BAB XLVII (RENCANA KAK NAION 3)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

ALDORA WESTON

"Di mana ruangan kepsek?" Tanya Kak Naion.

"Di sana, Kak." Kak Alfandi menunjuk sebuah lorong lumayan besar yang di samping kiri dan kanannya terdapat beberapa ruangan. Di sebelah kanan dikhususkan untuk para guru. Ruangan itu berukuran besar, juga luas yang memang identik dengan wilayahnya para guru. Ruangan tersebut memiliki dua pintu yang berada di ujung. Pintu masuk disebelah kanan, sedangkan pintu keluar berada di kiri. Sementara di sisi satunya, terdapat tiga ruangan. Sebelah kanan ruangan staff seperti sekertaris beserta wakilnya, dan bendahara serta wakilnya. Dibagian kiri adalah ruangan koperasi. Nah, ruangan di tengah itulah yang ditempati oleh Kepala Sekolah serta wakilnya.

"Sudah pindah ternyata." Kak Naion berbalik. "Kalau gitu, lo yang di depan."

Kak Alfandi mengangguk, lalu bergerak sesuai perintah Kak Naion.

Meskipun pandangan kami agak tidak jelas karena dihalangi oleh kabut yang entah datangnya dari mana, namun hal itu tidak membuat jalan kami terhambat. Jangan bayangkan kami berjalan dengan santai karena pada kenyataannya Kak Naion meminta kami berjalan pelan dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara terlalu keras.

Gue menoleh ke kanan dan ke kiri mengamati sekitar. Satu hal yang gue rasakan saat ini, dan mungkin Bram dan Kak Alfandi juga merasakaannya. Mengerikan. Yah, situasi kami memang persis seperti di film-film horor. Bayangkan saja, kalian berada di tengah-tengah banyaknya manekin yang bertebaran di jalan, bahkan berada di sudut-sudut ruangan, dengan suasana hening, berkabut dan langit gelap. Untung saja tidak ada petir serta kilat, gue tidak tahu lagi bagaimana menjelaskan keseraman situasinya kalau seperti itu. Oke, seperti yang kalian tahu, gue bukan lah seorang yang penakut. Sebaliknya, gue merupakan gadis yang pemberani. Namun, disituasi seperti ini entah mengapa nyali gue sedikit menciut. Ingat, hanya sedikit saja.

"Lo takut?"

Gue menoleh ke samping yang menampakkan sosok Bram yang tinggi, tegap, dan berdada bidang. "Gak, tuh!" lalu kembali memusatkan perhatian ke depan.

"Kalau ada apa-apa, kamu mundur aja ke belakang aku. Aku gak mau kamu terluka."

Gue sama sekali tidak menggubris ucapannya. Toh, gue bukan cewek pengecut yang bisanya hanya lari bersembunyi di belakang pria kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sekali lagi gue deklarasikan kalau Aldora Weston adalah gadis yang tidak takut akan apa pun dan dalam situasi apa pun.

Pasti dalam hati kalian, "Dora takabur nih, masa gak takut sama siapa pun? Jadi Tuhan dan ortu, gimana?"

Oke, mau kalian berasumsi seperti itu atau tidak, gue akan katakan terlebih dahulu. Tuhan dan orangtua serta sahabat-sahabat adalah hal yang paling utama dihidup gue.

"No, thanks. I can take care of myself."

Bram belum mengalihkan pandanganya dari gue. "Kamu kenapa sih gak mau nurut sama aku?"

Jalan gue terhenti seketika karena pertanyaan Bram. "Kenapa gue harus nurut sama lo?"

"Karena gue gak mau terjadi apa-apa sama lo!" ujarnya terdengar kesal.

Kami saling beradu tatapan selama beberapa detik. Damn! Kenapa jantung gue berdetak dengan sangat cepat? Seperti ada yang salah dengan tubuh gue.

"Kalian kenapa berhenti jalan?" Tanya Kak Naion.

Tanpa kami sadari, Kak Naion dan Kak Alfandi sudah berjalan jauh beberapa meter dari kami.

"Tidak kenapa-napa, Kak," jawab gue lalu segera menyusul Kak Naion dan Kak Alfandi meninggalkan Bram yang masih terdiam.

"Kenapa lo diam aja, ayo!" panggil Kak Alfandi.

Seperti baru tersadar dari lamunannya, Bram menatap Kak Alfandi lalu mengangguk. Dia pun mulai menyusul kami lebih tepatnya berjalan di samping sohibnya.

"Urusan rumah tangga, yah?" Bisik Kak Naion.

Gue terkejut mendengar Kak Naion. "Rumah tangga?"

Dia mengangguk.

"Gue masih sekolah Kak, belum berumah tangga," jawab gue.

Kak Naion seketika berhenti, lalu tertawa. Tawanya sangat-sangat keras, dia bahkan sampai berjongkok lalu memukul-mukul tanah.

Apa yang lucu, yah?

"Kak, Hus... hus ..." ucap gue sambil menaruh jari telunjuk di bibir. Padahal dia yang mengingatkan kita untuk tidak menimbulkan suara yang keras, eh, malah dia sendiri yang melakukannya.

"Kenapa, Kak?" Tanya Kak Al dan Bram bersamaan.

Kak Naion kembali berdiri, kemudian menggosok matanya yang berair. "Gak apa-apa, kok. Gue teringat sesuatu yang lucu aja," sambil masih tertawa pelan. Setelah menarik napas panjang, tawanya seketika menghilang, dan ekspresinya kembali seperti semula. Hebat! Kok bisa begitu, yah? Memang gue akui, Kak Naion adalah salah satu mahluk terunik yang pernah gue temuin selain Clarissa.

"Ayo, kalian duluan jalan," perintahnya dua cowok itu. Mereka pun mengangguk, meskipun ekspresi keduanya masih bertanya-tanya. Yah, itu juga terjadi sama gue sih.

"Lo udah punya cowok?" Kami pun kembali berjalan.

"Belum," jawab gue.

"Lo udah pernah pacaran?" Tanya Kak Naion lagi.

"Belum."

"Pantesan," ucapnya dengan senyuman tipis.

Baru saja beberapa langkah berjalan, tiba-tiba bayangan hitam melintas beberapa meter di depan kami.

"Kak ...."

"Iya, gue juga liat." Kak Naion menghentikan langkahnya. Begitu pun juga gue. "Boys, berhenti!"

Kedua kakak kelas itu berhenti, lalu kembali berbalik menatap Kak Naion. Dia memberi kode ke Bram dan Kak Al untuk mendekat karena jalan kami sedikit berjarak.

"Ada apa, Kak?" Tanya Bram begitu sampai.

"Gue dan Dora melihat bayangan hitam tidak beberapa meter di depan kita."

"Bayangan hitam?" Kak Al langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Gak ada kok, Kak."

"Kalian memang gak bisa liat."

Bayangan hitam yang sempat menghilang tadi, kini kembali muncul lalu perlahan mendekati kami. Gue dan Kak Naion saling bertukar pandangan.

"Jangan bergerak, tahan napas kalian," perintah Kak Naion.

"Memangnya kena—"

"Gak usah banyak bicara, lakuin aja!" ujarku ke Bram.

Kami pun menahan napas.

Bayangan hitam yang mendekati kami persis seperti Dementor yang ada di film Harry Potter. Seram, sumpah ini seram banget! Setelah bayangan itu lewat, Kak Naion kembali memberi kode untuk kedua cowok itu tanda bahwa mahluk tersebut sudah pergi. Dan dengan ganas kamu pun langsung menghirup udara sepuas-puasnya.

"Tadi gue ngerasain hawa dingin melintas tepat di samping gue," kata Kak Al takjub.

"Gue juga," Bram juga merasakannya.

"Tadi memang mahluk itu melintas di samping kita." Kak Naion mengangguk membenarkan ucapan gue.

"Tapi, kenapa kita mesti tahan napas, Kak?" tanya Gue.

"Dia adalah mahluk pengawas yang diperintahkan oleh salah satu Iblis itu untuk berjaga-jaga. Dia datang untuk memastikan kalau semua manusia di sekolah ini sudah menjadi patung. Dan kalau saja tadi kita bernapas, sudah pasti dia akan langsung menyerang kita."

"Jadi, bagaimana dengan Reinan dan Rana?" tanya Kak Al cemas.

"Tenang, tidak akan terjadi apa-apa dengan mereka. Tadi gue sempat meminta tolong ke teman-teman ghaibnya Clarissa yang selalu nangkring di pohon depan sekolah, serta beberapa mahluk lain yang dekat dengannya di sekolah ini untuk menjaga ruangan tersebut. Awalnya mereka semua takut berurusan dengan kaum Iblis, namun begitu tahu kalau Clarissa dalam bahaya, mereka marah. Dan demi teman manusianya, mereka memberanikan diri untuk melindungi Clarissa dengan menggabungkan kekuatan mereka agar ruangan yang menyimpan tubuh Clarissa pun aman. Jadi, siapa pun yang masuk ke dalam ruangan itu, maka secara otomatis hawa keberadaannya tidak akan terdeteksi oleh Iblis mana pun."

Gue mengelus dada. "Syukurlah ...."

"Tunggu apa lagi, ayo jalan lagi," ucap Kak Naion. Lalu kami pun kembali berjalan.

"Kak Nai udah pernah ketemu sama mahluk seperti tadi?" Tanya gue.

"Udah. Ini yang ke tujuh kalinya gue ketemu sama mahluk kayak gitu," jawabnya.

"Oh, gitu."

­*_*ALGEA*_*

*

*

*

BERSAMBUNG

Assalamualaikum, Sahabat Bintang Laut🙂

Bagaimana hari kalian? Apa semuanya lancar? Atau ada beberapa yang mengalami bad day?

Tetap semangat💪🏻

Aku berharap kalian selalu sehat dan bahagia. Jangan sakit-sakit, jangan sedih-sedih, yah🥺😊

Sekian cuap-cuap aku di chapter ini.

Seperti biasa, kalau kalian menemukan ada ke-typoan, atau plot hole, kalian bisa langsung kasi tahu aku.

Terima kasih.

Happy Reading💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro