Part 16

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dengan mengenakan setelan atasan kemeja polos dan bawahan celana kulot, dipadu padan dengan hijab polos dan aksesoris berupa tas selempang mini yang menggantung apik tegak lurus di bahu, aku bersiap untuk jalan-jalan pagi bersama Om Ye.

Selesai berpamitan kepada ibu, Om Ye lekas beranjak mendekati motor matic gede hitam yang terparkir di halaman rumah, lantas duduk menungguku di sana. Sementara aku masih berdiri di teras depan rumah, bersebelahan dengan ibu.

Ibu terus mendesakku dengan bergumam setengah berbisik, "Jangan sampai lupa untuk memberi tahu Azhar ke mana kamu pergi dan dengan siapa! Mengerti, 'kan, Nini?"

"Iya, Bu. Nini mengerti. Nini mau pamit pergi sekarang. Kasihan Om Ye sudah menunggu," kataku sambil menjabat erat tangan ibu, kemudian mencium bagian punggung tangan.

Aku lantas beranjak meninggalkan ibu untuk melangkah mendekati Om Ye. Setibanya aku berdiri di sisi Om Ye, ibu bersuara lantang. "Kalian hati-hati di jalan, ya!"

Aku dan Om Ye mengangguk bersamaan. Setelahnya, Om Ye menoleh ke arahku, lantas berkata. "Kita bisa pergi sekarang. Buruan naik!"

"Mampir sebentar ke minimarket situ, ya!" pintaku seraya mengacungkan jari telunjuk menunjuk minimarket yang berada dekat dengan rumah, tempat Azhar bekerja pagi itu.

"Mau beli apa?" tanya Om Ye kepo.

"Snack." Aku menjawab singkat.

"Kamu sudah gede begini masih doyan makan snack rupanya." Om Ye setengah meledek.

Aku tahu Om Ye sekadar bergurau saja. Jadi, aku menanggapinya dengan santai. "Masih, dong. Lagipula makan snack itu tidak perlu pandang orang itu sudah gede atau masih kecil, 'kan."

Om Ye lagi-lagi menertawakan aku. Entah sudah keberapa kalinya, ya. Aku berasa seperti pelawak.

"Jangan cemberut begitu atau cantikmu nanti akan hilang!"

"Apa?" sahutku yang kurang begitu mendengar apa yang dikatakan Om Ye.

"Bukan apa-apa. Ayo aku antar kamu ke minimarket situ," jawab Om Ye yang tak mau mengulang ucapan beberapa saat yang lalu.

Ck! Dasar aneh.

"Aku membonceng di luar, ya. Aku masih harus menutup pintu pagar rumah soalnya," kataku memberi tahu Om Ye.

Om Ye yang paham, lantas mengarahkan motor matic gede hitam tersebut keluar meninggalkan halaman depan rumah, sedangkan aku berjalan mengekor di belakang.

"Aku duduk menyamping dulu, ya." Aku berkata sambil naik ke motor matic gede hitam Om Ye selepas menutup rapat pintu pagar rumah.

Om Ye segera melesatkan kendaraan roda dua tersebut, meninggalkan area rumah hendak menuju ke sebuah minimarket yang berada tidak jauh.

Lah, kok?

Kedua mataku melebar. Itu dikarenakan Om Ye membelokkan kemudian memarkir motor matic gede hitam tersebut bersebelahan persis dengan motor matic gede hitam serupa milik Azhar.

"Aku tidak lama, kok. Om Ye tunggu dulu sebentar di sini, ya!" pintaku.

Om Ye membalas dengan sebuah gerakan anggukan kepala dibarengi senyuman. Aku beranjak meninggalkan Om Ye, lantas mendorong pelan pintu minimarket untuk melangkah masuk.

"Selamat pagi. Selamat datang di minimarket."

Salah seorang karyawan lelaki minimarket yang berdiri di balik meja kasir, berseru menyapa kedatanganku. Aku mendongak untuk melihat sosok karyawan lelaki itu sekilas, kemudian pandanganku beralih menyapu sosok karyawan lelaki minimarket yang lain sedang berdiri sambil menatap layar komputer di hadapannya.

Aku mengenal siapa sosok karyawan lelaki itu. Benar. Dia Azhar. Sesaat pandangan kedua mata Azhar beralih dari layar komputer tersebut menuju ke arahku. Aku merespons tatapannya dengan seulas senyuman, membuatnya sedikit terperangah akan kehadiranku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro