Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tamaki! Apa yang kau lakukan pada adikmu?!" teriakan nyaring terdengar sangat jelas di pendengaranku. Aku berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga ke ruang kelurga. Di sana adikku menangis sejadi-jadinya.

Dan seorang perempuan berusia 38 tahun, ibuku, atau... Apa dia ibu angkatku? Entah lah aku tidak tau itu. Dia duduk di sampingnya sambil menatapku dengan tatapan penuh kebencian.

Hatiku remuk, ini sering terjadi. Kenapa selalu aku yang jadi sasaran amarah bagi mereka?

"Tamaki! Kenapa adikmu menangis?!" bentak ibuku itu.

"I-Ibu, aku dari tadi hanya di kamar. Dan aku belum ke sini dari ta—"

"Bohong! Tadi kak Tamaki memukulku!" potong adikku.

"Aku tidak lakukan apapun padamu, Ayumi-cha—"

"Diam! Kau dengar apa yang dikatakan adikmu?! Kau memukulnya! Apa salahnya sampai kau memukulnya?!" potong ibuku lagi.

"Aku ... tidak lakukan apapun, Ibu. Aku hanya belajar dikamar setelah makan malam tadi. Aku tidak pernah menyakiti adikk—"

"Sudah! Aku tidak ingin mendengar alasanmu itu! Sana, dasar anak tidak tau diri! Seharusnya dulu aku tidak melahirkanmu!" potong Ibuku. Mataku memanas.

Aku melirik Ayumi sekilas sebelum pergi ke kamarku lagi. "Kenapa ... kau lakukan ini padaku, Ayumi-chan? Apa salahku padamu?" pikirku.

Aku berbalik dan berjalan menaiki tangga menuju kamarku. Aku membuka pintu kamarku, masuk, dan kembali menutup nya dan menguncinya.

Aku bersandar pada pintu. Kaki ku melemah, tidak dapat menopang berat tubuhku membuatku jatuh terduduk bersandar pada pintu. Tanpa kusadari, cairan bening yang dingin membasahi pipiku.

"Kenapa, hanya aku yang dimarahi disini? Apa aku berbuat salah pada mereka hingga mereka sekejam ini? Apa aku ... memang ... bagian dari mereka? Atau aku anak angkat mereka?" gumamku sambil memeluk lutut ku dan membenamkan wajahku disana. Membiarkan cairan being itu mengalir dengan sangat deras.

"Dasar anak tidak tau diri! Seharusnya aku tidak melahirkanmu!"

Kata-kata yang ibu ucapkan tadi terus terngiang dikepalaku. "Kenapa ... Ibu dan Ayumi membenciku?" pikirku. Isakan tangis mulai terdengar dikamarku.

Aku mengusap air mataku dengan punggung tanganku. "Percuma, jika aku menangis tidak akan mengubah apapun." batinku. Aku kembali berdiri walau kaki ku masih gemetar.

Aku berjalan ke kasurku. Menghempaskan tubuhku kekasur dan menutup mataku. Berharap ini semua hanya mimpi belaka.

Tapi, tidak bisa. Aku tidak bisa. Air mataku kembali mengalir disertai dengan isakan yang keluar dari mulutku. Aku memeluk bantal gulingku dengan sangat erat, menumpahkan air mataku.

Bebrapa lama kemudian, aku mulai mengantuk dan pandanganku gelap. Aku tertidur. Jika kehidupanku begini, aku berharap hari esok akan berubah.

***

17 September 2017
18.11

Hai semuanya~ Ketemu ama Shi-chan lagi nih. Gimana cerita barunya Shi-chan? Bagus gak? Ngomong-ngomong, ini cerita Shi-chan yang ke-3 lho~ gk nyangka Shi-chan bisa publish banyak cerita kaya' gini. Tp, dkt yg Vote🙀

Haha, kali ini Shi-chan gak tau dari mana timbul ide buat cerita kayak gini. Tiba-tiba aja ada ide buat cerita ini. Shi-chan nangis bacanya😿

Yaudah kalo gitu, sampai jumpa Di chapter berikutnya~

Jangan lupa Vote & Comment nya ya~

Jangan lupa lho~

Shi-chan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro