Bab 14 { My Mistake }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketukan jemari Itachi pada meja dini hari itu nampak terdengar menambah suasana suram ruangan hokage, karena moodnya benar-benar kacau. Deidara, Kakashi dan Tsunade yang duduk di hadapannya nampak terlihat tegang, menanti sulung Uchiha itu berbicara.

"Itachi sampai kapan kau bertopang dagu seperti itu? Wajahmu tidak akan merosot jika duduk dengan tegak!" Gerutu Tsunade yang mulai kesal dengan sikap diamnya.

"Ini masih pukul dua pagi, apa Sakura mengusirmu dari rumah atau kau kesepian hingga mengundang kami?" Sambung Deidara yang terlihat masih setengah sadar dan beberapakali terantuk pada meja.

Kakashi juga nampak menghela napas sembari menyandarkan punggungnya pada kursi, "Yare-yare, sepertinya siksaanku belum berakhir,"

"Apa kalian melakukan sesuatu pada Sakura hingga ia berubah drastis sekarang?"

Tsunade maupun Deidara kini serempak menatap Kakashi yang ada di tengah mereka berbarengan, "Apa? Aku hanya berdiam diri di kantor sepanjang hari," Ucapnya sembari bersedekap dan mendelik seolah tak tahu apapun.

Tiba-tiba Tsunade dan Deidara kembali kompak menjewer kupingnya hingga pria perak itu kaget, "Ittai! Ya, ya aku akan mengaku tapi jangan tarik kupingku!" Teriaknya membuat keduanya sepakat melepaskan pria perak itu.

"Beberapa hari yang lalu Sakura datang kemari. Ia menanyakan banyak hal tentangmu dan yang membuatku terkejut ia juga membawa surat cerai yang belum kau tandatangani ...."

Brak!

Tsunade seketika menggebrak meja hingga terukir retakan di sana, "Kau ingin menceraikan muridku, sialan!" Teriaknya sembari mencengkram kerah pakaian sulung Uchiha itu.

"Bagiku hubungan hanya formalitas saja. Sekalipun hubungan itu hancur hati kami akan selalu terhubung,"

Cengkraman Tsunade perlahan melonggar saat ia menangkap sorot keseriusan pada tatapan matanya yang tak berkedip ketika mengatakan pendapatnya itu. Ia seketika mendecih kesal karena tak bisa merubah pemikirannya anehnya itu.

Ia pun segera melepasnya lalu mendudukan diri dengan kencang, membuat Kakashi langsung menahan kursinya agar ia tidak terjengkang.

"Seperti halnya Izumi, benar?" Tanya Tsunade yang membuatnya seketika terbelalak, "Aku tahu jadi jangan pasang ekspresi memuakkan itu. Hatimu masih terhubung dengan Izumi, maka dari itu kau terus berfikir ribuan kali untuk menyerang Junichi kan?"

"Jika masalahnya adalah Izumi-chan, maka aku akan mencoba membawanya pulang kali ini!" Teriak Deidara dengan sangat bersemangat.

"Dua ratus kali ..." Gumam Itachi sembari menundukan kepalanya lebih dalam.

"Apa?"

"Dua ratus kali kau mengatakan hal itu tapi kau selalu kembali dengan tangan kosong dan kau juga selalu pulang dengan seperempat nyawa," Ucap Kakashi mewakili kata yang akan terlontar dari sulung Uchiha itu.

"Tapi kali ini aku yakin ...."

"Kakashi, lanjutkan ucapanmu barusan," Sela Itachi membuat pria bersurai keemasan itu menjadi kesal dan langsung kembali duduk sembari mendengus.

"Shikamaru menjelaskan semua rahasiamu pada Sakura sekalipun sudah ku larang. Ia nampak sangat sedih dan aku kira Sakura akan meninggalkanmu, jadi aku menyamar agar ia tak berfikir untuk meninggalkanmu,"

"Menyamar? Menyamar jadi apa?"

"Menjadi Jiraiya-sama,"

Plak!

Pukulan keras dari Tsunade seketika mendarat di kepala pria perak itu hingga dagunya membentur meja, "Ittai!"

"Beraninya kau menyamar menjadi rekanku!" Teriaknya membuat pria perak itu segera kabur ke belakang kursi Itachi.

"Jiraiya-sama panutanku juga. Beliau sudah senior dalam urusan cinta jadi tidak salah kalau aku menirunya kan Itachi?" Ucapnya sembari menengokan kepala dan sangat terkejut melihat onyx itu menatapnya dengan tajam, aura membunuh juga terasa sangat pekat hingga pria perak itu seketika merinding dan kini berpindah ke belakang kursi Deidara.

"Apa kau juga mengajarkan isi dalam buku icha-icha itu juga?" Tanyanya dengan nada cukup dalam membuat ketiganya seketika merinding.

"Ti ... Tidak, aku hanya mengajarinya menjadi istri yang baik,"

"Lalu kenapa Sakura bisa jadi lebih ganas dari biasanya?" Ucapnya dengan setengah bergumam.

Ketiganya seketika melongo mendengar itu dan tiba-tiba Tsunade tertawa terbahak sembari meledeknya, "Pfft kau kalah bertempur dengan istrimu? Haha, memalukan," Ledeknya membuat wajah sulung Uchiha itu semerah kepiting rebus.

"Lama-lama kau jadi Susis ... Suami takut istri hahaha!" Ledek Deidara membuat pria itu semakin kesal

Dengan cepat ia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan keluar, "Kalian ku liburkan selama satu bulan dan selama itu jangan sampai aku melihat bayangan kalian," Ucapnya sebelum menutup pintu membuat ketiganya kembali ribut dengan keputusannya itu.

*********

Keesokan siangnya saat Shikamaru baru saja memasuki ruangan Itachi, bulu kuduknya seketika berdiri saat melihat sulung Uchiha itu sudah terduduk di sana dan menatapnya dengan begitu tajam. Ia tak menyangka jika Itachi akan pulang tanpa pemberitahuan.

"Ko ... Ko ... Konnichiwa Rokudaime-sama. Te ... Ternyata anda kembali lebih cepat," Ucapnya sembari membungkuk, mencoba meredakan kegugupan yang entah kenapa menghampirinya.

"Hmm," Jawaban singkat itu cukup membuat pria Nara itu yakin jika malaikat maut akan menghampirinya.

Langkahnya kini terasa berat, jarak pintu ke meja Itachi seharusnya hanya beberapa langkah saja tapi entah kenapa ia merasa meja itu semakin menjauh.

"Ro ... Rokudaime-sama,  ini ... Ini laporan pembangunan bendungan," Ucapnya sembari meletakan kertas-kertas itu dengan tangan gemetar.

Tiba-tiba gerakan Itachi yang langsung mencengkram pergelangannya membuat Shikamaru tersentak kaget, "A ... Ada apa Rokudaime-sama?"

"Kau selalu memanggilku dengan nama, tapi kenapa hari ini kau terus memanggilku secara formal? Apa kau membuat kesalahan selama aku tidak ada?"

Pria Nara itu seketika menengok ke arah lain sembari mengusap tengkuknya, "Ehm .... Ano ..."

"Ya?"

"Itu ... "

"Katakan dengan jelas,"

Shikamaru tiba-tiba berlutut di hadapannya, "Gomenasai Rokudaime-sama, saya masuk ke ruang rahasia anda tanpa izin dan juga membawa Sakura ke sana,"

"Untuk apa?"

"Saya melihat Sakura mulai meragukan anda jadi saya berinisiatif memberitahunya,"

Itachi pun melepas cengkramannya dan menggeser kursinya ke sebelah Shikamaru, "Katakan isi peraturan desa no 199.05 dengan lantang," Titahnya sembari menepuk-nepuk pundak kiri pria Nara itu.

Shikamaru seketika terdiam beberapa saat untuk berfikir lalu mengepalkan tangannya yang berada di atas lutut, "Peraturan desa no 199.05 berisi semua orang yang bekerja untuk desa tidak di perbolehlan mencampur urusan pekerjaan dengan urusan pribadi,"

"Peraturan desa 761.03?"

"Peraturan desa no 761.03 berisi jika tidak ada yang boleh mengusik kehidupan pribadi hokage atau keluarganya,"

"Apa sekarang kau menyadari kesalahanmu?"

Shikamaru pun seketika mengangguk ngeri karena menyadari kesalahan juga hukuman yang akan di terimanya. Gerakan jemari  Itachi yang tiba-tiba mengangkat dagunya membuat Shikamaru seketika terkejut.

Kegugupan semakin mengguncang dirinya begitu melihat wajah sulung Uchiha itu cukup dekat dengannya, "Apa kau juga memberitahu tentang Izumi?" Tanyanya dengan setengah berbisik.

"Ti .... Tidak,"

Itachi seketika menyunggingkan senyumnya karena tahu Shikamaru tengah berbohong dan melepaskan tangannya dari dagu pria itu,"Kalau begitu hukumanmu akan sedikit ringan. Bersiaplah,"

"Ro ... Rokudaime-chotto,"

"Rokudaime-sama, gomennasai!" Teriak Shikamaru membuat Sakura yang tengah menaiki tangga ke ruangannya terhenti beberapa saat lalu berlari dengan kencang.

Brak!

"Shikamaru ada a ... "

Sakura seketika menutup mulutnya yang hampir tertawa melihat Shikamaru berlutut sembari mengangkat tumpukan buku yang sangat tebal di atas kepalanya.

"Pfft, apa yang sedang kalian lakukan?"

Itachi nampak sedikit terkejut melihat Sakura yang datang tiba-tiba, ia pun menyunggingkan senyumannya sembari mengetuk-ngetuk tumpukan buku yang sedang di angkat Shikamaru dengan penggaris yang di pegangnya.

"Dia sedang ku hukum karena tidak menuruti perintah," Ucapnya sembari dengan santai meletakan satu buku tebal lagi yang membuat tangan pria Nara itu gemetar, "Apa ini sudah waktu makan siang hingga kau kemari?" Sambungnya sembari memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.

Sakura perlahan mendekat padanya lalu mengambil salah satu buku yang di letakan Itachi barusan, "Tidak, aku hanya membawa beberapa temanku yang kau minta semalam,"

Itachi nampak mengangkat sebelah alisnya, tak percaya Sakura bisa menemukan gadis yang ia minta dalam sekejap, "Secepat itu?"

Sakura pun mengangguk lalu memanggil mereka dengan menjentikan jarinya. Ia nampak biasa saja saat melihat Ayame dan Matsuri memasuki ruangan namun saat melihat salah satunya lagi tiba-tiba wajah Itachi menjadi sangat suram, "Tsunade-sama, apa yang anda lakukan di sini? Apa anda tidak ingat apa yang ku katakan?"

"Ano ... Sakura bilang kalau kau mencari calon istri jadi ... Siapa tahu aku beruntung," Ucapnya dengan wajah malu yang di buat-buat membuat Shikamaru tersedak saat menahan tawanya.

Itachi pun nampak megurut pangkal hidungnya sembari berdecih, "Sebaiknya anda berkaca dulu sebelum bercanda!"

"Aku juga sudah berkaca, lihatlah aku masih gadis, segar dan muda. Sesuai kriteria yang Sakura katakan. Aku juga kini tidak memiliki aliansi dengan siapapun dan pastinya terjamin tidak akan ada perang di rumah karena aku adalah shisou Sakura,"

Itachi kini menatapnya dengan tajam lalu berjalan ke depan Tsunade, "Apa anda yakin?"

"Ya, asal tidak berat sebelah aku tidak akan mencari masalah,"

"Chotto, Rokudaime-sama anda tidak adil jika langsung memilih Tsunade-sama seperti itu," Protes Matsuri yang seketika berdiri di sisinya.

"Setidaknya anda harus memberikan tantangan, Rokudaime-sama," Timpal Ayame sembari ikut mendekat juga.

Itachi pun menyunggingkan senyuman langkanya yang membuat pipi para gadis di sana memerah seperti kepiting rebus, "Berikan saja data kalian, biar Sasuke yang memilih dan memberi tantangan,"

"Are! Sasuke?" Pekik semua orang di sana.

"Hmm, dia yang akan menikah jadi dia yang akan memilih dan memberi tantangan,"

Gemeretak kekesalan pada tangan Tsunade terdengar cukup kencang hingga membuat suasana ruangan itu seketika suram. Tiba-tiba wanita paruh baya itu berjalan dengan cepat lalu mengangkat kerah pakaiannya, "Bakka! Jadi kau mencari calon istri untuk Sasuke? Kenapa tidak bilang dari awal!"

"Nee, gomen aku lupa memberitahu Sakura,"

Tsunade pun segera melepas cengkramannya lalu menatap pria itu dengan tajam, "Jika kau ingin mendapat maaf dariku, cukup belikan aku shoju beserta kedainya," Ucapnya sembari memalingkan wajah dengan sinis.

"Nee, Shikamaru akan mengaturnya,"

"Apa anda yakin tidak ingin menikah lagi Rokudaime-sama?" Tanya Ayame.

Netra onyx itu pun melirik pada emerald di belakangnya yang nampak mendelik kesal karena merasa di permainkan, "Tidak, aku sudah merasa cukup dengan apa yang ku miliki saat ini,"

Mendengar itu Tsunade pun menatap keduanya sekilas dengan pandangan aneh, lalu keluar dari ruangan itu dengan cepat. Meninggalkan para gadis tersisa yang masih berdiri mematung, "Gomen, aku yang salah. Jika kalian menginginkan apapun untuk ganti rugi waktu. Katakan saja,"

Ayame pun menundukan pandangannya, sembari tersenyum lalu berkata, "Rokudaime, saya tidak ingin apa-apa. Saya ingin tetap menikah dengan Sasuke,"

"Kenapa? Bagaimana dengan Yamato Taichou?" Tanya balik Itachi membuat gadis itu seketika terbelalak.

"Ano ... Itu ..."

"Hubungan kalian sudah terendus publik. Aku tidak mau jika Sasuke nanti di kira merebut kekasih orang lain,"

Ayame seketika kembali menundukan kepalanya karena merasa bersalah saat mendapat jawaban itu. Itachi pun tiba-tiba mengulurkan sebuah kertas padanya, "Aku tahu apa yang kau inginkan, terimalah sebagai permintaan maaf atas kecerobohanku,"

Gadis itu seketika berbinar setelah membaca singkat surat pernyataan di angkatnya Yamato sebagai wakil dari Sai yang merupakan seorang ketua anbu. Ia pun segera pamit pergi dari sana setelah berterimakasih berulang kali.

"Dan kau ingin apa?" Tanyanya pada sang gadis Sunagakure yang kini berdiri di sisi Sakura.

"Saya tetap ingin menikah dengan Sasuke, saya tidak memiliki hubungan dengan siapapun dan siap meninggalkan apapun demi bisa bersama dengan Sasuke," Ucap Matsuri dengan lantang.

Sakura perlahan bergerak ke sisinya dan menggenggam tangan sulung Uchiha itu hingga ia menoleh dengan tatapan penuh tanya, "Matsuri sudah menyukai Sasuke sejak lama. Aku tahu segalanya jadi tolong beri dia kesempatan,"

"Jika kau ingin menikah dengan Sasuke lalu kenapa kau mendaftarkan diri untuk menjadi istriku?"

Wajah gadis itu seketika memerah saat berpaling, "I ... Itu ... Bisa saja kan kalau saya kalah, saya bisa mendapat kesempatan untuk dekat dengan Sasuke,"

Kekehan kecil Sakura membuat sulung Uchiha itu sedikit terkejut dan langsung menatapnya dengan penuh keheranan, "Apa maksudmu kau mencoba kalah sebelum perang?"

Matsuri pun semakin memalingkan wajahnya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Itachi yang tak punya pilihan lain pun akhirnya menyetujui permintaan Sakura. Gadis itu nampak benar-benar senang mendengarnya sementara Itachi sedikit khawatir, bagaimana jika Sasuke menolaknya.

Jika itu terjadi pasti gadis itu sangat terluka dan Gaara pasti akan mengamuk mengetahui muridnya di sakiti. Untuk hari ini ia benar-benar lelah dan tak mau menggunakan kepalanya lagi untuk berfikir.

Sakura yang melihat suaminya tiba-tiba berbaring di sofa tanpa sepatah kata apapun, berinisiatif membuatkan teh kesukannya agar ia kembali bersemangat.

Saat sulung Uchiha itu akan terpejam tiba-tiba gebrakan pintu membuatnya juga Shikamaru yang tengah mengantuk tersentak kaget sampai hampir terjatuh.

"Rokudaime-sama!" Teriak suara seorang gadis yang membuatnya terkejut.

Saat ia menoleh Itachi pun mengernyit bingung dengan sosok gadis berambut panjang terurai yang seperti Tenten itu, "Ya?"

Gadis itu segera berlari ke arahnya lalu menunduk hormat, "Rokudaime-sama, saya Tenten. Anda pasti terkejut kan dengan penampilan saya?" Tanyanya dengan mata berbinar membuat kerutan pada kening sulung Uchiha itu bertambah.

"N ... Nee, aku hampir tidak mengenalimu. Ada apa?"

"Tenten, kau kesurupan apa sampai seperti ini?" celetuk Shikamaru membuat perempatan kekesalan pada dahi gadis itu terukir.

"Hish suka-suka aku mau berpenampilan bagaimanapun juga. Lalu kau kenapa berlutut sembari mengangkat buku seperti kera yang tengah di didik untuk disiplin?"

"Sudahlah, tidak dimana-dimana kalian terus saja bertengkar. Tenten ada apa kemari?" Tanya Sakura yang kini berjalan ke meja Itachi sembari meletakan gelas teh itu di sana.

Wajah Tenten nampak memerah, ia juga nampak mengadu telunjuknya seperti Hinata setiap kali bertemu Naruto, "Ano ... Itu ... Sa ... Sakura,"

"Sakura? Ada apa dengannya?" Tanya Itachi berbarengan dengan Shikamaru yang kini menatap gadis itu.

"Aku? Ada apa denganku, shannaro?"

"Uhmm ... Ano ..."

"Ya?"

"Kata Sakura kau mencari seorang gadis untuk di nikahi, maka dari itu aku mengajukan diri," Ucapnya dengan malu-malu, membuat sulung Uchiha itu melirik pada Sakura yang kini mendelik menghindari tatapannya, "Rupanya cerita itu menyebar cukup cepat,"

"Sa ... Saya hanya mendengar sepintas dari orang lain. Lalu melihat Matsuri keluar dari sini dengan girang membuat saya yakin jika berita itu benar,"

"Apa kau yakin ingin menikah sekarang?" Tanyanya dengan nada jahil yang seketika membuat Sakura semakin menundukan pandangannya sembari mengocek teh itu dengan cukup kencang.

Saat Tenten mengangguk setuju, Itachi kembali menyunggingkan senyum langkanya hingga membuat Sakura semakin panas dengan ulahnya.

"Aku akan bicarakan dengan Sasuke,"

"Ehh Sasuke?" Pekik Tenten.

"Hmm, ada apa?"

"Jadi anda mencari gadis untuk di nikahi Sasuke?"

"Ya, apa Sakura tak menjelaskannya padamu?" Tanyanya sembari melirik pada sang gadis musim semi yang kini memelototinya. Sementara Tenten langsung tertunduk sembari menggeleng pelan.

Itachi kini menatapnya dengan serius lalu berdeham pelan, membuat gadis itu kembali menatapnya, "Jika kau tidak ingin menikah dengannya tidak apa,"

"Chotto, aku ingin menikah dengan Sasuke jadi tolong bicarakan dengannya. Aku ... Aku terlalu malu untuk mengatakannya secara langsung, tapi aku sudah menyukainya sudah sejak lama,"

Itachi lagi-lagi menyunggingkan senyumnya teringat sifat Sakura dulu saat ia masih malu-malu mengakui perasaannya,"Hmm, tenanglah aku akan bicarakan ini,"

"Ah sungguh?" Tanyanya yang segera di jawab deheman singkat, membuat Tenten kembali senang.

"Sakura sepertinya berita yang kau sebarkan harus segera kau hentikan. Dua kandidat sudah cukup," Ucapnya namun gadis itu hanya terdiam di sisinya.

Itachi pun segera duduk dan memeluknya dari belakang, "Ada apa?" Bisiknya membuat Sakura segera menggeleng.

"Shikamaru, Tenten. Keluarlah ada yang harus ku bicarakan dengan Sakura,"

Pria Nara itu pun segera meletakan buku yang ia angkat sedari tadi lalu keluar sembari meregangkan tangannya yang sudah mati rasa.

Dengan lembut Itachi menyentuh dagunya dan mengarahkan wajahnya agar mereka bertatapan langsung. Namun, sayang sepertinya Sakura tak tertarik untuk menatapnya, ia malah semakin menundukan pandangannya.

"Kau marah atau cemburu?" Tanyanya dengan nada jahil membuat gadis itu semakin kesal dan melepaskan tangannya yang melingkar pada pinggangnya.

"Seharusnya kau bilang sejak awal ingin mencari gadis untuk Sasuke. Sekarang bagaimana bisa aku menghadapi teman-temanku, aku sudah cukup malu dengan kecerobohanmu,"

"Kau tidak perlu malu karena ini salahku. Semua temanmu pasti mengerti, kau tidak perlu khawatir,"

Sekalipun sudah di bujuk Sakura tetap saja marah dan terus menghindar saat Itachi ingin menyentuhnya. Ia juga terlihat tak mau menjawab apapun yang menurutya tak penting. Hingga sebuah ide jahilnya mencuat di benak sulung Uchiha itu.

Ia terdengar berdeham untuk menarik perhatiannya namun Sakura masih saja tak perduli, "Sakura, aku memang tidak akan menikah untuk yang kedua kalinya. Tapi mungkin akan berbeda jika mengenai perasaan hati," Ucapnya membuat emerald itu terbelalak tak percaya.

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak bisa menjanjikan hatiku akan tetap bertahan dalam badai yang sebentar lagi akan datang,"

"Jika kau mencintai wanita lain sebaiknya katakan saja, jangan berbelit-belit,"

"Aku mencintaimu Sakura, sampai kapanpun perasaan itu hanya untukmu. Akan tetapi sejujurnya, di hatiku juga ada gadis lain yang sangat ku sayangi. Ku harap kau mau mengerti dan aku berjanji hanya akan menghabiskan hidupku hanya denganmu," Ucapnya dengan cukup cepat membuat Sakura melongo tak mengerti.

"Chotto, aku ..."

Trak ....

Itachi tiba-tiba menjentikan jarinya membuat pandangan gadis itu tiba-tiba kosong, "Sebaiknya kau lupakan apa yang ku katakan barusan dan kembalilah menjadi dirimu sendiri," Ucapnya sembari menjentikan jarinya lagi hingga Sakura tersadar.

Gadis itu terlihat begitu kebingungan dan beberapakali melihat ke sekeliling. Ia begitu terkejut saat melihat Itachi tengah tertidur di pangkuannya.

Saat ia melihat jarum jam sudah menunjukan pukul dua siang. Sakura segera mengambil bantal kecil di sisinya dan menggeser kepala pria itu dengan hati-hati ke bantal.

Setelah di rasa pas, ia pun segera bangkit berdiri lalu berbisik akan kembali ke rumah sakit. Dengan begitu cepat ia mengecup pipi pria itu dan menghilang dari sana.

Saat chakranya mulai terasa semakin jauh, Itachi pun membuka matanya dan kembali terduduk. Menatap seseorang berambut panjang yang menyembulkan kepalanya dari jendela luar, "Konnichiwa, Uchiha Itachi," Ucapnya dengan nada yang cukup dalam hingga membuat bulu kuduk berdiri.

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#sakura