Lintasan Ruang dan Waktu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Zaman berkembang semakin cepat. Hal yang keren hari ini akan menjadi kuno esok. Aku hanya berkutat pada catatan penelitianku di laboratorium yang selalu statis. Inilah aku, Renton, terobsesi dengan perjalanan melintasi ruang dan waktu. Rumahku berada di tengah modernisasi kehidupan kota yang serba canggih, keren, dan mengagumkan.

Awal mula aku menggeluti penelitian ini berdasarkan cerita kakekku. Entah itu hanya bualan atau realita. Saat itu aku masih sangat kecil. Aku kagum dengan kakekku yang kurasa peneliti juga. Ia bisa melintasi waktu dan pergi ke mana pun sesuka hatinya.

Apakah aku bisa menjelajahi waktu lampau atau masa depan seperti Kakek?

"Sudah beres."

Kalibrasi mesin waktu ciptaanku di laboratorium sudah selesai. Apakah alat ini bekerja? Kumasukkan sepotong apel. Saat kucoba, apel itu menghilang.

"Teleportasi lagi," pikirku. Aku harus memperbaiki pengaturan mesin ini secepatnya.

"Renton, ayo tidur!"

"Baiklah!"

Hari sudah sangat larut dan penelitianku masih tak membuahkan hasil. Kumatikan saklar lampu laboratoriumku lalu pergi tidur.

******

Hari Minggu. Hari yang kutunggu-tunggu karena sekolah libur. Kubuka jendela kamar dan mendengar kicauan burung di pagi itu. Sesuatu yang langka di era seperti ini. Seperti yang kutahu, kerusakan lingkungan terjadi di mana-mana. Habitat para hewan kini mulai tergusur oleh padatnya pembangunan. Pabrik, pencemaran, sampah, udara yang kotor, krisis air, itulah yang kini terjadi.

Untung saja akhir-akhir ini para penduduk dunia sadar dan saling bahu-membahu memperbaikinya. Hutan yang gundul kini mulai hijau. Teknologi saat ini memungkinkan untuk memurnikan air yang tercemar menjadi sangat murni dan bersih.

"Di mana kita?" kudengar sayup-sayup seseorang dari belakang.

Saatku berbalik, aku berteriak setengah mati.

"Pencuri!"

Sepasang pria dan wanita memasuki kamarku dengan pakaian yang aneh. Tak seperti anak punk, preman, pengemis, atau pakaian seorang narapidana.

"Renton! Ada apa ini?" tiba-tiba saja kedua orang itu menghilang saat Ibuku memasuki kamar.

"Tadi aku tak sengaja menekan tombol alarm kamarku. Iya. Aku tak sengaja."

"Kau mengagetkan Ibu saja. Lain kali berhati-hatilah dengan barang penemuanmu."

Aku menarik nafas lega saat ibuku pergi.

Bagaimana bisa mereka ada di sini? Apa mereka roh penasaran yang menunggu rumah ini? Apakah aku ini seorang indigo?

Kedua orang itu rupanya bersembunyi di bawah ranjangku. Aku cubit pipiku dan ini bukan mimpi.

"Kalian siapa?"

"Kau siapa?" tanya wanita yang berpakaian aneh itu. Apa jangan-jangan mereka itu peserta cosplay atau parade yang salah tempat? Apa mungkin mereka tetangga baru yang juga anggota klub nostalgia di kota?

"Renton Invento, 19 tahun. Siapa kalian?"

"Pria jelek ini Rediff dan aku Riona," ucap wanita itu seraya mengenalkan diri. Aku pernah mendengar kedua nama ini sebelumnya.

"Hei, jelek. Kau tahu di mana kita?" tanya pria jangkung dengan kemeja tangan pendek bermotif bunga. Selera pakaiannya sangat norak.

"Apakah ini sebuah distorsi dimensi? Renton, apa kau tahu di mana kita?"

"Kota Nerova tahun 2043."

Kedua orang itu melongo lalu saling berhadapan.

"Tahun 2043? Kita di masa depan?"

"Kalian penjelajah waktu. Keren!"

Aku segera membawa keduanya ke laboratorium yang ada di belakang rumahku.

"Ternyata penjelajah waktu benar-benar ada. Kakekku benar!"

Keduanya terpana dalam laboratorium milikku. Apa karena semua terlihat berantakan seperti tong sampah? Sebuah laboratorium yang berbentuk seperti kubah raksasa itu adalah rumah keduaku. Jika aku dimarahi oleh Ibu, aku akan lari ke tempat ini dan melanjutkan setiap penemuanku. Keduanya terpana berkat alat-alat ciptaanku yang amat banyak.

"Kalian benar-benar penjelajah waktu? Bagaimana caranya kalian bisa sampai di sini? Apa pada zaman kalian sudah ditemukan mesin waktu?"

"Mesin waktu? Benda apa itu?" aku menunjukkan alat ciptaanku pada mereka. Sebuah mesin waktu buatanku yang dibuat dari komputer tahun 2000-an yang kuperbaiki sedemikian rupa untuk melintasi ruang dan waktu.

"Tinggal ketik saja tahun dan lokasinya, kita bisa berangkat ke mana saja dengan alat ini."

"Apa yang terjadi pada dunia ini? Aku tak tahu apakah kita masih bisa kembali atau tidak," ucap Riona.

"Bagaimana caranya kalian bisa berada di tempat ini?"

"Mungkin ini terdengar sedikit asing dan aneh. Kami berdua adalah manipulator. Orang jelek di sampingku ini adalah manipulator waktu dan aku adalah manipulator dimensi," jawab Riona.

Mereka memanipulasi dimensi ruang dan waktu dengan tangannya sendiri? Itu sedikit irasional.

"Kami berdua sedang bertengkar di dimensi lain hingga kami terlontar ke tempat ini. Kami tak tahu apa kami bisa kembali atau tidak," ucap Rediff.

Otakku terus berputar. Apa itu manipulator? Apa mereka ilmuwan sepertiku?

"Aku akan minta bantuan seseorang untuk menjelaskan ini. Kalian ikut saja denganku."

Aku mengantarnya menuju stasiun bawah tanah distrik Neon. Kereta itu berjalan menuju sebuah kota bawah tanah yang ada di distrik Krad. Akhirnya kami sampai di tempat itu.

Kota bawah tanah Krad, kota yang hanya bisa dikunjungi manusia bernyali tinggi. Orang-orang di kota itu memandang kami seperti mangsa. Semua terlihat sama. Hampir tak ada orang tua di tempat ini. Sesekali terlihat anak-anak namun itu pun termasuk langka.

"Di mana kita?"

Aku mengantarnya pada sebuah bar. Bau hanyir dari dalamnya cukup menyengat.

"Ada manusia," kudengar suara seseorang berbisik dari arah tempat duduk dekat pintu itu. Mereka memandangi kami dengan aneh. Kuberanikan diri untuk membuka pintu yang ada di bagian dalam. Terlihat seseorang berambut pirang pendek sedang bermain catur.

"Skak mat," raja hitam itu terdesak oleh sebuah benteng dan kuda berwarna putih di tengah.

"Kau harus berlatih seribu tahun lagi untuk mengalahkanku. Renton. Ada perlu apa kau ke sini?"

"Kakek, bisakah kita bicara di tempat yang aman?"

"Sudahlah. Kita bicara saja di rumah Kakek."

Ia kakekku, Fraith. Sedikit aneh karena wajahnya tak berubah sejak dulu. Kota itu adalah kota tempat tinggal para vampir. Entah kenapa aku terlahir manusia sementara kakekku seorang vampir.

Kami dibawa menuju sebuah rumah yang tak jauh dari bar. Itu nenekku, Marissa. Ia setengah manusia dan vampir. Peradaban di bawah tanah sama majunya dengan peradaban di permukaan. Kota di bawah tanah sengaja dibuat karena semakin sulit mencari tempat tinggal di permukaan bagi para vampir. Nenek menyajikan minuman hangat untuk kami. Suhu di bawah tanah hari itu memang jauh lebih dingin dari permukaan.

"Kakek. Kakek sudah hidup selama ratusan tahun 'kan? Apakah manipulator itu benar-benar ada?"

"Itu benar. Mereka ada di zaman Kakek masih muda dulu. Hanya saja sekarang sudah punah. Tiba-tiba saja kau tertarik dengan hal itu."

"Mereka ini adalah penjelajah waktu. Mereka ke masa ini tanpa mesin waktu. Pria norak ini adalah pengendali waktu dan wanita di sampingnya pengendali dimensi."

Pria berambut pirang itu menyipitkan matanya.

"Rey? Riona? Bukankah kalian berdua sudah lama meninggal?"

"Bocah Tua? Apa ini kau?"

"Kakek mengenalnya?"

"Sangat dekat. Ia adalah paman dan bibi dari ibumu. Mereka berdua adalah kakek dan nenekmu juga."

Aku teringat kata-kata Kakekku sewaktu masih kecil.

"Renton, dulu Kakek pernah pergi ke suatu tempat. Tempat itu begitu aneh. Kakek rasa itu masa depan. Kakek pun tak tahu bagaimana caranya harus kembali. Hingga suatu saat seseorang membantu Kakek kembali. Ia mirip sekali denganmu."

Rupanya yang kulihat sekarang adalah kakekku dari masa lalu. Benar. Kakek benar. Ia bisa menjelajah waktu! Aku langsung memeluk keduanya.

"Kakek! Nenek!"

Mereka terlihat bingung.

"Siapa dia?" tanya Rediff. "Apakah ia cucuku?"

"Benar. Ia cucumu. Ia adalah anak dari Renata, anak dari adikmu. Rey, kuharap kalian segera kembali ke masa kalian. Jika kalian tetap di sini akan terjadi distorsi ruang dan waktu."

"Distorsi ruang dan waktu?" tanya Riona.

"Itu benar. Hukum regional melarang adanya perjalanan melintasi waktu. Hal ini diakibatkan oleh seringnya orang-orang bepergian melintasi waktu yang mengakibatkan kekacauan baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Cepat pergi sebelum hal yang lebih buruk terjadi."

"Aku tak tahu bagaimana caranya bisa terlempar ke masa ini. Saat itu aku dan Riona sedang bertengkar di dimensi lain agar tak terlihat oleh anak-anak. Aku pun tak tahu bagaimana cara untuk kembali."

"Kurasa aku bisa. Aku baru saja membuat prototipe mesin waktu. Aku tak tahu apakah mesin itu bisa mengembalikan mereka. Mesin itu hanya bisa melakukan teleportasi."

"Biar Kakek yang membantumu."

"Bukankah kau seorang pandai besi?" tanya Rediff.

"Jangan remehkan aku karena usiaku yang tua dan seorang pandai besi. Aku banyak belajar selama 160 tahun ini termasuk cara memperbaiki perangkat elektronika."

"Fraith. Apa kau yakin akan ke permukaan? Jangan lupa pakai tabir surya," ucap Nenek Marissa.

"Apa kau lupa jika aku ini kebal cahaya matahari? Jangan khawatir. Aku pergi dulu."

"Hati-hati," Nenek Marissa melambaikan tangan pada kami. Kami pergi meninggalkan kota besar di bawah tanah menuju rumahku.

"Kakek, tidak biasanya kakek mampir? Apa Renton merepotkan kakek lagi?"

"Tidak. Kakek datang kemari untuk meminta bantuan pada Renton memperbaiki alat-alat."

Kami berlari menuju laboratorium. Aku dan kakek memeriksa kembali komponen mesin waktu. Aku memprogram ulang mesin selama Kakek memperbaiki perangkat keras intinya.

"Kau salah memasang kutub, Nak," Kakek membetulkan posisi kabel yang tertukar pada tempatnya. Aku sudah selesai memprogram ulang mesin. Kakek meminta agar mereka masuk ke bagian mesin utama mesin. Aku memberi aba-aba kepada kakek agar menyalakan mesinnya. Mesin waktu mulai berjalan. Baru kali ini aku melihat pergerakan mesin yang mulus.

"Kakek tahu koordinatnya?"

"1973, Altea, Kota Luar, jalan Cypress 46B."

"Hati-hati di jalan," kami melambaikan tangan pada mereka lalu aku menekan tombol untuk mengirimkan mereka kembali ke zamannya. Mesin itu bekerja dan mereka pun menghilang. Akhirnya aku sukses menciptakan mesin waktu dan bertemu Kakek dari masa lalu. Kurasa orang yang diceritakan Kakek saat aku kecil adalah diriku di masa sekarang. Rasa dahagaku pun terpuaskan.

Aku teringat perkataan Kakek Fraith saat di rumahnya. Perjalanan waktu hanya mengakibatkan kekacauan baik di masa lalu, kini, maupun masa depan. Aku tak bisa membayangkan bahaya apa yang terjadi jika benar-benar membiarkan alat itu tetap ada. Akhirnya aku menghancurkan program pengirim yang sudah kurancang sendiri. Rasanya sangat berat. Aku tak ingin jika suatu saat nanti alat itu ditemukan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.

Keesokan harinya aku meminta pada Kakek Fraith agar mengantar ke makam keluarga. Sebuah kompleks pemakaman yang berada di puncak bukit di tepi kota Altea. Aku menaruh karangan bunga di atas pusara kakek Rediff dan nenek Riona lalu mendoakan mereka. Tiba-tiba saja aku merasakan seseorang seperti mengawasi kami dari belakang.

"Kakek, apa kakek merasakannya juga?"

"Kakek merasakannya. Itu kakek buyutmu."

"Apa mereka penjelajah waktu seperti Kakek Rediff dan Nenek Riona?"

"Bukan. Mereka sama seperti kakek. Tidak bisa mati dengan mudah," Kakek Fraith menoleh ke arah pohon ek di belakang. Aku melihat Kakek tersenyum kepada dua orang yang sedang melihat kami di atas pohon ek. Ia terlihat sama mudanya seperti kakek Fraith hanya saja memiliki rambut hitam legam pendek.

"Apa mereka vampir juga? Jika kakek buyut vampir kenapa aku terlahir sebagai manusia?"

Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di benakku saat hendak kembali ke rumah. Saat aku melirik pohon ek itu mereka sudah menghilang.

"Kakek, ceritakan. Aku penasaran."

"Nanti saja di kereta. Ceritanya panjang."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro