7.Hold me

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa mungkin kamu adalah malaikat yang dikirim Tuhan untukku?"

-Manda-


Situasi menjadi canggung, wajah Arsya kembali pucat. Dia tidak merespon ucapan pria itu lagi. Nareswara tersenyum, hari ini pria itu banyak tersenyum.

"Oke, lanjut ya. Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus listrik (i) dengan selang waktu (t). Jadi, bisa diketahui kalau massa zat yang dihasilkan selama elektrolisis (G) juga berbanding lurus dengan kuat arus (i) dan selang waktu (t). Perumpamaannya gini, apa yang kalian ucapkan itu berbanding lurus dengan apa yang kalian pikirkan. Hal ini juga berbanding lurus dengan selang waktu dan kuat arus. Artinya kita bisa menggunakan waktu untuk mempertimbangkan apakah tindakan itu baik dan benar." Pria itu menarik napas sejenak sambil menatap ke wajah anak-anak didiknya.

"Emosi memang susah dikendalikan, tetapi kita bisa berpikir jernih dengan adanya waktu. Turunkan kuat arus supaya emosi mereda dengan adanya waktu yang digunakan, semua berbanding dengan masa yang dihasilkan. Jangan capek jadi orang baik, dunia yang jahat ini butuh orang-orang baik. Mungkin perbuatan baik kita tidak dianggap oleh orang lain, yah nggak masalah karena kita berbuat baik sebab Tuhan sudah mengasihi kita lebih dahulu. Berbuatlah baik seperti melakukan untuk Tuhan bukan untuk manusia," sambungnya lagi.

Nareswara suka memberikan perumpamaan, sebab dengan memikirkan hal itu jadi memudahkan dirinya untuk mengerti ilmu.

"Lanjut ya. Selanjutnya ada hukum faraday II yaitu massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G) berbanding lurus dengan massa ekivalen zat tersebut (Mek). Hmm, apa ada yang bingun dengan massa ekivalen?"

Beberapa anak mengangkat tangan, dari raut wajah mereka terlihat jelas kalau mereka bingung.

"Oke, massa ekivalen zat adalah massa zat dengan jumlah mol setara secara dengan 1 mol elektron. Massa ekivalen dari suatu unsur sama dengan massa atom relatif (Ar) dari unsur tersebut dibagi dengan perubahan bilangan oksidasi (biloks) yang dialami dalam reaksi elektrolisis. Kalau nggak ada latihan soal rasanya jadi kurang ya? Bapak kasih contoh soal ya."

Dia sudah menulis soal di papan tulis itu.

"Nah, soalnya hitunglah volume gas hidrogen pada keadaan STP yang terbentuk dari elektrolisis larutan KBr menggunakan arus 1,93 A selama 5 menit. Ada yang bisa jawab? Coba deh, nanti bapak kasih poin tambahan."

Mendengar kata poin tambahan rupanya manjur untuk membakar semangat mereka. Terlihat dari binar di mata dan gerakan mencoret-coret kertas dengan cepat. Hingga akhirnya, Arsya mengangkat tangannya.

"Ya? Kamu mau jawab?"

"Iya, Pak. Jawabannya 0,62 L."

"Oh, hampir. Sayangnya kurang tepat. Yang lain ada yang bisa jawab?"

Butuh beberapa menit hingga seseorang kembali mengangkat tangannya. Dia gadis berantakan yang dicari Nareswara.

"Ya? Jawabannya apa?"

"0,062 L, Pak?"

Nareswara kembali dibuat tersenyum. "Benar. Bisa jelaskan gimana caranya?"

"Bisa pak. Dari soal bisa ditulis yang diketahui i = 1,93 A; t = 5 menit = 300 s. Lalu, bisa pakai rumus Q = i × t. Hasilnya Q = (1,93 A)(300 s) = 579 C. Selanjutnya mencari jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi elektrolisis dihitung dengan rumus: Q = ne × F. Didapatkan hasil ne 0,006 mol. Setengah reaksi pembentukan H2 pada elektrolisis larutan KBr: 2H2O(l) + 2e− → H2(g) + 2OH−(aq). Berdasarkan perbandingan koefisien reaksi didapatkan mol H2 =0,003 mol. Langkah selanjutnya yaitu mencari volume H2 STP yaitu 22,4 mol-1 x 0,003 mol dan didapatkan hasil akhir 0,062 L."

Nareswara bangga, dia selalu bangga jika ada murid yang berani untuk mencoba. Tidak masalah jika salah, yang penting adalah berani mencoba memberikan pendapat. Jika sudah pernah mencoba dan salah, pasti akan belajar dan lebih membekas. Menurut pria itu hal itu cukup efektif supaya tidak diulang lagi dikemudian hari. Mencoba jauh lebih baik dari diam, salah itu wajar sebab masih belajar.

"Mantap, namamu siapa?"

"Manda Mataya, Pak," jawab Manda dengan gugup. Dia sudah keringat dingin sedari tadi. Dia bukan tipe orang yang suka menjawab pertanyaan guru, namun rasa penasaran membuatnya mengangkat tangan dan menjawab soal itu. Semalam dia belajar soal pelajaran hari ini dan dia sempat latihan dengan tipe soal yang mirip sehingga dia bisa menemukan jawabannya.

"Oke. Manda dan Arsya dapat poin ya. Arsya dapat poin setengah karena berani mencoba menjawab. Keberanian kalian tetap saya nilai, kalau salah berarti dapat poin setengah, Jadi, lumayan kan? Oh iya, saya akan berikan pekerjaan rumah 2 soal pada kalian. Nanti saya kirimkan soalnya ke asisten saya," lanjut Nareswara.

"Asisten bapak siapa, Pak?" tanya Arsya. Dia kepo dan ada harapan dia yang akan dipilih oleh pria tampan itu.

"Manda. Manda asisten saya," jawabnya enteng padahal dia belum memberitahukan pada Manda dan menanyakan kesediaan gadis itu. Namun, gadis itu juga tidak bisa menolak. Rasa sungkannya terlalu besar, sehingga mau tidak mau dia akan menyanggupi untuk menjadi asistennya pria itu.

"Kenapa Manda, Pak?" Arsya masih tidak terima bukan dirinya yang dipilih oleh pria itu. Padahal guru-guru lain sering memilihnya menjadi asisten mereka. Namun, dia yang menolak karena sudah menjadi asisten guru lain. Kalau semua disanggupi olehnya, yang ada dia tidak maksimal membantu guru tersebut. Namun, kali ini dia mau menjadi asisten Nareswara. Dia mau mendekatkan diri dengan guru itu, membuatnya mengakui kepintarannya. Sayangnya, rencananya tidak berjalan sesuai rencana. Semuanya karena gadis yang dibencinya, Manda.

"Hmm, apa ada yang salah dengan ucapan saya? Saya pilihnya random, lagipula ada apa? Tidak setuju dengan keputusan saya?" tanya balik Nareswara. Pria itu cukup heran, tidak biasanya dia menjumpai ada murid yang protes karena tidak dipilih menjadi asisten, biasanya anak didiknya tidak ada yang mau menjadi asistennya.

"Tidak Pak." Arsya tidak mungkin mengatakan kalau dia jauh lebih baik dari Manda. Bisa-bisa dia disentak seperti tadi saat dia menyalahkan Manda yang tidur.

"Oke, saya rasa sudah cukup pertemuan kali ini. Kalau ada pertanyaan, kalian bisa tanyakan ke saya di pertemuan selanjutnya. Sampai jumpa, terima kasih semua," ucap Nareswara menutup kelasnya hari itu.

Wajah Manda sudah pucat, dia tidak mau berurusan dengan orang lain apalagi guru. Dia hanya mau hidup damai dan aman tanpa penindasan orang lain. Sayangnya tidak semua berjalan sesuai rencana. Dia malah terjebak menjadi asisten guru baru itu.

"Weh, selamat ya jadi asisten bapak ganteng!" seru beberapa orang mendekatinya. Manda mengerutkan keningnya, merasa heran dengan perubahan sikap yang tiba-tiba dari temannya. Biasanya mereka enggan menyapanya lebih dahulu.

Manda hanya tersenyum lalu bersiap-siap pulang. Kelasnya sudah selesai, sekarang mereka akan pulang. Energi gadis itu sudah terkuras habis, dia butuh penyemangat hidupnya yaitu minuman dingin di kafe kesukaannya. Kafe Randika, tempatnya beristirahat sebentar sembari mengenyangkan dirinya sendiri. Dengan semangat gadis itu melangkah keluar dari sekolah untuk menghampiri kafe itu.


-Bersambung-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro