47. Embrassed

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Renesya mengerjapkan kelopak matanya saat dirasakan pantulan cahaya matahari pagi memasuki kamar bungalau mereka. Retinanya mengedar, seketika itu juga wajahnya memerah tatkala mengingat kejadian semalam. Ia menatap gumpalan besar di sampingnya yang tertutup selimut putih. Menyadari siapa gerangan yang berada dibaliknya membuat jantung Renesya seketika bekerja maksimal.

Demi Tuhan!! Ia telah melakukannya bersama Marcus. Wajah Renesya semakin memerah saja. Astaga! Apa yang harus ia katakan saat Marcus membuka mata nanti. Pasti akan sangat akward sekali. Renesya ingin mengumpati dirinya mengingat apa saja yang telah ia lakukan. Benar - benar memalukan.

Renesya berusaha bergerak menjauh, namun gagal karena pinggangnya saat ini sedang diberati oleh lengan Marcus. Belum lagi rasa perih yang menjalar di area pribadinya, dan jangan lupakan tubuh polosnya yang tidak memakai apapun dibalik selimut ini. Ya ampuun! Apakah ia harus berdiam diri terus seperti ini sambil menunggu pria itu bangun?

Atau dia pura - pura tidur lagi saja?

Ahh sepertinya itu ide bagus. Baiklah Renesya akan berpura - pura tidur saja sambil menunggu Marcus pergi dari ranjang ini. Entah ke kamar mandi atau kemana saja. Dengan begitu Renesya memiliki waktu untuk menyelinap meninggalkan Bungalau ini untuk sementara waktu.  Yang jelas Renesya belum siap menghadapi Marcus secara langsung dengan kondisi mengenaskan seperti ini. Benar - benar memalukan.

Seolah terasa baru  lima menit memejamkan mata. Renesya merasakan pergerakan di sampingnya. Selimut di sampingnya terasa seperti disibakkan. Pasti Marcus akan bangun.  Dalam hati dirinya bersorak. Yes! Cepat sana pergi, aku tidak tahan melihatmu! Begitulah ungkapan hati Renesya seandainya saja ia bisa menyuarakannya.

Lengan yang memberati pinggangnya kini sudah terlepas. Renesya semakin antusias menunggu kepergian Marcus dari kamar ini. Apakah lelaki itu masih disampingnya atau benar-benar sudah pergi? Haruskah Renesya mengintip? Tapi dia takut ketahuan jika sedang berpura - pura tidur.

Renesya memutuskan berhitung mundur sebelum mengintip dari balik bulu matanya. Ia merasa Marcus pasti masih ada di sampingnya, karena ia tidak mendengar suara lain seperti pintu kamar mandi dibuka. Tapi untuk apa pria itu masih berdiam diri di tempatnya?

Sepuluh......

Sembilan......

Delapan ........

Tujuh .......

En.......

Belum sempat Renesya menyuarakan hitungan ke enam dalam hatinya. Ia merasakan sebuah lumatan menerjangnya tiba - tiba, diikuti oleh gigitan gemas pada bibir bawah dan atasnya secar bergantian. Tidak ketinggalan remasan kuat pada tubuh bagian atasnya.

Astaga!! Jangan bilang pria ini akan menyerangnya lagi? Dibawah sana bahkan masih terasa perih.

Renesya panik! Apakah ia harus membuka mata dan rela menanggung malu? Atau tetap pura - pura tidur hingga pria itu berhenti sendiri?? Lalu ia akan terbangun dengan skenario seolah - olah tidak pernah terjadi apapun di antara mereka???

Arrrggghhh!! Tapi bagaimana kalau Marcus tidak mau berhenti, dan justru memanfaatkan tubuhnya saat pria itu mengira dirinya sedang tak sadarkan diri? Tidak!! Pria ini harus dihentikan. Renesya tidak ingin digunakan sebagai pelampiasan nafsu semata. Lagipula miliknya masih sakit. Jangan kira ia akan ketagihan setelah kejadian semalam yang penuh drama.

"Buka matamu sayang, aku tahu kau sudah bangun sejak tadi!"

What!!!

Sontak ucapan pria itu membuat Renesya membelalakkan matanya. Detik itu juga ia mendapati tubuh menjulang Marcus di atasnya lengkap dengan kekehan menyebalkan pria itu.

Kecupan ringan kembali didaratkan Marcus pada keningnya. Untuk sesaat tindakan tersebut membuat Renesya tersipu.

"Bagaimana perasaanmu? Apakah masih terasa sakit dibawah sana?" tanya Marcus tiba - tiba.

"Emmmb....a.. aku.. " Renesya bingung harus menjawab apa. Kejadian seperti inilah yang sejak tadi ingin ia hindari. Tapi entah kenapa mendengar Marcus menanyakan keadaanya membuat Renesya merasa diperhatikan. Selama ini tidak ada orang yang perhatian padanya. Renesya terbiasa hidup sendiri. Tidak ada orang di sekitarnya yang bertanya apakah ia baik-baik saja atau pertanyaan pertanyaan sentimentil lainnya.

"Ayo kita mandi bersama." ajak Marcus, namun tak didengar oleh Renesya.

Dalam lamunanya, Renesya mulai menyadari setelah kejadian semalam. Ia sudah terjerat oleh pesona Marcus. Sanggupkah ia meletakkan hati sepenuhnya pada pria ini? Otak Renesya bahkan tidak mampu memproses nama pria lain yang mungkin dapat memenuhi pikirannya. Saat ini didalam kepalany hanya ada Marcus.. Marcus.. dan Marcus.  Sial! Racun pria ini memang sungguh berbahaya.

"Kuanggap diammu adalah persetujuan." Astaga!! Memangnya pria ini bertanya apa lagi? Sejak tadi Renesya terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, membuatnya tidak fokus dengan apa yang Marcus bicarakan.

Tanpa permisi, pria itu menyingkap selimut yang melindungi tubuh Renesya. Lalu menggendong tubuh Renesya ala bridal style. Membuat tubuh polosnya terpampang nyata di hadapan wajah pria itu. Entah rasa malu Renesya sudah menumpuk keberapa kalinya. Benar - benar tak terhitung lagi.

"Yak! Kau akan membawaku kemana?" Renesya memukul - mukul pundak Marcus, meronta ingin diturunkan. Namun dekapan erat pria itu membuatnya tak mampu berkutik.

"Kau pasti sudah bisa menebaknya?"

"Menebak apa?" Renesya membeo.

"Kamar  Mandi."

"Berdua."

"Kita lanjutkan yang semalam."

"Kau gila!! Ituku bahkan masih sakit!!"

"Memang sakit kalau pertama kali. Tapi aku yakin setelah ini tidak akan sakit lagi." Marcus mendorong pintu kamar mandi dengan lengannya. Lalu mnurunkan Renesya ke dalam bathub dan mulai mengisinya dengan air hangat.

"Setelah ini progress novel dewasa yang sedang kau kerjakan akan berjalan dengan sangat lancar. Kau bisa merasakan sendiri bagaimana permainanku semalam bukan?" Renesya mendelik mendengar kalimat penuh percaya diri yang dilontarkan Marcus.

Merasa tidak perlu menanggapi ucapan super  PD dari pria itu. Renesya memutuskan beranjak dari bathup. Ia nyaris tidak peduli lagi dengan kondisi tubuhnya yang sedang telanjang bulat di depan Marcus. Toh pria itu memang sudah melihat semuanya. Kepalang tanggung. Hajar saja sekalian.

Renesya berjalan kebilik shower. 

"Ooh.. ternyata kau lebih menyukai bercinta dibawah siraman shower?" tanpa Renesya sadari pria itu ternyata sudah mengekor tepat di belakangnya.

"Aku akan mandi disini. Kau mandi saja disana." Renesya menunjuk bathup yang mulai terisi hampir separuhnya.

"Tidak mau, mulai detik ini kita harus melakukan apapun bersama - sama." Marcus semakin merapat padanya. Membuat Renesya tersudut di pinggiran kaca berbentuk kotak tersebut. Sial! ia tidak bisa lari kemanapun lagi.

Siapapun tolong aku!!! Jerit Renesya dalam hati.

Chieva
02 September 2023

Ada yg ngarep scene dewasanya berlanjut di Part ini g sih?? Aq harap g ada 😂😂😂

Jujur aq rada risih nulis scene ranjang. Jdi skinsip skinsip dkit2 aja gpp deh ya.. scene inti biarkan mereka sendiri yg tau wkwwk

Maaf klau mungkin ada yg keberatan. Aq nulis cerita ini g mau fokus sama adegan dewasanya. Tapi masih bnyak pertanyaan dalam cerita ini yg belum terjawab. Jadi aq fokus di alur lainnya aja. Semoga masih pada setia nunggu kisah mereka sampai ending. Jujur aq udh greget pngen namatin ini cerita. Tapi mau g mau aku harus menikmati prosesnya perlahan demi perlahan. Semoga pada sabar ya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro