Zaid. Kupingnya tidak salah dengar kan! si gadis polos ini menyukai salah satu ustazd terganteng, plus terpenomenal seantro jagad wattpad? eh, salah. jagad pesantren maksudnya.

"Ly, kamu suka ya sama ustazd Ali?" selidik Naura.

"Iya Nau, malahan aku bilang mau jadi calon istrinya," tukas Illyana dengan tak tahu malunya.

Naura menepuk jidatnya. Gemas sekali. Mana ada sih perempuan yang nyatain perasaan duluan kalau bukan si Safira Illyana ini. Si mungil, berpipi tembam, hobinya ceplas-ceplos, berkulit putih bersih, bisa dibilang lumayan tjantiek sih. Tetapi mana mau si ustazd Ali dengan gadis abege, alias beranjak gede macam Illyana.

"Safira Illyana, jangan bercanda ya. Masih pagi neh," seru Naura masih tak percaya dengan penuturan temannya itu.
Illyana malah terkikik melihat ekspresi Naura. "Siapa yang bercanda Nau, aku serius kog sama abang ustzd. Ini aku mau masakin spesial buat si abang." tunjuk Illy memperlihatkan potongan ayam yang akan ia masak khusus untuk si abang ustazd. Naura hanya menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ada gadis senekat Illyana. Pasalnya tidak sedikit, santriwati maupun ustadza yang menaruh hati pada si abang ustazd Ali, tetapi tidak ada yang seprontal Illyana itu. Apalagi Naura tahu betul perihal desas-desus jika si ustazd telah memilih seorang gadis yang kini tengah menuntut ilmu di Cairo. Hh..kalau saja Illyana tahu, bisa-bisa nangis tujuh hari tujuh malam karena hatinya layu sebelum berkembang.

"Ini hari kamis Ly, ustazd Ali biasanya puasa. Percuma kamu masakin nanti ngga bakal dimakan juga." peringat Naura bahwa sang ustazd memang terbiasa puasa sunnah senin-kamis.

Bibirnya Illyana malah melengkung sempurna saat mendengarnya. Sudah ganteng, rajin beribadah lagi. Ah, benar-benar calon imam dunia akhirat. gumamnya dalam hati.

"Yasudah Nau, nanti saja aku masakin buat abang ustazd." serunya lagi membayangkan jika nanti sore ba'da ashar ia akan menemui si abang ustazd, serta memberikan karya tangannya, alias hasil masakannya.
__

Ba'da dhuhur Illyana mengukuti kelas fiqih, dan kebetulan lagi yang mengajar si abang ustazd. Sudah bisa dipastikan sepanjang penjelasan si abang ustazd, fokus Illyana bukan pada materi yang disampaikan, tapi memandang syahduh raut yang kini tengah menerangkan tentang hukum fikih perempuan itu.

Dan Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau dustakan! arti dari salah satu penggalan ayat itu rupanya bagi Illyana sangat tepat sekali untuk penggambaran situasi yang dijalaninya siang ini. Bisa memandang wajah tampan si abang ustazd. Ah, itu lebih dari sebuah nikmat menurutnya. Harusnya sudah dari dulu dia berada di tempat ini, harusnya kemarin tak perlu ada adegan dramatis atas penolakannya dikirim ke pesantren jika akhirnya bisa bertemu makhluk Tuhan paling tamvan macam si abang ustazd ini. batin Illyana dalam hati.

Satu jam berlalu, pelajaran fikih ditutup dengan doa penutup majelis. Illyana memberengut, rasanya baru lima menit ia memandangi si abang ustazd, kenapa sudah kelar saja pelajaran siang ini.

"Belajar aja dulu yang bener Ly, masa masih kecil udah mikirin mau nikah." cerocosan Naura tadi pagi bagai angin lalu buat Illyana.

"Memangnya kenapa Nau, banyak kog yang memilih nikah muda, daripada pacar-pacaran, terus berbuat yang engga-engga, kan malah zina, dosa tahu." alibinya pada Naura.

"Dasar Illyana, memangnya ustazd Ali mau sama kamu Ly?"

"Harus mau Nau."

"Kalau ditolak gimana?"

"Aku pepet terus lah."

"Dosa tahu Ly!"

"Kan mepetnya dengan basmalah. Ku pepet abang ustazd dengan basmalah." cerocos Illyana dengan cengirannya, saat menjabarkan ide yang menurut Naura, sangat nekat.

obrolan pagi di dapur hari ini topiknya adalah nikah muda plus kupepet kau dengan basmalah. Terus kalau cinta ditolak gimana? Ya doa yang bertindak, jangan sampai cinta ditolak, jaran goyang melayang. Ah, pikiran Illyana mulai terinvasi oleh indahnya menikah muda sepertinya. Masih melekat dalam ingatan gadis itu saat beberapa waktu lalu menyaksikan di infoteinment santer diberitakan, bagimana seorang lelaki muda menikahi gadis pujaannya, dan rumah tangga mereka juga terlihat adem ayem, sakinah mawwadah warrohma. Dan yang baru-baru ini, seorang hafiz Qur'an menikahi gadis yang juga baru beranjak dewasa, mereka pun terlihat begitu bahagia meski melalui tanpa proses pacaran. Yaiyalah, mana ada hafiz yang pacaran. Yang ada taaruf'an, khitbah, trus nikah.

Duh, rasanya Illyana sudah terbayang indahnya membangun rumah tangga samawah bersama si abang ustazd. Kali ini harus berhasil, jangan sampai hari patah hati nasional terulang kembali. Bisa remuk redam hati dedeq, Bang!
Masih tercetak jelas, bagimana Illyana menangis haru plus iri saat si hafiz mudah plus imam bersuara merdu Muzzamil Hasballah meminang hafizah mudah Sonia Ristanti. Ancur berdarah-darah itu hati para santriwati sejagad raya. Apalagi saat menyaksikan betapa romantisnya mamas Muzzamil saat untuk pertama kalinya mengecup kening mba Sonia. Aiiih, bikin potek hati para kaum hawa deh pokoknya.

Tersenyum sendiri saat nanti Illyana membayangkan bisa seperti mas Muzzamil dan mba Sonia. Ah, pasti bahagia sekali rasanya.
___

"Assalamualikum Abang ustazd." rupanya Illyana tidak pernah main-main dengan ucapannya. Nekat menghampiri Ali ke ruang serbaguna, tempat para pengajar berkumpul jika sedang tidak ada pelajaran. Di tangan kanannya sudah ada kotak bekal berisi ayam goreng tepung plus sayur capcay yang sengaja dimasak spesial untuk menu buka puasa si abang ustazd.

"Waalaikumsalam, ada apa Illyana? lelaki itu memperhatikan gadis yang sedang berdiri di ambang pintu ruang serbaguna itu. Para ustazd dan ustadza yang ada di dalam pun ikut-ikutan menoleh saat mendengar salam gadis itu. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyunggingkan senyum, saat mendengar ada yang memanggil ustazd Ali dengan sebuatan 'abang'.

"Ih, Abang ustazd lupa ya. Kan Illyana sudah janji mau masakin buat Abang." protesnya disertai senyuman malu-malu khas abege, malu-malu tapi mau.

"Kenapa repot-repot Ly, saya kira kamu cuma bercanda bilang mau masakin."

"Ngga repot kog Abang ustazd. Kan hitung-hitung belajar masak untuk calon suami." cerocosnya lagi dengan tidak malu-malu. Bahkan Illyana seakan menebalkan kupingnya saat di dalam terdengar kasak-kusuk waktu mendengar kata 'calon suami' dari bibir gadis itu.

"Abang ustazd, nanti selamat buka puasa ya. Jangan lupa dihabisin ini masakan Illy, spesial Illyana bikin dengan penuh perasaan untuk Abang ustazd seorang."

"Iya insha Allah, makasih ya Ly." Ali menerima kotak bekal dari tangan Illyana. Lengkungan tipis refleks tercetak dari rahang lelaki itu.

"Sama-sama Abang ustazd. Yaudah kalau gitu Illyana pamit, assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam.."

"Awwwsh..aduuh.." baru melangkah beberapa meter dari si abang ustazd. Illyana terduduk sambil memegang pergelangan kakinya. Mengaduh layaknya orang yang sedang kesakitan.

"Ustadza Salwa, bisa tolong bantuin Illyana bawa ke ruang UKS." teriak si abang ustazd saat melihat Illyana yang meringis kesakitan.

Dalam benak Illyana sudah tersusun rencana. Ini saatnya mempraktekkan. Apalagi situasinya sangat pas sekali sore ini. Illyana sudah merencanakan jika ia akan pura-pura terjatuh, setelah itu si abang ustazd akan dengan sigap menangkap tubuh mungilnya. Dan, eng..ing..eng.. adegan romatis ala drama korea sore ini pasti akan meninggalkan kesan yang mendalam bagi gadis itu. Itu namanya lo culas Ly? bisik nurani Illyana. Ih, apaansih, semua adil untuk cinta bukan. Goda sudut hatinya yang lain. Allah juga ngga bakal meridhai niat dengan jalan yang salah Ly. Bodo ama lah, yang penting bisa terus mepet si abang ustazd. sudah bisa ditebak sudut hati yang menang. Dan...Kamvreto! bukan tangan sigap si abang ustazd yang menolongnya, melainkan si ustadza bernama Salwa itu yang diminta untuk mengantarnya ke UKS. Ah, dobel sial kau Ly! aktingmu kurang mumpuni.
Saat seperti ini Illyana malah teringat akan salah satu iklan minuman paling menyegarkan se Indonesia raya.

Hai..haii..
Apakabar semua..
Tau kan iklan minuman ringan 'Sumprite'
Hey 'Guys! ayo berpikir jernih
Nyatanya hidup ga kayak drama korea.
Kisah cintanya ngga seunyu yang kamu tonton.
Ngarep langsung baik hati sampai bikin kamu meleleh?
Daripada baper sendiri..
Mending mikir jernih bareng Sumprite.
Yang nyatanya bening dengan rasa lemon yang nyegerin.
'Sumprite' nyatanya nyegerin! ^^

Kamvreeto! nyatanya iklan Sumprite tak sepenuhnya salah. Nyaris benar, bahwa hidup tak semanis drama korea.

"Illyana ngga papa kan?" cuma itu yang keluar dari bibir si abang ustazd.

"Ngga papa Abang ustazd." sahutnya dengan wajah penuh gurat merah. Bukan merah karena malu-malu meong, tapi merah menahan malu.

"Abang ustazd, pokoknya sampai titik darah penghabisan kan terus ku pepet kau dengan basmalah." tekad Illyana membatin, serta menyemangati dirinya sendiri untuk maju terus, pantang mundur.
#####

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro