46. Make Love

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🚨 Warning!! 21+🚨

💞Please tekan vote sebelum membaca💞

Marcus menikmati pemandangan tubuh Renesya yang menggeliat di bawah kuasanya, separuh bagian atas Renesya sudah terbuka, hanya tinggal sekali tarik, tidak ada lagi penghalang yang mengganggu.

Namun sebelum itu, ia harus memastikan sesuatu.

Marcus menarik diri, bibirnya meninggalkan puncak Renesya yang sudah menegang sempurna, terlihat begitu mandamba, ingin segera dilumat untuk menggapai kepuasan.

Detik itu juga, Renesya merasakan kekosongan, kelopak matanya yang berkabut diluapi gairah seketika sirna tatkala Marcus menjauhkan tubuhnya. Apakah pria ini akan pergi meninggalkannya lagi seperti sebelumnya?

Ada sebersit rasa kecewa yang tiba - tiba menghantam diri Renesya jika yang dipikirkannya tersebut menjadi kenyataan. Renesya terlalu bingung untuk mencerna dengan baik apa yang dia inginkan saat ini.

Seharusnya ia mendorong tubuh pria itu agar menjauh dari dirinya. Tapi yang ada tubuhnya justru membeku tak berdaya berada di bawah kendali Marcus. Pria itu masih disana, menjulang di atasnya dengan tatapan memakunya yang begitu dalam, seolah mata itu sedang berkata 'katakan apa yang kau inginkan sekarang'. Membuat Renesya malu sejadi - jadinya ditatap begitu intens dengan kondisi separuh tubuhnya yang sudah naked.

Marcus berusaha menyelami arti tatapan mata Renesya. Ada perasaan mendamba sekaligus kekhawatiran yang memancar dari tatapan mata gadis itu. Perasaan bimbang yang haus akan kejelasan. Marcus terlalu percaya diri karena beranggapan semua wanita begitu mudahnya takhluk pada pesonanya.

Nyatanya Renesya berbeda, gadis dengan pendirian kuat ini masih menyimpan kebimbangan untuk dirinya. Meskipun Marcus juga menyadari tubuh mereka memang saling membutuhkan. Tapi tidak dengan logika yang gadis ini miliki. Dia masih berusaha mengelak meskipun tubuhnya begitu menginginkan. Karena itulah Marcus membutuhkan kepastian.

Ia tidak ingin Renesya menyesali ini semua. Meskipun kebersamaan mereka memakai cara paksaan, bukan berarti hal seintim ini memakai cara yang sama. Marcus pantang melakukannya jika tidak ada kerelaan dari kedua belah pihak.

"Kali ini aku akan bertanya lebih dulu. Apa kau ingin aku berhenti?" tanya Marcus disela deru napasnya berusaha meredam gairah yang nyaris menggelegak. Marcus sedang berjudi dengan keberuntungan. Jika Renesya menolak maka sudah dipastikan ia akan sangat menderita malam ini, dan Marcus sangat berharap hal itu tidak akan terjadi.

Selama ini Marcus selalu menghentikannya lebih dulu tanpa bertanya pada Renesya, karena dia sudah mengatur batasan yang dapat ditanggungnya. Namun berbeda dengan malam ini, ia sudah lepas kendali sampai sejauh ini, pemandangan indah puncak milik Renesya di depan matanya sungguh membuat Marcus frustasi, belum lagi tubuh mereka yang sudah saling menempel, Marcus sangat tidak rela jika ia harus berhenti dan menahan diri lagi yang entah sampai kapan.

Marcus merasakan pergerakan tubuh Renesya dibawahnya. Mata gadis itu mengerjap, menampakkan sorot bingung.

"Jawab aku Renesya, atau kau ingin kita berdiam seperti ini sampai pagi?"

Sontak ucapan Marcus membuat Renesya menggeleng kuat. Sudut bibir Marcus menyeringai. "Kuanggap gelengan kepalamu adalah jawaban dari semua pertaanyaanku."

Detik itu juga Renesya merasakan kecupan demi kecupan memenuhi seluruh wajahnya. Pria ini benar - benar licik. Erang Renesya dalam hati sekaligus kewalahan menghadapi serangan Marcus yang datang bertubi-tubi, seolah tidak mau memberi kesempatan padanya untuk mengelak lagi. Membuat Renesya menyadari bahwa ia sudah jatuh dibawah kendali Marcus malam ini.

Entah sejak kapan, Renesya bahkan tidak menyadari jika kedua tangan pria itu sudah berhasil menanggalkan baju yg ia kenakan. Saat ini, yang masih melekat sempurna di tubuhnya hanyalah sebuah penties, Renesya bahkan tidak tahu pria itu melempar bra-nya entah kemana.

Renesya merona saat melihat Marcus menjauh seraya melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya dengan cepat. "Kau lihat, aku benar - benar tidak membutuhkan ini semua bukan?" Sempat - sempatnya Marcus masih menggodanya seperti itu. Renesya memalingkan wajahnya, tidak ingin melihat Marcus. Berusaha keras meredam tabuhan jantungnya yang menggila.

"Setelah ini aku tidak akan berhenti lagi istriku." ujar Marcus seraya mendekati kembali tubuh Renesya.

Renesya lebih banyak diam, ia terlalu bingung harus bereaksi seperti, hal seintim ini merupakan pengalaman baru baginya. Renesya hanya mengikuti alur dan membiarkan Marcus yang mengambil alih semuanya. Rasa penasaran sekaligus takut mendominasi benak Renesya.

Baru kali ini Renesya merasakan begitu dipuja oleh pria. Yang dilakukan Marcus sejak tadi adalah mengecupi hampir seluruh tubuhnya. Mulai dari wajah sampai saat ini pria itu nyaris berada di area sensitifnya.

"Ap.. apa... yang akan kau lakukan?" Renesya tergeragap saat merasakan kecupan lembut di area pribadinya.

"Kau tenang saja, aku akan membuatmu siap menerimaku." Tidak hanya berhenti dengan kecupan, pria itu justru menyapukan lidahnya disana. Perbuatan Marcus sukses membuat tubuh Renesya berjengit. Gila!! Apa Marcus akan memakan miliknya? Ini tidak bisa dibiarkan!!

"BERHENTI!!!"

Sontak teriakan Renesya membuat Marcus berjengit kaget. Apa yang barusan gadis ini bilang?? Berhenti katanya?? Aku tidak salah dengar bukan? Seketika itu juga kabut gairah yang menguasi Marcus seolah tertarik dari tempatnya. Pria itu menggeram tertahan. Sudah begini, dan dia ingin berhenti. Belum sempat Marcus malayangkan protesnya. Suara mencicit Renesya terdengar.

"Jangan memakan ituku, geli sekali rasanya."

Sontak ucapan polos gadis itu membuat Marcus melongo hebat. Ya Tuhan! Gadis ini menyuruhnya berhenti hanya karena merasa geli. Marcus mengacak rambutnya frustasi. Renesya memang sangat berbeda dengan wanita - wanita yang selama ini berada di atas ranjangnya. Jika wanita lainnya pasti sangat menyukai diperlakukan memuja seperti yang Marcus lakukan tadi.

Tapi anehnya gadis ini malah protes karena kegelian. Sial! Dia harus memikirkan cara lain agar Renesya tidak kesakitan saat pertama kali ia masuki. Marcus tidak ingin mengambil resiko milikknya harus ditendang keluar saat belum menancap sepenuhnya didalam sana. Itu akan sangat membuatnya frustasi berkali kali lipat.

"Aku hanya ingin membuat milikmu siap menerimaku."

Renesya tetap menggeleng. "Jangan melakukannya lagi, aku risih, tidak seharusnya mulutmu berada disana. Itu kan lubang untuk buang air." Demi apa! Untuk kesekian kalinya Marcus kembali dibuat menganga hebat. Ucapan polos gadis itu benar - benar membuatnya gemas. Baiklah, kali ini Marcus akan pelan - pelan mengajari Renesya cara menyenangkan pasangan. Ia akan memberi pengertian pada gadis itu bahwa lubang yang dia katakan untuk buang air tadi memiliki fungsi lain yang tidak kalah penting.

"Kau percaya padaku?" Marcus menangkup kedua sisi pipi Renesya dengan telapak tangannya. Berusaha memberi pengertian pada gadis itu.

"Apa yang kulakukan tadi adalah salah satu bentuk usaha untuk menyenangkanmu. Tapi karena kau merasa keberatan, baiklah kita akan langsung pada intinya saja." Marcus memposisikan dirinya di atas tubuh Renesya.

"Kau sudah pernah menontonnya kan?"

"Menonton apa?" tanya Renesya dengan sorot mata penuh tanda tanya.

"Saat aku memergokimu ketiduran dengan laptop penuh suara desahan."

Renesya memukul lengan Marcus karena mengingatkannya pada moment memalukan tersebut. "Berhenti menggodaku!" Marcus tertawa melihat bibir cemberut Renesya.

"Kuanggap kau ingat dengan posisi pasangan seperti di dalam video itu. Laki - laki di atas dan perempuan di bawahnya. Jadi kuanggap kau juga sudah mengerti jika berada di posisi seperti ini, itu berarti milikku harus memasukinya." Marcus mengarahkan pandangan matanya kebawah, menatap area sensitif mereka yang sudah saling menempel.

"Apa kau siap merasakannya?"

"Apakah sakit?"

"Bisa dibilang iya, tapi aku yakin setelah malam ini kau akan ketagihan." Renesya melotot mendengar ucapan Marcus. Bagaimana mungkin ketagihan jika rasanya menyakitkan.

"Apa aku boleh memasukimu?" Entah kenapa melihat kepolosan gadis itu membuat Marcus lagi - lagi ingin memastikan jika Renesya bersedia menerimanya.

Gadis itu pun mengangguk. Jika boleh jujur Renesya merasa takut saat ini namun ia juga penasaran seperti apa rasanya, mampukah Renesya menerima rasa sakit yang disebabkan Marcus?

"Kau boleh menggigitku, mencakar pungggungku atau apapun yang ingin kau lakukan untuk menyamarkan rasa sakitmu dibawah sana." Marcus masih menggesek - gesekkan miliknya diatas area sensitif Renesya.

"Kau siap??"

Chieva
01 Agustus 2023

Niatnya tuh update bulan kemarin, eh pas kesenengan ngetik g terasa tanggalnya udah ganti bulan baru Hehehe....🙊

Udah kemaleman juga jadi aku putusin lanjutannya rabu depan aja ya..maapkan 😢😢

semoga g ada yg bosen sma tulisan absurd ini...
part ini full adegan ranjang.. semoga g ada yg mual...🙈🙈

yg nunggu konflik santai aja.. kita seneng2 aja dlu sama pasangan ini, masih pngen bkin mreka sayang sayangan hoho...😚😚

Follow Instagram @chiezchua11
Next time aku akn aktif kasih info disana untuk all ceritaku....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro