Bagian 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"S-Sakura." Sasuke terdiam tak percaya dengan apa yang dia lihat. Sakura, calon istrinya berdiri di hadapannya sebagai musuh.

"Ketua! Musuh ada di depan, berikan kami perintah." Ucap salah seorang bawahan Sasuke, membuatnya sadar kembali.

"Regu 1 serang!" Sekelompok orang maju menyerang Sakura. Dengan mudah Sakura menghindar. Namun, saat Sakura berusaha menyerang balik, serangannya tak mempan. Jumlah sangat menguntungkan bagi para pengejar Sakura. Sementara Sakura kesusahan menjaga gulungan sambil menyeimbangkan diri, Sasuke masih berdiri diam, ragu mengambil keputusan.

Sakura apa yang kau pikirkan? Kenapa begini?
Sasuke terus membatin sambil melihat tunangannya bertarung. Sasuke sangat ingin membantu Sakura. Tapi kewajibannya harus lebih diutamakan.

"Ketua, bantuan datang!" Sasuke menoleh ka arah hutan. Terlihat banyak orang yang datang dari sana. Seseorang, yang sepertinya pemimpin regu bantuan, segera melapor pada Sasuke.

"Ketua, kami mendapat izin untuk mengeksekusi tersangka di tempat."

"Apa!?" Sasuke drop seketika. Sebagai seorang ketua dari kepolisian desa, sudah seharusnya Sasuke lebih mementingkan misi dari pada perasaannya. Tapi dia masih tidak percaya kalau Sakura adalah musuhnya.

"Aaaarkh...." Sudah banyak orang yang terluka di sana. Ditambah dengan bala bantuan yang datang untuk Sakura, Sasuke semakin terdesak untuk menyerang Sakura.

"Ketua, ini sudah berlabihan. Sudah banyak orang yang terluka. Berikan perintah selanjutnya." Keringat dingin terus mengalir di tubuh Sasuke.

"Semua unit serang target. Tapi jangan bunuh dia." Begitu perintah Sasuke pada semua bawahannya. Tentu saja semua orang heran. Padahal Sasuke telah mendapat izin untuk menggunakan kekuatannya secara penuh. Tapi Sasuke malah menolak.

"Apa? Kenapa?"

"Kita butuh penjelasan darinya." Jelas Sasuke singkat. Sedetik kemudian, semua orang yang ada di pihak Sasuke menyerang Sakura. Meski tak ada yang sampai menyentuh Sakura, beberapa kali Sasuke berniat  membantu Sakura.

Setelah beberapa menit, baik dari pihak Sakura maupun Sasuke, sudah banyak yang tidak bisa bertarung. Sakura juga terlihat sangat lelah sedangkan Sasuke masih bugar.

"Sakura, kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau mengkhianati desa? Kenapa kau mengkhianati hokage? Bukankah selama ini kau telah dirawat oleh beliau?" Sasuke mencoba bernegosiasi dengan Sakura.

"Kau takkan mengerti Sasuke. Meski pun aku menjelaskannya, orang sepertimu takkan mengerti."

"Mengerti apa? Kalau kau tak menjelaskannya aku takkan mengerti. Pulanglah bersamaku. Akan kuusahakan agar kau tak mendapat hukuman."

"Omong kosong! Bahkan jika itu kau, tak mungkin aku bisa bebas. Kalau aku sampai tertangkap, aku takkan bisa balas dendam." Mata Sakura berkaca-kaca menjelaskannya.

"Balas dendam, apa maksudmu?"

"Iya. Balas dendam atas kematian orang tuaku. Semua shinobi Konoha bertanggung jawab atas kematian orang tuaku. Kenapa? Kenapa mereka tidak melindungi orang tuaku? Kenapa orang tuaku harus mati sedangkan mereka tidak!? Kenapa!!" Sakura menangis sambil mengatakannya.

"Aku hanya ingin mereka mengetahui apa yang ku rasakan.  Mereka harus tahu bagaimana rasanya kehilangan. Jika aku berhasil membawa gulungan ini pada tuan Danzo, aku yakin tuan Danzo akan membuat orang-orang itu tahu apa yang ku rasakan." Lanjut Sakura yang masih menangis.

"Sakura, apa kau pikir, dengan balas dendam, orang tuamu akan bangga?" Ucap Sasuke dengan lirih. Sakura mendengarnya dengan jelas dan sempat berhenti menangis. "Sakura, orang tuamu bukan mati karena shinobi Konoha yang tidak melindungi mereka. Tapi orang tuamu mati karena mereka ingin melindungi Konoha!"

"Tapi...." Sakura ingin menyangkal. Namun Sakura tidak tahu apa yang harus dia katakan.

"Sakura, kembalilah bersamaku. Kau bisa menjelaskan semuanya pada hokage. Hokage juga pasti akan mendegarkanmu."

"Tapi tidak bisa!" Di saat yang bersamaan, tiba-tiba hujan deras mengguyur Sasuke dan kelompoknya. Membuat mereka tak bisa bergerak untuk sementara.

"Maaf, Sasuke. Aku tak bisa kembali." Sakura berbalik meninggalkan Sasuke dengan gulungan itu. Ada tiga orang berseragam Akatsuki pergi bersamanya.

"Sakura!!" Panggil Sasuke yang rupanya berhasil keluar dari kepungan hujan. Pein, kembali melumpuhkan Sasuke dengan hujan. Tiba-tiba Pein mendapat serangan dadakan. Beberapa kunai dengan kertas peledak membuat Sakura, Pein, Konan, dan Nagato berpencar.

Bantuan untuk Sasuke datang lagi. Semua orang terlibat dalam pertarungan. Tak terkecuali Sasuke dan Sakura. Hanya saja, Sakura berhasil mengambil kesempatan untuk lari. Melihat Sakura lari, Sasuke berusaha untuk menghentikannya. Tapi lagi-lagi dia dihadang oleh Pein.

Sasuke menggunakan sharingannya untuk melawan Pein. Tapi genjitsunya tidak mempan. Apa lagi apinya tak mungkin menang melawan air. Sekelompok shinobi datang membantu Sasuke dengan menjaga Pein.

"Ketua, serahkan yang di sini pada kami. Ketua kejar saja target kita."

"Aku mengerti. Aku serahkan pada kalian." Saat Sasuke pergi, Pein berusaha menghentikannya namun gagal.

Sakura sudah cukup jauh dari jangkauan Sasuke. Tapi Sauke tak menyerah. Dia terus berlari hingga berhasil memotong jalur Sakura. Sakura segera melemparkan beberap shuriken dan pergi. Sasuke menangkis serangan itu dan berusaha mencegat Sakura lari lagi.

"Sakura apa yang kau pikirkan? Mengkhianati orang yang telah membuatmu berutang budi?"

"Iya. Sakit bukan?"

"Jangan bercanda! Kau membuang semua kenangan itu hanya untuk balas dendam? Apa itu masuk akal!?" Sasuke sudah hampir putus asa bernegosiasi dengan Sakura. Sepertinya hasutan Danzo begitu kuat.

"Kenangan? Itu semua hanya pura-pura. Lagi pula, kau bahkan tak mencintaiku kan? Lalu untuk apa kepura-puraan itu? Menikah denganku hanya untuk kerja sama antar klan. Kau pikir itu lelucon!"

Sasuke membisu mendengarnya. Sebenarnya, selama ini Sasuke juga tak begitu mengerti dengan perasaannya. Sejak dulu dia tak punya perasaan khusus terhadap Sakura. Semuanya berjalan begitu saja.

"Jangan nasihati aku seolah kau berdiri di atas kebenaran! Kau bahkan tak bisa lebih jujur dariku." Sakura berjalan melewati Sasuke yang tertunduk. Saat mereka berpapasan, tangan Sakura ditarik Sasuke.

"Kau benar, Sakura. Aku bahkan tak mencintaimu. Lalu untuk apa aku menikah denganmu." Dengan wajah yang masih tertunduk, Sasuke berusaha menjelaskan sesuatu.

"Lepaskan tanganku!"

"Tapi, bukankah setelah semua yang kita lewati selalu membuahkan hasil. Meski sedikit, aku bisa merasakannya. Perasaan itu, apa namanya yah, cinta ya? Oleh karena itu...."

"Lepaskan aku!"

"Oleh karena itu aku tidak akan melepaskanmu!" Dalam sekejap, Sakura jatuh dalam pelukan Sasuke.

"Aku mencintaimu." Bisik Sasuke di telinga Sakura.

"Apa yang..."

"Dengar, Sakura. Aku mencintaimu." Tangan Sasuke menyentuh tangan Sakura. Perlahan namun pasti, genggaman tangan Sakura mengendur dan gulungan pun terjatuh.

"S-Sasuke..."

"Kau dengar kan? Aku mencintaimu. Aku tidak peduli dengan hubungan antar klan. Aku tetap mencintaimu. Aku yakin, orang tuamu pasti bangga jika melihatmu meneruskan tekad mereka." Kata Sasuke di sela-sela pelukannya.

"Tekad mereka?"

"Aku, Naruto dan juga yang lainnya mewarisi tekad yang sama dari orang tua kami masing-masing. Apa kau lebih percaya pada orang yang bahkan tak pernah bertegur sapa dengan orang tuamu dari pada aku, yang bahkan sejak kecil sering bolak-balik ke rumahmu?"

"A-aku...."

"Semuanya akan baik-baik saja." Sasuke memberi tanda pada salah satu orangnya untuk mengambil gulungan. Shinobi yang dikirim untuk membantu Sakura mulai mundur. Mereka tahu kalau hokage dan pasukannya sudah mendekat.

"Cih." Danzo berbalik dan meninggalkan tempat itu tanpa jejak.

"Lihatlah ke atas kastil itu. Danzo mengkhianatimu kan?" Sakura menlihat ke arah yang ditunjuk Sasuke. Dan saat itu, dia benar-benar menyesal dengan keputusannya.

"Bagaimana? Kau akan pulang denganku kan?" Sasuke kembali menanyakan hal yang sama.

"Tapi.... sekali pun aku pulang, sudah tidak ada lagi yang akan menerimaku."

"Ada. Tentu saja ada. Sampai kapan pun, apa pun kesalahanmu, aku tetap akan menerimamu jika kau berniat untuk kembali." Sakura menatap Sasuke dalam. Lalu dia mengangguk. Tak lama kemudian, hokage dan shinobi yang lebih banyak datang. Sebagian berada di batang pohon, sisanya di tanah.

"Hokage-sama! Aku akan menjelaskan semuanya. Jadi, aku mohon agar tak ada pertarungan lagi yang terjadi." Sasuke sedikit maju dan menyembunyikan Sakura di balik punggungnya.

"Uchiha Sasuke. Kau adalah pemimpin regu pengejar, benar?" Sasuke mengangguk pelan. "Sebagai seorang pemimpin, apa kau mengambil keputusan berdasarkan perasaan?"

"Sakura hanya diperalat oleh Danzo." Sasuke berusaha menjelaskan yang sesungguhnya. Ini juga termasuk pembelaan untuk Sakura.

"Apa kau punya bukti?" Sasuke terdiam. Dia tidak tahu apa yang bisa ia jadikan bukti. Anbu yang dipekerjakan oleh Danzo berhasil menyapu bersih semua bukti. Saat Sasuke sibuk dengan pikirannya, Sakura tiba-tiba terjatuh pingsan.

"Sakura!" Sasuke segera memegangi kepala Sakura agar tak menyentuh tanah.

"Apa yang Anda lakukan Hokage-sama? Bukankah Sakura juga merupakan orang yang kau sayangi?"

"Aku adalah pemimpin desa ini. Segala sesuatu yang berkaitan tentang hukum, aku tak berhak untuk mengotori tangan hukum. Bawa dia." Tsunade berbalik dan pergi. Meninggalkan Sasuke yang masih bingung apa yang seharusnya dia lakukan. Sesuai peraturan, siapa pun yang mengkhianati desa, sudah pasti akan mendapatkan hukuman mati.

Sasuke tahu Sakura tak sepenuhnya bersalah. Tapi apa yang bisa membuktikannya. Sasuke terus tenggekam dalam pikirannya dan tertelan oleh kegelapan malam.

~~~

#tezt
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Nex time last time !!!

Ff ini bakal tamat di episode berikutnya 😚

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro