Pantang Menyerah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari mulai gelap. Matahari sudah terlihat berada di sebelah barat. Adlan mengendarai motornya pulang ke rumah, karena dia dari bengkelnya.

Gang yang di lewati oleh Adlan memang sepi jika sudah senja begini. Lampu temaram dari penerangan umum tak mampu membuatnya terlihat terang. Samar-samar Adlan melihat sebuah mobil mogok dengan pemiliknya berdiri bersandar mobil sambil menelvon seseorang.

Adlan melajukan motornya lebih tinggi. Hingga dia berada di dekat mobil mogok itu, dia menghentikan motornya dan mematikan mesinnya. Pemilik mobil itu tampak kaget dan bingung. Adlan menyadari jika dia adalah Ayahnya Yesa. Ini bisa jadi kesempatan fikirnya. Adlan melepas helm cakilnya sehingga Rangga tahu siapa remaja laki-laki yang ada di depannya kini. Wajah Rangga terlihat masam begitu dia tahu Adlan ada di hadapannya.

"Mobilnya kenapa om ?". Tanya Adlan ramah.

"Mogok". Jawab Rangga cuek sambil terus menelpon seseorang.

"Boleh saya lihat om ?". Tanya Adlan lagi.

"Memang kamu bisa ?".

"Insyaallah".

"Silakan". Jawab Rangga sambil memberi jalan kepada Adlan. Kemudian dia memasukkan handphone nya lagi ke sakunya.

Adlan tampak mengotak-atik mesin mobil. Dia dengan telaten menelusuri setiap kabel-kabel yang dia rasa menjadi alasan mengapa mobil ini bisa mogok.

Kemudian dia membuka tasnya dan mengambil beberapa alat yang akan membantunya dalam memperbaiki mobil ini. Tanpa banyak kata dia langsung mengerjakan semuanya. Rangga melihat Adlan dengan seksama, bagaimana bisa Adlan dengan lancarnya memperbaiki mesin mobilnya.

"Kamu ngerti dengan ginian ?". Tanya Rangga heran.

"Iya om sedikit". Jawab Adlan sambil terus memperbaiki mesin mobil.

"Kok bisa ?". Tanya Rangga penasaran. Pasalnya Adlan adalah siswa Sma dan masuk jurusan Ipa. Jika Adlan siswa Smk mungkin dia tidak akan heran seperti ini.

"Papa dulu waktu sekolah anak otomotif, sampe sekarang dia juga masih menggeluti dunia otomotif hanya saja dia tidak memutuskan berbisnis di bidang otomotif". Kata Adlan mulai bercerita. "Dari hobi Papa itu akhirnya aku mulai di ajari sejak masih di Smp dulu, terus lama kelamaan aku juga mencintai otomotif. Alhamdulillah sekarang udah bisa buka usaha bengkel ya walaupun modal pertamanya dimodali Papa, dan setiap bulannya aku cicil" lanjut Adlan bercerita.

Rangga diam. Dia tak menyangka jika Adlan sudah mulai berbisnis di usia muda. Dulu dia mulai bisnis waktu semeter 6. Dia menatap Adlan dengan serius.

"Kenapa kamu cicil ?". Tanya Rangga lagi.

"Ya sebenernya Papa nggak mau nerima cicilan aku, tapi aku juga nggak enak soalnya pengen aja gitu punya usaha dari hasil sendiri, tapi tetep aja aku nggak bakal lupain jasa Papa yang udah bantuin aku". Jawab Adlan menjelaskan.

Rangga manggut-manggut paham. Ternyata Adlan tidak seburuk apa yang dia fikir. Masih ada sisi positif dan bahkan bisa jadi inspiratif.

"Coba om nyalakan mesinnya". Kata Adlan pada Rangga.

"Oh iya iya". Kata Rangga setelah itu dia masuk ke mobil dan mencoba menyalakan mesinnya.

"Udah nyala". Jawab Rangga dengan tersenyum.

Adlan ikut tersenyum senang. Walaupun Rangga bukan ayah Yesa, dia pasti tetap bakal menolong Rangga. Karena dia merasa senang jika bisa membantu orang lain. Dia sadar jika dia belum mempunyai uang yang cukup banyak, jadi dia akan menggunakan kemampuannya untuk membantu orang lain.

"Terima kasih ya. Berapa semuanya ?". Tanya Rangga sambil memegang dompet.

"Tidak usah om, saya ikhlas. Lagi pula kan saya bisa membantu jadi ya saya bantu. Kalau saya nggak ngerti ginian pasti juga saya nggak bakalan bantu om". Jawab Adlan dengan tersenyum.

Rangga memasukan kembali dompetnya ke dalam saku. Dia tersenyum sekilas kepada Adlan.

"Terima kasih ya". Jawab Rangga singkat.

"iya om sama-sama". Jawab Adlan dengan tersenyum.

"Kamu mau pulang ?". Tanya Rangga pelan.

"Iya om, tadi pulang sekolah mampir dulu sebentar di bengkel". Jawab Adlan.

"Ooo ya sudah kalau begitu saya duluan ya". Kata Rangga sambil sebelum masuk ke mobil.

"Iya om hati-hati". Jawab Adlan ramah.

***


"Kok pulang telat mas ?". Tanya Mera sambil meminta tas kerja Rangga.

"Tadi mobil mas mogok, telvon bengkel langganan nggak ada jawaban". Jawab Rangga sambil melonggarkan dasinya.

"Terus ?". Tanya Mera lagi.

"Ya untungnya ada Adlan lewat jadi dia bantu benerin mobil mas". Jawab Rangga jujur.

"Emang dia bisa ?". Tanya Mera heran.

"Bisa. Dia juga punya bengkel kok". Jawab Rangga setelah menyeruput teh hangat buatan istrinya.

"Punya orang tuanya ?". Tanya Mera singkat.

"Punya dia sendiri, tapi modalnya dari papanya terus dia nyicil buat ganti semuanya". Jelas Rangga.

Mera memicingkan matanya. Dia heran mengapa suaminya tahu semuanya tentang Adlan. Dia merasa jika suaminya akan berubah fikiran.

"Kok kamu tahu semuanya sih mas ?". Tanya Mera heran.

"Ya tadi sambil benerin mobil aku tanya kenapa dia bisa benerin mobil terus dia jawab sekalian cerita-cerita tentang usahanya itu". Jawab Rangga menjelaskan.

Tanpa mereka sadari, Yesa menguping di balik tembok. Dia tersenyum bahagia, sedikit demi sedikir Adlan sudah mendapat pengakuan dari Ayahnya. Tinggal Bundanya yang masih dingin dengan Adlan. Yesa berharap kedua orang tuanya bisa memberi maaf pada adlan dan tidak melarangnya untuk memiliki hubungan dengan Adlan.

"mas langsung makan atau mandi dulu ?". Tanya Mera lembut.

"Langsung makan aja deh, kasihan Yesa ntar nunggu lama". Jawab Rangga sambil tersenyum.

"Ya sudah ayo makan sekarang, aku udah siapkan". Kata Mera sambil menggandeng lengan suaminya menuju ruang makan.

Sesekali Rangga menggoda istrinya dengan menggelitik pinggang istrinya. Mera menjerit sekilas menanggapi gelitikan suaminya. Mera perempuan yang tidak betah dengan geli, jadi akan teriak saat di sentil sedikit.

"Yes turun, ayo makan". Teriak Mera dari ruang makan.

"Iya Bun". Jawab Yesa teriak juga.

Yesa turun dari tangga dengan sumringah. Pasalnya dia seperti memiliki kesempatan lagi untuk kembali menjalin hubungan dengan Adlan. Senyum terukir di bibir tipisnya hingga membuat orang tuanya heran, namun tidak bertanya alasan Yesa selalu menyunggingkan senyumnya.

================================

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro