9. Caught

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah pulang dari kantor sore tadi, Grace langsung mendatangi apartemen Renesya yang berada cukup dekat dengan kantor, hanya butuh waktu 20 menit jika tidak terkena macet, tapi gadis itu tidak ada disana. Grace semakin khawatir karena sampai saat ini ponsel Renesya masih tidak aktif. Tujuannya kali ini adalah Club milik Marcus, Grace yakin pasti pria itu tahu keberadaan Renesya sekarang.

Matt tadi sempat ingin menjemputnya ke kantor tapi Grace menolaknya, karena dia sendiri yang akan kesana dan menemuinya, Matt merupakan sahabat Marcus sekaligus tangan kanan pria itu, pertemuan Grace dengan Matt juga berawal dari Marcus yang mengenalnya lebih dulu. Grace sedikit kesal karena tidak bisa memacu mobilnya lebih kencang, sulit sekali menembus jalanan kota New York yang padat merayap seperti ini, saat ini sudah pukul tujuh malam dan dia masih terjabak dijalanan seperti ini, sangat mengesalkan memang.

Tepat pukul delapan malam akhirnya Grace sampai di Club milik Marcus, di jam saat ini Club belum terlalu ramai pengunjung, hanya beberapa orang saja yang mulai berdatangan. Gadis itu dengan cepat melangkahkan kakinya memasuki pintu khusus yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja, lalu sebuah lift rahasia membawanya ke lantai paling atas. Sebenarnya Grace memang cukup dekat dengan Marcus karena Matt sahabat Marcus adalah kekasihnya sendiri. Karena itu pula dia bisa cukup mudah menggunakan akses tidak biasa yang berada di gedung ini.

Tanpa permisi Grace memasuki ruang kerja Marcus yang berada satu lantai dengan penthouse milik pria itu, ruang kerja itu di desain minimalis dengan penataan ruang serbaguna, memiliki pintu rahasia yang menghubungkan langsung dengan kamar pribadi milik Marcus, sedangkan jika untuk orang luar, ruang kerja ini memiliki pintu yang terarah menghadap balkon yang menampilkan view kota New York dimalam hari yang sungguh mempesona.

Grace melihat Matt sudah berada di sana, duduk dihadapan Marcus yang saat ini sedang sibuk dengan ponsel yang menempel ditelinganya. Matt menyadari kehadiran Grace, pria itu berdiri dan segera menghampirinya, satu kecupan singkat dia dapatkan. Lalu pandangannya kini menatap lurus pada pria yang baru saja meletakkan ponsel di atas meja.

"Dimana Renesya?" tanya Grace tanpa basa basi. Sedangkan Marcus terlihat kurang berminat menjawab pertanyaan Grace.

"Sahabatmu itu memilih menolak tawaranku dan pergi ke kandang buaya untuk menghancurkan dirinya sendiri."

Grace memejamkan matanya sejenak, berusaha meredam amarahnya, dia tahu tabiat seorang Marcus Jo, pria ini akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau, Grace tidak bisa membayangkan kesialan apalagi yang harus dihadapi Renesya setelah semua ini.

"Kau sudah berjanji akan mendekatinya dengan benar, lalu apa maksud semua ini? kau membuatnya menjadi seorang BURONAN MARK! FUCK YOU!!" Matt yang menyadari amarah kekasihnya akan semakin meluap jika tidak segera diredakan langsung merangsek maju meraih kedua pundak gadis itu lalu mendudukkannya disebuah sofa tak jauh dari meja kerja Marcus.

"Kau tenang saja, saat ini dia sudah aman?"

"Aman kau bilang haach!!" Grace menoleh pada Matt dan senyuman sinis muncul di sudut bibirnya. "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa polisi saat ini sedang mencarinya!"

"Kau tenang saja Grace, aku tidak sebodoh itu, kupastikan dia tetap aman asalkan gadis itu mau menuruti keinginanku."

"Aku tahu seperti apa Renesya, gadis itu tidak mudah menerima bantuan apapun, apalagi dari orang sepertimu."

"Aku tahu dia memang sangat berbeda denganmu." Nada sinis itu kembali terdengar. "Tapi aku sendiri yang akan memastikan bahwa takdir gadis itu adalah jatuh ke dalam perangkapku, tidak peduli bagaimanapun caranya." Grace mendengkus mendengar kalimat percaya diri yang Marcus lontarkan.

"Matt antarkan dia pulang ke apartemennya karena seseorang sedang menunggunya saat ini." Grace mengerutkan kening mendengar ucapan Marcus, namun belum sempat dia bertanya lebih lanjut Matt sudah menggiringnya keluar dari ruangan itu.

***

Renesya melempar remote tv yang sejak tadi dipegangnya, bosan melihat acara stasiun tv yang menampilkan berita itu-itu saja, salah satunya tentu saja mengenai Anthony Russell si politikus negeri yang sangat berpengaruh dan tadi pagi sempat disinggung oleh Marcus, berbagai macam spekulasi bermunculan atas insiden yang dialami Anthony, tentu saja tidak secara spesifik disebutkan dimana insiden tersebut terjadi, semuanya sudah di scenario demikian rupa agar apa yang dialami Anthony Russell bukanlah sesuatu yang dapat mencoreng citra baiknya. Renesya mencibir dalam hati, seharusnya pria tua itu memang pantas mendapatkan pelajaran seperti sekarang, bagaimana mungkin seorang pria tua mesum mendedikasikan hidupnya untuk negeri ini, apa jadinya nanti?

Sedangkan kini berbagai belah pihak menaruh simpati kepada Anthony Russell, namun seseorang yang menjadi penyebab terlukanya pria tua itu menjadi gunjingan masyarakat luas meskipun hanya sebuah inisial nama yang disebutkan oleh pembawa berita. Renesya menghela napas dalam, sejauh ini identitasnya belum diketahui oleh publik, dan dia semakin merasa was was jika nanti polisi benar-benar berhasil menemukannya, apa yang akan terjadi? Mungkinkah nama dan foto dirinya terpampang jelas di berbagai macam media massa? Oh tidak boleh, hal itu tidak boleh terjadi atau kehidupannya di negara ini akan benar-benar hancur.

Renesya berusaha menetralkan kembali rasa gugupnya akibat perasaan takut yang mendominasi, situasi yang dia alami saat ini memang sungguh sulit, masa depannya nyaris terancam hancur hanya dalam waktu satu malam, bagaimana cara memperbaiki ini semua??

Tidak terhitung sudah berapa kali Renesya melirik jam yang menempel pada dinding, ini sudah hampir pukul sembilan malam namun tidak ada sedikitpun tanda-tanda bahwa Grace akan pulang.

"Kemana saja gadis itu, huuh" Renesya mengusap perutnya yang terlihat semakin rata, ya seharian ini dia belum sempat memakan apapun, sialnya hanya ada buah-buahan dan air mineral di dalam lemari es milik Grace, dia juga tidak membawa uang cash sepeserpun, karena sisa uang yang dia pegang sudah habis digunakan untuk membayar taksi, mimpi buruknya lagi tadi pagi gadis itu lupa sesuatu, dia meninggalkan ponselnya di penthouse pria sialan itu. Bagaimana caranya dia bisa mengambil ponselnya kembali, sedangkan dia tidak ingin lagi berurusan dengan pria semacam Marcus, mungkin Grace bisa membantunya nanti, gumam Renesya dalam hati.

Beberapa saat kemudian Renesya mendengar suara seseorang menekan tombol key password dari luar, itu pasti Grace gumamnya pelan lalu segera beranjak dari sofa malasnya dan melangkah mendekati pintu.

Grace dan Matt melangkah masuk bersamaan setelah pintu terbuka dan tatapan mata Grace memaku pada Renesya yang berada tepat di depannya, gadis itu mematung diam seolah memang telah menanti kedatangannya.

Grace segera menghambur memeluk Renesya. "Kau tidak apa-apa dear! Aku sangat mengkhawatirkanmu. Suara Grace sedikit bergetar, dia terisak perlahan saat menyadari kesalahannya telah membuat Renesya berada dalam posisi yang sulit. "Sorry, ini semua salahku!"

"Ya! ini semua memang salahmu Grace." Renesya melepaskan pelukan Grace.

"Kau marah padaku?"

"Tentu saja"

"Maafkan aku. Aku akan membantumu sebisaku."

"Sepertinya aku harus segera menyingkir dari sini, selesaikanlah urusan kalian." Matt berujar tiba-tiba. sejak tadi pria itu diam dibelakang Grace.

Grace menoleh kebelakang." Baiklah Matt, berhati-hatilah."

"Pasti sayang." Matt maju selangkah menghadiahkan satu kecupan pada Grace sebelum menghilang dibalik pintu.

Setelah kepulangan Matt, Grace segera menarik Renesya masuk ke dalam kamarnya, tidak peduli pada dirinya sendiri yang saat ini masih mengenakan setelan formal kantornya.

"Cepat ceritakan padaku, apa yang sudah terjadi sebenarnya?" Renesya memutar matanya malas.

"Tidak perlu kuceritakan, kau pasti tahu hidupku nyaris hancur."

"Bukankah aku meninggalkanmu bersama Marcus di ruangan privat, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? "

"Semuanya terjadi begitu saja, aku hanya berusaha membela diri, aku sendiri tidak menyangka bahwa situasinya akan menjadi serumit ini, apa yang harus kulakukan Grace?? polisi sedang mencariku, aku akan dipenjara, bagaimana dengan pekerjaanku, hidupku, karirku?" Renesya menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan isak tangisnya meskipun itu percuma. kesedihan itu luruh seketika, tidak ditahan-tahan seperti saat tadi. Renesya benar-benar takut dengan semua ini.

Grace berusaha menanangkan Renesya dengan menepuk pundaknya pelan. Jujur saja Grace sendiri bingung dengan situasi yang dihadapi oleh sahabatnya ini, dia tidak menyangka jika Marcus akan melakukan hal sejauh ini, sebenarnya apa tujuan pria itu?

"Kau tenang saja, kita akan menemukan jalan keluar, sebaiknya saat ini kau beristirahatlah lebih dulu, besok pagi akan kita pikirkan bersama-sama, kau tidak mungkin terus bersembunyi seperti ini dear."

"Jadi kau menyuruhku menyerahkan diri ke polisi?"

"Hanya untuk memberikan keterangan, kau tidak bisa bersembunyi dan mejadi buron seperti ini, mereka tetap akan memeriksamu, dan membutuhkan keterangan darimu untuk mengusut kasus ini."

"Tapi......"

"Ssssst.... jangan pikirkan apapun malam ini, aku sudah membeli makanan tadi, cepatlah makan lalu tidurlah, lupakan sejenak masalah yang sedang kau hadapi."

***

Pagi ini Grace bersiap pergi ke kantor sedangkan Renesya berkutat dengan Sandwich yang akan menjadi menu breakfast mereka, Grace memang belum sempat berbelanja, tidak ada bahan makanan yang dapat di masaknya menjadi makanan lezat untuk sarapan mereka pagi ini.

"Sampai kapan aku harus terkurung disini?" Renesya bergumam lemas seraya menghempaskan bokongnya pada kursi di depan meja makan. Grace pun menyusul duduk di depannya dengan setelan resmi kantor dan bersiap dengan rutinitasnya pagi ini setelah menikmati sandwich miliknya, dan tentu saja Renesya merasa iri akan hal itu, andai saja tidak ada masalah yang membelitnya seperti sekarang, mungkin dia sudah sampai di kantor pada jam sepagi ini, yaa dia memang dikenal sebagai pegawai paling disiplin di kantornya. Dan kali ini Renesya lebih memilih dipusingkan dengan project novel dewasanya daripada masalah yang kini dia hadapi. Memikirkan project novel tersebut Renesya tidak yakin bisa melakukannya lagi sekarang, kemungkinan terbesar adalah bisa saja dia kehilangan pekerjaannya itu.

"Aku akan meminta bantuan Matt, mungkin saja Matt bisa melakukan sesuatu, agar bisa bernego dengan Marcus." Renesya mengerutkan kening tidak setuju. Meletakkan kembali sandwich yang sudah ia makan separuh itu ke atas piring.

"Aku tidak ingin melibatkan pria sialan itu."

"Memangnya kenapa?"

"Entahlah! Aku tidak suka dengan sikapnya, dia pria paling arogan yang pernah kutemui." Renesya sengaja tidak menambah bahwa Marcus telah mencuri ciuman pertamanya, tentu saja dia akan sangat malu mengakui hal itu.

Grace memutar matanya."Kau benar! Memang seperti itulah Marcus, tapi saat ini hanya dia satu-satunya orang yang bisa membantu kita. Marcus memiliki banyak link khusus yang bisa memudahkan kita, dan tentu saja dia mengenal dengan baik Anthony Russell karena ─ pria itu merupakan tamu khusus VVIP di Club miliknya."

"Tidak adakah cara lain, misalkan mengajak berdamai dengan Anthony Russell?"

"Sangat mustahil dear! Kau tidak memiliki penawaran apapun yang bisa kau gunakan untuk berdamai, disini posisimulah yang sangat riskan, sedikit saja kau salah melangkah, karirmu akan hancur."

"Kau benar." Renesya menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku telah membawamu ke posisi sulit seperti ini."

"Kau tidak sepenuhnya salah Grace, hal ini terjadi akibat kecerobohonku sendiri, seharusnya aku bisa mengendalikan diri, tidak nekat menghantamkan botol minuman di kepala pria itu, tapi asal kau tahu saja aku juga memiliki kepuasan tersendiri karena telah berhasil melakukannya, pria tua itu memang pantas mendapatkanya, dia telah berani menghinaku, menganggapku sama seperti pelacur yang ada disana." Renesya mengembuskan napas kesal, dan menggigit kembali sandwichnya lebih banyak.

Sedangkan Grace hampir selesai menghabiskan sandwich miliknya, lalu suara bel pintu membuat keduanya menghentikan sejenak kegiatan mereka.

"Siapa yang datang sepagi ini?" gumam Grace dengan mulut penuh.

"Mungkin Matt." sahut Renesya.

"Biasanya dia akan langsung masuk sepertimu, Matt tahu kode pintu apartemenku."

"Aku akan melihatnya sebentar." Grace segera beranjak dari kursi lalu berjalan ke ruang depan yang terhubung dengan pintu luar apartemennya. Grace tidak bisa melihat seseorang melalu intercom dari dalam karena orang tersebut seperti sengaja tidak ingin menampakkan diri.

"Siapa yang datang Grace?" Renesya mengikuti langkah Grace dan tepat saat pintu terbuka gadis itu telah berdiri di samping Grace yang saat ini sedang tercengang melihat tamu mereka.

"Maaf atas kedatangan kami yang tiba-tiba, kami baru saja mendapat laporan bahwa Ms. Clark berada di apartemen ini."

"Maaf anda salah alamat pak." Grace berusaha mengelak.

"Kami telah membawa surat laporan penangkapan khusus, anda tidak bisa mencegah apapun nona atau anda juga akan kami tangkap atas tuduhan menyembunyikan seorang tersangka."

"Mari ikut kami nona." salah satu polisi mendekati Renesya yang kini hanya bisa mematung di tempatnya, tak kuasa berkata-kata lagi.

Chieva
18 April 2020

Follow IG ku : chiezchua11

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro