29. Separuh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Manda tersenyum miris menatap buku catatan hariannya. Pertemuannya dengan pria yang mengenakan jas putih itu cukup mengejutkannya. 

"Lho? Manda? Kenapa ke rumah sakit?" tanya pria itu, dia cukup kaget melihat keberadaan gadis itu.

"Iya, dok. Habis jenguk tadi."

"Oh gitu, oh iya gimana cedera kepalamu? Sudah nggak kenapa-kenapa?"

"Dok, saya akhir-akhir ini semakin sering sakit kepala, mual, pandangan kabur beberapa kali, lalu ada benjolan juga di kepala saya. Apa ini buruk ya, dok?"

Pria itu terdiam untuk beberapa saat, "Saya harus periksa kamu dulu. Ayo, ikut saya."

Manda menuruti ujaran dokternya, dia tahu kalau ada yang salah dengan dirinya dan dia ingin tahu apa itu. Mungkin dia tidak perlu memberitahukan keluarganya, dia tidak ingin menambah beban pikiran mereka, Manda juga tidak ingin dia menjadi penghabis uang yang sudah susah payah didapatkan. Kerja keras mereka harus dinikmati oleh mereka, bukan untuk dirinya. 

Manda mengikuti serangkaian pemeriksaan setelah dokter menanyakan lebih lanjut mengenai keluhan, dan pertanyaan lainnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis yaitu MRI (Magnetic resonance imaging) yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. 

"Manda, kamu perlu ikut pemeriksaan. Bisa menggunakan MRI ((Magnetic resonance imaging) yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dilakuakn pada otak dan saraf, jantung dan pembuluh darah untuk melihat  ukuran dan fungsi pada ruang jantung, ketebalan dan gerakan dinding jantung, serta tingkat kerusakan akibat atau penyakit jantung. Untuk memeriksa tulang dan sendi, serta payudara juga bisa. Kalau dalam kasusmu, kita harus memeriksa otak dulu."

"Kalau selain MRI ada lagi, dok?"

"Ada, bisa dengan CT Scan. CT Scan ini untuk mengecek adanya perdarahan di otak atau tidak.  CT Scan atau  computerized tomography scan  itu prosedur pemeriksaan medis yang menggunakan kombinasi teknologi sinar-X dan sistem komputer khusus untuk menghasilkan gambar organ, tulang, dan jaringan lunak di dalam tubuh," lanjut dokter menjelaskan.

Manda tertegun, perasaannya tidak baik sekarang. 

"Oke, dok. Saya mau diperiksa."

Selanjutnya Manda diperiksa dengan menggunakan MRI. Sekarang Manda sudah mengenakan pakaian khusus yang disediakan oleh rumah sakit, melepaskan perhiasan atau benda yang menempel di tubuh seperti cincin, anting, kalung, jam tangan, atau jepit rambut.

Manda kembali teringat informasi yang diberikan petugas saat memberikan pakaian khusus padanya. Manda langsung bersemu merah, dia malu. 

"Mbak, nanti tolong bra-nya dilepas juga ya."

"I-iya."

Wajahnya memerah begitu mendengar ucapan petugasnya, rasanya dia ingin menghilang detik itu juga. Namun, dia berusaha menenangkan dirinya. Pengalaman yang unik, ini pertama kalinya dia akan mengikuti pemeriksaan ini. Pemeriksaan yang mungkin akan memberikan kejutan padanya. Jantung Manda berdegup kencang, darahnya mengalir semakin kencang, tubuhnya mulai panas dingin sekarang. Rasa takut itu mulai muncul, takut bila apa yang dipikirkannya menjadi kenyataan. Namun, dia hanya manusia biasa yang tidak punya kuasa akan apapun. Menyimpan rasa takut pun tidak akan merubah takdir, jadi gadis itu sudah lebih tenang sekarang. Apapun yang terjadi, itulah jalan takdirnya.

Manda sudah siap sekarang, Manda masuk ke dalam ruangan yang terdapat mesin MRI di sana. Pada bagian tengah mesin MRI yang berbentuk tabung, terdapat tempat tidur yang dapat digerakkan keluar masuk selama Anda diperiksa. MRI akan dioperasikan melalui komputer yang berada di ruangan terpisah demi menghindari medan magnet dari mesin pemindai.

Petugas berkomunikasi dengan Manda melalui interkom. Saat dilakukan pemeriksaan, alat MRI akan menghasilkan arus listrik dari kumparan pemindai dan akan mengeluarkan bunyi yang keras. Mengenakan penyumbat telinga atau headphone dapat membantu meredam suara dan ketidaknyamanan.

Manda ingat perintah petugasnya tadi, "Nanti jangan bergerak ya.Usahain tetap diam 15-90 menit. Oh iya, coba ikuti instruksi saya. Sekarang coba tekan ibu jari ke arah jari-jari tangan lain," ucap petugas itu tegas.

Petugas itu pun mengucap hal lainnya, "Coba gosok kertas amplas  itu."

Manda menduga tes kecil yang diinstruksikan petugas itu termasuk ke dalam serangkaian tes juga. Tidak mungkin petugas itu sengaja mengerjainnya. Selepas itu, Manda langsung bernafas lega. Dia kembali menemui dokter yang menanganinya tadi.

"Oke, hasilnya keluar kurang lebih satu minggu lagi ya. Tolong jangan berpikir yang berat-berat, dijaga juga supaya tidak kena benturan. Lalu, jika ada keluhan nanti tolong sampaikan ke saya ya."

Manda tersenyum dan mengangguk paham. "Terima kasih banyak, dokter. Saya pamit dulu."

"Oh iya, kamu tidak memberitahukan ke keluargamu?" tanya dokter itu lagi.

"Ah itu, akan saya pertimbangkan," ucap Manda pada akhirnya. Dia takut kalau tadi dia bilang tidak maka dokter itu sendiri akan meberitahu keluarganya. Sejujurnya dia paham keluarganya berhak tahu akan kondisi kesehatannya. Namun, dia tidak mau mereka jadi khawatir dan membuat mereka tidak fokus dalam melakukan kegiatan apapun.

Manda sudah keluar dari ruangan dokter itu lalu melihat ponselnya. 
"Eh? Banyak banget yang telepon. Siapa aja, sih?" gumam Manda heran.

Di saat itulah dia melihat banyak panggilan dari Gabriel, Nareswara dan Niko. Manda tersenyum miris, "Kamu kenapa baik sekali? Bodoh ya, padahal udah jelas kalau kamu tidak suka sama aku, kamu hanya memanfaatkanku saja."

Manda membiarkan ponselnya berdering, dia tadi sudah berpamitan dengan gurunya karena dia yakin pemeriksaannya akan lama. Dia tidak mau gurunya menunggunya begitu lama, dia yakin setiap orang punya kesibukan dan dia tidak berhak menguras waktu mereka. Manda berhenti melangkah dan memandang ke arah taman. Tadi dia sempat berbicara dengan gurunya di taman itu. Taman itu berada di dekat ruangan orang yang ditemui pria itu. Sesuatu yang cukup mengejutkan Manda, dia tidak pernah tahu akan hal itu. 

"Hei, kamu pasti terkejut. Dia mantan isteriku. Orang yang paling kusayangi dari dulu hingga selama-lamanya."

"Selama-lamanya? Lalu, kenapa memutuskan bercerai?"

Pria itu tersenyum tipis, sementara Manda langsung panik dia merasa sudah melewati batas dalam bertanya.

"Ma-maaf, Pak. Pertanyaan saya tidak sopan."

"Santai, wajar kamu penasaran. Dia yang ingin bercerai."

Nareswara memandang ke arah pintu ruangan mantan isterinya berada dengan tatapan sendu. "Kami kehilangan bayi kami dan dia trauma. Dia pikir dia tidak layak menjadi isteriku dan memutuskan bercerai. Aku terlalu sibuk bekerja dan tidak memperhatikan dirinya. Aku juga tidak layak disebut sebagai suami yang baik."

"Lalu apa yang terjadi dengan mantan isteri bapak? Kenapa masuk rumah sakit?"

"Dokter bilang dia overdosis obat antidepresi. Mungkin trauma itu yang buat dia jadi seperti ini."

Mereka cukup lama terdiam hingga Manda mengucapkan sesuatu.

"Pak, jangan tinggalkan mantan isteri bapak. Dia butuh bapak. Kalian saling mencintai--"

"Bagaimana kamu yakin dia masih mencintai saya?"

Manda menatap lekat ke arah pria yang pernah disukainya itu, anehnya dia tidak terlalu merasakan sakit hati, entah karena apa.

"Dari cara kalian bertatapan, perasaan saya mengatakan demikian."

Pembicaraan mereka tidak begitu lama karena dokter yang menangani mantan isterinya sudah keluar dari ruangan, tadi dokternya melakukan visite untuk mengecek kondisinya. Pria itu langsung pergi dan menemui dokter, menanyakan perkembangan mantan isterinya itu, setelah itu gadis itu bertemu dengan dokter dan melakukan pemeriksaan pada dirinya sendiri.

 Manda tersenyum mengingat hal itu. Manda segera keluar dari rumah sakit, dia beruntung karena ada uang di saku seragamnya. Kalau tidak mungkin dia akan jalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Selama satu minggu kedepan, Manda akan semakin banyak pikiran, antara Niko, kesehatannya, Pak Nareswara, keluarganya dan nilainya. Manda terus menghela napas, sepanjang perjalanan menggunakan ojek hingga dia sampai di depan rumahnya. Firasatnya dia tidak akan hidup lama. Mungkin saja benar, mungkin juga tidak. 

-Bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro