45. Flirting

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Please tekan Vote sebelum baca. 💞

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sampai kapan kau akan memandangi benda kotak itu terus?" Marcus menatap iri sebuah notebook yang menyita perhatian Renesya. Seharusnya dia menyembunyikan benda itu agar Renesya tidak membawa pekerjaan menulisnya di tempat menyenangkan ini.

"Diam kau." sahut Renesya singkat. Tidak acuh pada pria itu.

Pupus sudah harapan Marcus bisa menjalin kedekatan intim dengan Renesya. Nyatanya gadis itu masih tetap saja sulit di dekati. Dengan berat hati, Marcus harus mengalah, mengganti handuk sepinggangnya dengan baju santai jika tidak ingin kedinginan. Menggoda Renesya dengan cara bertelanjang dada tidak mempan ternyata. Gadis itu lebih tertarik pada benda elektronik berbentuk kotak daripada perut rata kotaknya. Ck!

Setelah makan malam yang mereka lakukan, Renesya justru sibuk dengan tulisannya, sama sekali tidak mengindahkan keberadaan Marcus. Benar -benar sial. Yang dilakukn Marcus sejak tadi hanyalah berguling - guling, lalu duduk atau tengkurap di atas tempat tidur tanpa melakukan apapun.

"Aku mulai bosan." Marcus menopangkan kedua tangannya pada pipi. Meskipun bibirnya mengoceh,tapi dirinya masih saja setia menunggui Renesya.

"Tidur saja sana."

"Tidak bisa tidur sendiri! Aku harus ditidurkan."

"Kau bukan bayi kecil yang harus ditidurkan dengan cara menyusu." Renesya berkata tanpa memandang Marcus, masih sibuk dengan ketikan di notebooknya, tidak menyadari ucapannya barusan dapat menggiring opini Marcus pada hal lain.

Tanpa aba - aba, Marcus beringsut mendekati Renesya yang menyandar nyaman di sebuah sofa, menjatuhkan bokongnya tepat di samping Renesya, berbisik pelan di samping telinga gadis itu. "Bukan hanya bayi yang bisa tidur dengan cara menyusu."

Sontak Renesya menoleh dengan wajah bersemu merah tatkala menyadari maksud ucapan Marcus.

"Sana jauh-jauh dariku." Renesya mendorong - dorong tubuh Marcus agar menyingkir dari sisinya. Berusaha keras menyelamatkan detak jantungnya yang tiba - tiba menggila. Dia tidak ingin mati muda dengan diagnosis serangan jantung. Sungguh tidak lucu bukan?

Namun bukannya beranjak pergi, Marcus justru melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Renesya seraya menumpukan dagunya pada bahu gadis itu.

"Jangan menyuruhku pergi, aku ingin seperti ini saja."

Demi Tuhan! Selamatkan jantung Renesya, jangan sampai lepas dari tempatnya.

Pria ini benar - benar berbahaya. Jika seperti ini terus Renesya tidak yakin mampu bertahan. Tembok tinggi yang ia bangun, perlahan demi perlahan di gempur tanpa ampun dan Renesya tidak yakin sampai kapan ia sanggup menerima serangan bertubi - tubi ini.

Dalam hati, Renesya begitu banyak menyimpan pertanyaan. Apakah perlakuan Marcus padanya ini tulus? Atau pria ini hanya ingin memanfaatkan moment semata.

Namun Marcus sering berkata bahwa ia harus menikmati liburan ini tanpa beban. Menanggalkan semua problem di belakang yang pernah mereka lalui, melupakan segala macam alasan dibalik dirinya bisa sampai pada titik ini. Akankah Renesya bisa?

Renesya bukan wanita yang dapat dengan mudah meletakkan hatinya dan mempercayai seseorang dengan begitu cepat. Mengingat siapa sebenarnya sosok Marcus membuat Renesya takut. Dirinya takut terjebak pada jeratan pria dan tak mampu berpaling.

Sanggupkah Renesya menanggung segala resiko yang kemungkinan saja dapat terjadi? Dapatkan ia melalui ini semua tanpa melibatkan hati?

"Kau melamun?" Suara Marcus mengintrupsi segala kecamuk di dalam otak Renesya.

"Apa kau sedang memikirkan scene selanjutnya yang harus kau tulis?" Marcus melirik dan membaca sekilas draft novel yang sedang dikerjakan Renesya. Seketika itu juga kedua sudut bibirnya tersenyum merekah.

"Aku bisa membantumu mewujudkan secara nyata scene yang akan kau buat. Bagaimana?"

"Kenapa dari tadi kau tidak bisa diam?" Akhirnya Renesya berhasil membuka suara setelah berhasil meredam gejolak di dalam dirinya. Nada suaranya terdengar jengkel.

"Sudah kubilang, aku harus ditidurkan, maka kau baru bisa melihatku diam." ucapan Marcus membuat Renesya berdecak heran dengan tingkah pria di sampingnya ini. Marcus si mucikari yang ternyata menggilai susu daripada wine, bertingkah seperti anak kecil daripada bersikap cool.

Tapi seingat yang Renesya lihat, Marcus bersikap seperti ini hanya didepannya saja. Tentu saja Renesya tahu para wanita yang bekerja pada Marcus sering mengelukan seberapa coolnya pria ini dengan sikap misteriusnya. Dan hal itulah yang membuat Renesya semakin merasa bingung, ia tidak tahu seperti apakah sosok Marcus yang sesungguhnya.

"Apa kau tidak ingin bertanya bagaimana cara menidurkanku? Marcus mengambil notebook dipangkuan Renesya lalu meletakkanya di atas meja. Kemudian telapak tangannya menggenggam jemari Renesya, sukses membuat gadis itu mengerjab, bingung dengan tingkah pria di depannya ini.

Tanpa di duga, Marcus membawa telapak tangan Renesya pada area di sekitar bawah perutnya, sontak hal itu membuat Renesya kaget dengan wajah merah padam. Ia merasakan sesuatu yang menonjol di telapak tangannya. Renesya berusaha menarik tangannya menjauh, tapi Marcus menahannya agar tetap disana. Pria ini sudah gila!

Seandainya ini dirumah, mungkin Renesya sudah kabur dan mengunci dirinya di kamar lain, agar terhindar dari marabahaya yang diciptakan seorang Marcus. Sayangnya mustahil hal itu dapat ia lakukan di tempat ini. Hanya ada satu kamar yang mereka tempati berdua.

"A... apa yang kau lakukan?" Renesya berusaha mengeluarkan suaranya yang nyaris tercekat.

Bersama Pria.

Seorang Suami.

Di dalam kamar.

Ada ranjang besar di depan mereka.

Godaan secara frontal.

Ya Tuhan! Orang bodoh mana yang tidak bisa menebak, apa yang akan terjadi selanjutnya? Dapatkah Renesya kabur saja?

"Aku ingin melakukan ini." Detik itu juga bibir Marcus menempel sempurna pada bibir Renesya, mengecupnya perlahan, menyalurkan getaran tak kasat mata yang sukses mengaburkan kewarasan Renesya.

Selalu seperti ini, kecupan Marcus sangat sulit dikendalikan, membuat Renesya seolah terbawa arus nan dalam, tanpa mampu kembali ketepian untuk menggenggam logikanya yang ingin menolak.

Renesya merasakan tubuhnya melayang. Hingga punggungnya merasakan kelembutan seprai putih ranjang King Size di kamar mereka.

Logika Renesya berteriak, menginginkan Marcus menghentikan godaan - godaan ini seperti sebelumnya, yang pernah pria itu lakukan. Namun mungkinkah kali ini Marcus akan berhenti?

"Sebut namaku, Renesya." Marcus berada di atasnya, menindih tubuhnya, bibirnya terus bekerja memberi kecupan - kecupan lembut di seluruh wajahnya. Membuat Renesya semakin lupa diri.

Kecupan - kecupan itu terus turun menuju tulang selangkanya. Sedangkan kedua tangan Marcus sejak tadi sibuk bergerilya memudahkan akses bibirnya untuk mengeksplorasi tubuh bagian atas Renesya.

Sebuah erangan lolos dari bibir Renesya tatkala bibir Marcus berhasil menginvasi puncak milik Renesya yang sudah menegang. Tanpa disadari telapak tangan Renesya menekan kepala Marcus agar tetap berada disana.

Marcus tahu Renesya sudah nyaris pasrah dibawah kuasanya. Namun sesuai dengan janjinya, ia akan membuat wanita itulah yang menginginkannya, tanpa paksaan sedikitpun.

Marcus menikmati pemandangan tubuh Renesya yang menggeliat di bawah kuasanya, separuh bagian atas Renesya sudah terbuka, hanya tinggal sekali tarik, tidak akan ada lagi penghalang yang mengganggu.

Namun sebelum itu, ia harus memastikan sesuatu.

Chieva
11 Juli 2023

Fresh langsung posting, belum sempet edit. Maaf klau ada typo dan kalimat kurang pas, besok akan di revisi.

Kira -kira lanjutanya mau tetep 21+ atau hilangin aja? 😂😂

Jujur aq udh lama g bkin adegan ginian, bneran kaku banget. Kykx maybe g akan show up bnget ya.. jdi yg ngarep scene full nc 21+ maaf aja jngan terlalu brharap bnyak.. takutnya aku malah bkin kecewa klau g sesuai ekspektasi kalian. Huhu....

Follow Instagram @chiezchua11

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro