Bab Ⅰ : Si Gadis Kuil Cenayang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Amami-san!"

Spontan, aku menghentikan langkahku. Membalikkan badan, lalu menjawab, "Iya, kenapa?"

"Besok mau ikut kami ke Taman Watarai enggak?" tanya gadis berambut pendek itu. Dia adalah teman satu fakultasku di Universitas Kogakkan.

Aku terdiam sejenak, merasa bimbang. "Emm ... enggak deh kayaknya. Lagipula, besok pasti banyak pengunjung yang datang ke kuil," ucapku sambil tersenyum kikuk. "Maaf, ya, Mizuno-san."

Gadis yang tidak lain adalah Mizuno itu nampaknya tidak terkejut dengan jawabanku, seperti sudah menduganya. "Ah, iya, enggak apa-apa kok, Amami-san."

"Yah, sudah diduga dari seorang gadis kuil," cetus gadis sebelahnya, nadanya seperti sedang mengejekku.

"A-ahaha ...." Ingin protes rasanya, tapi mau bagaimana lagi, memang begitulah faktanya.

Mizuno menyikut pelan lengan temannya. "Tak usah didengarkan perkataannya, Amami-san," ucapnya, "semangat ya! Kami permisi dulu, sampai jumpa lagi!" lanjutnya, kemudian menyeret temannya itu untuk pergi dari sana.

"Eh, iya, sampai jumpa!" kataku, "semoga kalian diberi perlindungan," lanjutku lirih, begitu melihat sesosok youkai menempel di punggung temannya Mizuno itu.

Yah, biarkan sajalah. Aku juga harus segera pulang dan pergi ke kuil sekarang.

◉◈✺天美✺◈◉

Riuh keramaian di sekitar rumahku sudah biasa terjadi. Itu karena lokasi kediaman keluargaku berada di dekat Okage Yokocho Ancient Street, tempat wisata yang menyuguhkan suasana bak pemandangan kota di zaman Edo hingga awal Meiji.

Setelah berhasil melewati keriuhan yang ada, aku pun akhirnya sampai di depan torii —gerbang masuk kuil— di Jembatan Uji yang berada di atas Sungai Isuzu.

Mungkin orang biasa tidak merasakannya, tapi bagiku hawa sebelum dan sesudah melewati jembatan ini sangat terasa berbeda. Jembatan yang merupakan pintu masuk ke Kotai Jingū (Naikū) atau Kuil Dalam Ise ini dipercaya sebagai jembatan yang menghubungkan dunia sehari-hari dan dunia suci.

Setiap kali aku memasuki area Kuil Agung Ise, aku selalu merasakan kedamaian dan ketenangan. Bahkan, segala roh-roh jahat tidak bisa berkeliaran seenaknya di area suci ini, kecuali para youkai yang sudah berada di Sungai Isuzu sejak lama.

Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku pada roh wanita legendaris yang tengah terdiam di depan sana.

"Hai, Amami-chan. Baru datang?"

Sosok itu menyapaku sambil tersenyum, kemudian bergerak menghampiriku.

Sebenarnya aku sangat ingin menjawabnya sekarang, tapi aku tau orang-orang pasti akan menganggapku aneh karena berbicara dengan udara kosong.

Dengan lirih, aku menjawab, "Iya, Himiko-sama." Sambil tersenyum, aku pun melanjutkan langkahku.

Sulit dipercaya memang, tetapi roh ini sebenarnya adalah ratu cenayang terkenal di masanya, yaitu Ratu Himiko.

Akan kujelaskan sedikit mengenai kuil agung ini dan hubungannya dengan beliau.

Kuil Agung Ise adalah kuil agung yang sangat dijaga dan dihormati masyarakat Jepang. Konon katanya, kuil ini dibangun setelah putri dari Kaisar Suinin yang bernama Yamatohime-no-mikoto ditugaskan untuk mencari tempat yang paling tepat untuk mengabadikan dan memuja Dewi Amaterasu secara permanen. Setelah mencari ke banyak daerah, akhirnya sang putri menerima wahyu bahwa Amaterasu-omikami harus diabadikan dan disembah selamanya di Ise.

Sang putri cenayang itu kemudian tinggal di kediamannya yang berjarak tidak jauh dari Kuil Agung Ise. Sebagian orang percaya kalau ia adalah Ratu Himiko yang dipilih oleh bangsa di zaman Yayoi sebagai penguasa di wilayah Yamataikoku¹ ketika perang antar raja-raja Wa² terjadi.

Begitulah kira-kira awal mula kuil ini didirikan menurut sejarah yang tercatat di buku Kojiki dan Nihon Shoki, buku tertua yang memuat sejarah Jepang.

Di dalam buku Kojiki juga dikatakan bahwa Kaisar Jimmu yang merupakan kaisar pertama Jepang adalah keturunan Dewi Matahari Amaterasu. Ia lahir dari pasangan Uguyafukiaezu dan Tammayoribime sebagai anak keempat. Nama aslinya adalah Kamuyamato Iwarehiko.

Menurut legenda, Kaisar Jimmu dinobatkan sebagai kaisar pertama Jepang setelah berhasil mengalahkan penduduk Yamato untuk menguasai wilayah tersebut dengan kesaktian yang dimilikinya.

Oleh karena itu, masyarakat Jepang percaya bahwa keluarga kekaisaran adalah keturunan dewa-dewi mereka. Tak jarang, mereka malah mendewakan keluarga kekaisaran itu sendiri.

Begitu pula denganku.

Ah, sepertinya aku malah membuat kesalahpahaman. Aku tidak termasuk dalam kelompok masyarakat yang mendewakan keluarga kekaisaran.

Yang kumaksud sebenarnya adalah ... aku juga masih keturunan keluarga kekaisaran. Meskipun keluargaku adalah kerabat jauh keluarga kekaisaran yang sekarang dan sudah kehilangan statusnya, tapi kami masih menganut kepercayaan Shinto yang kuat.

Karena itulah, selain sebagai seorang mahasiswi, aku juga seorang gadis kuil atau miko. Ayahku yang seorang shōguji atau asisten kepala pendeta juga ikut bertanggungjawab atas pemeliharaan kuil Shinto. Dan kuil yang kami urus ini adalah Ise Jingū atau Kuil Agung Ise.

"Wah, Kanmiyaji-sama, okaeri³."

Sambutan dari salah satu gadis kuil itu akhirnya menyadarkanku. Segera kujawab, "Hai', tadaima."

"Ah iya, panggil saja aku Amami, tidak usah terlalu formal kepadaku, ya." lanjutku, begitu tersadar nama keluargaku dipanggil dengan begitu formal.

Gadis itu terlihat sedikit terpegun. "Oh, baiklah kalau begitu, Amami-sama."

"A—" Tadinya aku ingin protes lagi, tapi ya sudahlah biarkan saja.

Segera aku melanjutkan langkahku untuk memasuki area Naikū Kaguraden, tempat pertunjukan kagura dan ritual berdoa lainnya dilakukan.

Tanpa berlama-lama, aku segera menuju ruang ganti untuk mengenakan hakama merah dan haori putih yang merupakan pakaian khas para miko, kemudian menjalani tugasku sebagai seorang gadis kuil.

◉◈✺天美✺◈◉

"Terima kasih. Semoga perlindungan selalu menyertaimu," ucapku setelah menyerahkan o-mamori kepada si pembeli sembari membungkuk 15 derajat.

Dering telepon genggamku tiba-tiba berbunyi. Sambil mencuri waktu senggang ketika antrean sudah mulai sepi, aku segera mengecek notifikasi pesan yang masuk.

"Eh ...."

◆◇◊♢仝♢◊◇◆

¹ Negara kuno di Jepang pada zaman Yayoi.
² Sebutan kuno untuk Negara Jepang.
³ Selamat datang kembali.
"Iya, aku pulang."
Jimat keberuntungan atau perlindungan yang umumnya dijual di kuil-kuil Jepang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro