Chapter 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku bangun dari tidurku. Melirik jam dinding di kamarku.

05.45

"Aku terlambat 5 menit." gumamku sambil duduk dari tidurku. Aku selalu bangun sepagi ini karna tidak ingin terjadi masalah di setiap pagi.

Berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Bersiap untuk sekolah pagi ini.

Skip time~

Aku melangkah menuruni anak tangga. Disana, adikku duduk di meja makan sambil memakan sarapannya. Aku tersenyum kecil melihatnya.

Aku kembali melangkah, menuju dapur. "Ibu, aku berangkat." ujarku di pintu dapur. Ibu menoleh sedikit padaku dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia mengangguk.

"Hati-hati."jawab Ibuku. Aku tersenyum. Kebahagiaan kecil di setiap pagi yang ku dapat dari Ibu yang selalu memarahiku.

Aku berbalik dan berjalan menuju pintu rumah. "Hati-hati, Maki-nee-chan." gumam Ayumi saat aku berjalan melewatinya yang duduk memakan sarapannya. Aku hanya mengangguk membalasnya.

***

Aku berjalan menuju sekolahku.

06.28

Pagi? Ya, memang kebiasaanku. Jalanan masih sepi. Lampu jalan masih hidup. Aku memeluk tubuhku. Pagi ini cukup dingin. Dan aku tidak membawa jaket ataupun syal.

"Dingin..." gumamku. Tidak lama kemudian, aku merasakan hangat di leherku. Aku melirik leherku. Syal merah. Aku mengenalnya.

"Selamat pagi, Maki-chan." sapa seseorang dari samping kananku. Aku mengangkat kepalaku dan mendapati pemuda yang lebih tinggi dariku, berjalan beriringan di sampingku.

"Selamat pagi, Setoguchi-kun." balasku. Setoguchi Yuu, dia teman sekaligus sahabat baik ku.

"Tidak bawa jaket ataupun syal?"

Aku menggeleng dan melilitkan syal yang ia berikan di leherku.

"Dasar kau. Kenapa tidak membawanya?" tanya nya lagi.

"Aku tidak tau kalau hari ini dingin. Jadi aku tidak membawanya." jawabku menoleh ke depan, menatap jalanan di depanku.

"Kau lupa atau apa? Ini sudah masuk awal musim dingin. Lalu kenapa kau masih lupa?"ujarnya.

"Aku sudah bilang Setoguchi-kun, aku lupa. Aku tidak melihat kalender hari ini."

"Ah ... iya iya. Aku mengerti." sahutnya.

Aku kembali diam dan terus melangkah. Membiarkan tidak ada pembicaraan diantara kami. Aku sedikit menaikkan syal di leher ku agar menutupi setengah wajahku. Hari ini terasa dingin.

Aku merasa ... ingin merasakan kehangatan lagi. Aku merindukan itu. Sudah lama aku tidak mendapatkan itu dari keluargaku sendiri.

"Maki-chan?" panggil Yuu.

"Apa?" tanyaku membalas sahutan dari pemuda itu.

"Terjadi sesuatu lagi kemarin atau pagi ini?" tanya nya.

Aku cukup tertegun mendengarnya. Dia selalu tau apa yang berbeda dariku entah apa sebabnya. Aku menggeleng pelan. Tidak ingin membuat Yuu selalu menenangkan ku saat menangis.

"Benar nih?"

"Tidak ... terjadi apapun, Setoguchi-kun." jawabku sedikit meliriknya lewat ekor mataku dab kembali menatap lurus ke depan.

"Kau bohong." ujarnya tiba-tiba. "Katakan padaku." katanya lagi, memaksaku agar aku menjawab dan menjelaskan semuanya pada nya.

"Tidak terjadi apapun Setoguchi-kun ... Aku tidak bohong." ujarku. Walaupun ia sahabat baikku, aku tidak mungkin terus membuatnya repot untuk menenangkan ku saat aku nanti bercerita dan akhirnya akan selalu menangis.

Aku menoleh padanya. Dia menatapku beberapa detik dan mengalihkan pandangannya ke depan.

"Baiklah. Lain kali jangan bohong padaku. Katakan saja padaku jika itu akan membuat bebanmu menghilang. Mengerti?" ucapnya.

Aku tersenyum di balik syal yang menutupi wajahku hingga hidungku dan kembali menatap ke depan. "Terlihat ... jelas ya ...?" gumamku.

"Sangat."

"Oh iya, hari ini makan bekal di rooftop ya?" lanjutnya.

Aku menoleh pada Yuu. "Setoguchi-kun ... bawa bekal?" tanyaku.

"O-a-haha..." dia tertawa dengan nada yang terdengar canggung sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Setoguchi-kun?" bingungku.

"Tidak." jawabnya.

"Oh ... kalau begitu, kebetulan. Aku bawa bekal lebih hari ini. Jadi, itu untuk Setoguchi-kun." ujarku sambil tersenyum.

"A-a-ah ... terimakasih." jawabnya.

"Tidak apa-apa." balasku.

"Maki-chan, apa kau membuatnya sendiri lagi? Pagi ini?"tanya nya.

Aku mengangguk. "Aku ... tidak mau merepotkan Ibuku untuk membuatnya." jawabku.

"A-Maki-chan, aku punya permintaan ... kecil. Kau ... bisa melakukannya?" ucapnya lagi. Pemuda ini memang selalu membuat bingung akan kata-katanya. Seperti saat ini.

"Hm? Permintaan?" ulangku. Yuu mengangguk. "Apa bisa?" tanya nya.

Aku mengangguk. "Apa?" tanyaku.

"Bisa kau panggil aku dengan nama ku? Maksudku, bukan nama keluargaku." jawabnya.

"Hm?" aku bergumam kecil seraya berusaha mengerti maksud permintaannya itu. Memanggilnya dengan namanya? Ya, tentu saja aku bisa. "Setoguchi-kun?" ucapku.

"A-ah ... kau tidak mengerti ya. Ya sudah, jangan di paksakan jika kau tidak mengerti." ujarnya.

Aku hanya mengangguk dan kembali menoleh, menatap ke depan. Tidak ada obrolan lagi setelah itu.

***

"Maki-chan!!! Selamat pagi!!" baru saja aku masuk ke kelas, perempuan dengan surai putih kecoklatan panjang langsung berlari ke arahku dan menerjang ku, bermaksud untuk memelukku.

"Hei ... Asami, kau hampir membuat nya terjatuh." ujar Yuu dibelakangku yang menahan bahuku dengan tangannya saat aku terdorong ke belakang.

Gadis itu melepas pelukannya dan berdiri di depanku. "Hee... Yuu marah ya...? Atau, apa kau juga ingin ku peluk? Kalau begitu aku akan—"

"Asami, berhenti bercanda." potong seorang pemuda yang tengah berdiri di belakang gadis yang dipanggil Asami itu. Menghentikan gadis itu yang sebelumnya berlari ke arah Yuu---bersiap untuk memeluknya.

"Baik ... Hiraku-sama." sahut gadis itu, Ikeda Asami.

"Selamat pagi, Maki." sapa pria itu, Kazuki Hiraku.

Aku mengangguk pelan dan menurunkan syal yang tadinya menutupi wajah hingga hidungku. "Pagi, Kazuki-kun, Asami-san." balasku sambil tersenyum pada mereka.

Aku beralih menatap isi kelas. Kosong. Tidak ada murid lainnya selain kami berempat. "Yang lainnya, mana?" tanyaku pada mereka.

"Hm, entahlah. Sepertinya belum datang." jawab Asami. Aku mengangguk dan berjalan menuju mejaku.

*Normal POV

Tamaki berjalan menuju mejanya dan duduk disana. Diikuti oleh Yuu, Asami dan Hiraku. "Yuu, terjadi sesuatu lagi pada Maki?"bisik Hiraku pada Yuu.

Yuu mengangguk. "Tapi, dia tidak mau mengatakannya padaku." jawab Yuu.

"Yuu, aku rasa dia tidak ingin... membuatmu khawatir." sahut Asami yang mendengar obrolan Hiraku juga Yuu.

"Khawatir? Kenapa?" tanya Yuu, tidak mengerti dengan maksud gadis itu.

"Ya ... mungkin ... karena selama ini kau selalu menenangkan nya saat dia sedih. Iya kan, Hiraku-sama?" Asami melirik Hiraku yang berjalan di sampingnya.

Hiraku mengangguk menjawab pertanyaan Asami.

"Begitu ya..." gumam Yuu.

"Sudahlah, nanti juga akan di katakan. Pasti. Kau tau sendiri, Maki tidak akan bisa menyimpan kesedihannya." ujar Hiraku sambil memegang bahu Yuu.

Yuu mengangguk dan duduk di samping Tamaki. Dan Asami duduk di depan Tamaki dan Yuu dengan Hiraku di sampingnya.

Sementara itu, Tamaki terus memikirkan ucapan ibunya kemarin.

"Lebih baik aku tiak melahirkanmu dulu! Dasar anak tidak tau diri!"

Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya. Asami dan Hiraku duduk menghadap Yuu dan Tamaki di belakang mereka. "Maki-chan." tegur Asami. Tamaki hanya diam sambil menopang dagunya dengan tangannnya.

"Oooyy.... Maakii-chaann..."Asami mengibaskan tangannya di depan wajah Tamaki. Tetap tidak ada respon dari orang didepannya itu.

Yuu, Hiraku dan Asami saling melempar tatapan bingung lalu kembali beralih pada Tamaki yang hanya diam ditempatnya. Tiba-tiba, cairan bening menetes dari mata Tamaki.

"Maki-chan?!/Maki?!"kaget mereka bertiga. Dengan itu, Tamaki langsung tersadar dari lamunannya. "K-kenapa?" bingungnya.

"Ada apa?"tanya Hiraku. "Kau kenapa Maki-chan?"tanya Asami. "Ada apa denganmu?"tanya Yuu.

Tamaki hanya diam menatap teman-temannya itu dengan tatapan bingung. Tidak lama kemudian, ia sadar, cairan bening nan dingin membasahi pipinya.

Tamaki menyentuh pipinya. Basah. Ia langsung menghapus air matanya itu.

"A-ah...ini...aku tidak apa-apa." jawab Tamaki sambil tersenyum. "Kau yakin?" tanya Asami. Tamaki mengangguk. "Tapi, lain kali jangan berbohong seperti ini, Maki-chan." ujar Yuu.

"Eh?"gumam Tamaki. "Ya, Yuu benar. Jika terjadi sesuatu, katakan saja pada kami. Atau, jika tidak bisa, kau bisa mengatakannya pada Yuu saja, Asami saja, atau pada ku saja. Jika seperti ini, kau akan terus menangis Maki."ujar Hiraku membenarkan ucapan Yuu.

"A-b-baiklah..."gumam Tamaki sambil mengangguk. "Hee... Hiraku-sama, tumben sekali kau jadi bijak. Tidak seperti biasanya ya..." canda Asami. "Kau menghina atau memujiku?"geram Hiraku.

"Haa... Menurutmu? jika menurutku, itu sih hinaan. Tapi, menurutmu, aku tidak tau." jawab Asami. Dengan itu, perempatan siku-siku muncul di dahi Hiraku. "Dasar kau. Beraninya kau menghina ku?! Kau belum tau aku siapa hah?!"kesal Hiraku menunjuk Asami tepat di wajahnya.

"Ya...aku tau. Kau ketua geng berandalan di sekolah ini. Kau lelaki bodoh yang kerjaannya hanya berkelahi dengan geng berandal dari sekolah lain. Dan hebatnya, kau jadi sahabat Tamaki yang merupakan juara umum tiap tahunnya dengan prestasi yang sangat baik dan sangat bagus. Jadi, intinya, kau itu orang aneh, bodoh, berandal, dan orang idiot." jawab Asami dengan santai tanpa menghiraukan aura gelap yang berasal dari Hiraku yang sudah kesal dari tadi.

"He, sepertinya ketua dari geng berandal di sekolah ini akan memukul Asami."pikir Yuu. "Lalu apa salahnya denganmu? Terserah aku ingin bagaimana. Yang berkelahi aku bukan kau kan?"kesal Hiraku.

"Ya ya...aku mengerti. Tapi, kau tau, kau selalu membuat Maki-chan mengobatimu di saat aku ada urusan dengan Maki-chan. Jadi, tentu saja itu masalah bagiku." jawab Asami.

"Tch, aku tidak peduli dengan urusanmu itu."balas Hiraku. "Hey... Asami-san, Kazuki-kun, jangan bertengkar disini. Ini masih pagi. Jadi, jangan bertengkar ya?"lerai Tamaki.

"Hah...baiklah...Maki-chan."jawab Asami. "Tapi, Maki, dia—"

"Sudahlah Raku, kau membantah Maki, itu akan berakibat fatal pada dirimu sendiri. Jadi, lebih baik kau turuti saja. Daripada kau tidak akan pernah berkelahi lagi."potong Yuu. Dan kata-kata Yuu barusan, membuat Tamaki dan Asami membelalakkan matanya.

"Yuu, kau mengajarkan yang buruk padanya? Kau gila, tidak waras, saraf putus atau apa sih? Jika kau bicara seperti itu, kau malah membuatnya terus berkelahi."ucap Asami.

"Ya. Asami-san benar. Jika Setoguchi-kun, berkata seperti itu, Kazuki-kun tidak akan pernah berubah." sahut Tamaki.

"Ah, aku lupa."jawab Yuu. "Maki-chan, bisa kau memangil kami dengan lebih akrab?"tanya Asami. "Hm? Lebih...akrab?"bingung Tamaki.

"Yaa...misalnya... Memanggilku 'Asami-chan'? Atau mungkin, memanggil Yuu 'Yuu-kun'? Atau, memanggil Hiraku-sama 'Hiraku-kun'?" jelas Asami.

"Tapi, apa yang sebelumnya tidak akrab?"tanya Tamaki. "Ah, tidak. Itu akrab kok. Tapi—"

"Sudahlah Asami. Kau hanya akan membuat Maki-chan bingung. Dia tidak mengerti. Aku juga sudah bilang padanya. Tapi, tetap saja tidak mengerti. Mungkin, dia akan bisa tanpa kita minta nantinya." potong Yuu sambil merangkul Tamaki.

"A-hm...baiklah. Yuu benar. Mungkin, Maki-chan akan bisa sendirinya."gumam Asami sambil tersenyum menatap Tamaki yang hanya diam di rangkulan Yuu.

"Hiraku-sama, Maki-chan...sangat sedih kan? Kau bisa tau itu dari tingkah nya hari ini bukan?" bisik Asami pada Hiraku tanpa mengalihkan pandangannya dari Tamaki. Hiraku melirik Asami dan mengangguk.

"Ternyata kau juga menyadarinya ya..."bisik Hiraku.

*T*B*C*

Yo, Semuanya...ヽ(*≧ω≦)ノ
Ketemu sama Shi-chan lagi... Gimana? Bagus? Shi-chan gk tau. Tapi kalo kalian, Shi-chan juga ga tau. Hehe...

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~

Ja ne~

Jagan lupa Vote & Comment nya ya~

Jangan lupaa lho~

Shi-chan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro