1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat Carmelize membuka matanya, dia langsung menemukan sebuah kastel raksasa di depannya.

Diperhatikannya keadaan kastel itu pelan-pelan. Gerbang dengan bau besi yang berkarat, tembok berlumut dan aroma rumput yang sangat tajam. Butuh waktu bagi Carmelize untuk menyadari bahwa batu itu berwarna gelap, bukanlah hijau lumut.

Kastel yang besar dan sangat gelap.

Carmelize menunduk menatap flat shoes putih bermotif bunga yang dikenakannya, lalu melihat kembali kastel itu. Dia tidak salah melihatnya, kastel itu bukan imajinasinya, dia benar-benar melihat kastel itu.

Hal lucu yang Carmelize sadari adalah saat dia mengedipkan matanya sekali dan tiba-tiba saja dia sudah berpindah posisi di tempat lain.

Kali ini, dia berada di halaman kastel yang dipenuhi oleh pepohonan dan sebuah patung kuda dan seseorang yang mengenakan jubah dan mengangkat pedangnya ke atas.

Bagi Carmelize yang hanya berumur sepuluh tahun, hal itu adalah patung yang cukup indah dan mengesankan.

Belum selesai mengagumi patung tersebut, tiba-tiba saja Carmelize melihat barisan orang-orang yang berjalan menuju suatu tempat.

Mereka menggunakan pakaian hitam dan putih. Masing-masing dari mereka membawa sesuatu di tangan mereka.

Carmelize yang sedang kebingungan dengan hal yang terjadi dengannya, langsung saja berlari ke arah mereka.

"Permisi ..., aku ingin bertanya."

Namun kejadian yang tidak disangka-sangkanya, malah terjadi di depan matanya.

Mereka semua tidak mempedulikan keberadaan Carmelize dan tetap memutuskan untuk berjalan. Hebatnya lagi, mereka semua berjalan menembusi tubuh Carmelize!

Carmelize yang tidak punya tujuan apapun akhirnya memutuskan untuk mengikuti mereka, karena penasaran juga dengan tempat yang akan mereka datangi.

Akhirnya, Carmelize masuk di sebuah ruangan yang cukup luas dan terlihat mewah. Ada sebuah meja panjang dengan kursi tinggi. Carmelize tidak menghitung jumlah kursi yang ada di sana, karena jumlahnya terlalu banyak dan keberadaan kursi-kursi itu ditutupi oleh orang-orang yang mulai meletakan satu persatu barang bawaannya di atas meja.

Cukup banyak nampan dan piring yang dibawa mereka, membuat Carmelize berpikir bahwa akan ada pesta makan malam yang sangat besar sebentar lagi.

Mereka terus menata piring dan posisi yang mereka rasa pantas. Namun belum lagi merasa puas dengan apa yang tengah ditata mereka, tiba-tiba saja mereka semua menyingkir dan membentuk barisan.
Carmelize yang belum mengerti apa yang terjadi, langsung menoleh ke belakang.

Dan dia menemukan seorang pria dan seorang wanita dengan pakaian yang sangat ... mengagumkan. Aura kharisma yang berpancar dari keduanya, membuat Carmelize langsung menyadari bahwa mereka berdua adalah seorang raja dan ratu.

"Apa tidak apa tidak menunggu anak-anak dulu?" tanya ratu kepada raja yang wajahnya terlihat agak masam.

"Tidak perlu," balas raja itu sambil menarik kursi untuk ratu. "Mereka akan menerima hukuman atas apa yang mereka lakukan."

Ratu duduk di tempatnya setelah raja mendorong kursi itu untuknya. Setelah itu, raja duduk di seberang ratu.

"Kalian boleh pergi," ucap raja yang membuat mereka semua berjalan keluar.

Carmelize berjalan mendekati raja dan ratu yang mulai mengambil sendok dan pisau mereka. Dia ingin memastikan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang benar-benar bisa melihatnya, dan tampaknya dia benar.

"Uh ... permisi, raja dan ratu," lirihnya pelan, tetapi mereka berdua tetap diam dan menyantap makanannya dengan tenang.

Carmelize juga mencoba menyentuh meja itu, namun tangannya menembusi meja itu. Dia sempat panik karena mengira bahwa dia telah mati, kondisi ini mirip dengan salah satu film yang pernah ditontonnya bersama kak Lara.

Kebingungan, Carmelize akhirnya berdiri di depan meja dan menunduk, karena Ibu pernah mengatakan padanya kalau menyaksikan orang yang makan di depannya sangatlah tidak sopan.

"Kurasa kau menghukum terlalu keras," komentar ratu begitu ia menelan makanannya.

"Tidak apa-apa keras pada calon pemimpin kerajaan ini. Memanjakan calon pemimpin negeri ini sama saja seperti kita membiarkan kerajaan ini hancur sia-sia," balas raja yang membuat ratu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi hari ini ada akan datang untuk meramal."

Raja hanya diam, tidak menanggapi ucapan ratu yang sebenarnya benar.

"Pelayan," panggil ratu yang membuat beberapa pelayan segera berdiri di depan pintu dengan cepat. "Panggilkan Pangeran Vire, Pangeran Alax dan Putri River," pinta ratu.

"Baik, ratu," balas dua pelayan itu sambil membungkuk hormat.

Sementara Carmelize merasa terkagum-kagum dalam hati. Tempat ini benar-benar adalah sebuah kerajaan. Ada seorang raja, seorang ratu, dua pangeran dan seorang putri. Itu berarti, kastel yang dilihatnya tadi adalah istana kerajaan.

Kak Lara tidak berbohong saat mengatakan bahwa pangeran dan putri benar-benar ada.

"Mereka masih belia, biarkan mereka di dunia mereka dulu," ucap ratu lagi, membela anak-anaknya.

"Yang mereka lakukan hari ini sudah di luar batas, ratu-ku," timpal raja.

"Ayolah, mereka hanya tidak sengaja membakar dapur karena ingin membuatkan makanan untuk kita. Yang penting kan, mereka baik-baik saja."

Carmelize melotot, tentu saja. Dia saja tidak pernah diizinkan ke dapur, apalagi kalau sampai membakar satu dapur.

Suara langkah kaki tertangkap oleh Carmelize. Namun saat baru menoleh, semua pandangannya langsung menjadi terang.

"Carmel? Oh, sudah bangun." Kak Lara tersenyum lebar. "Ayo mandi, lalu sarapan. Hari ini kakak masak makanan yang enak," ucapnya.

"Eh ..." Carmelize bangkit dari tidurannya menjadi posisi duduk. "Pangeran dan putrinya?"

Kak Lara menatapnya agak lama, sebelum akhirnya dia terkekeh pelan. "Kau habis bermimpi apa barusan?"

Lalu, Carmelize menepuk keningnya pelan, menyadari bahwa hal yang dilihatnya tadi hanyalah mimpi belaka. Kerajaan yang dilihatnya tadi, juga adalah sebuah mimpi.

"Tadi Carmel bermimpi masuk ke sebuah kerajaan. Ada raja dan ratu yang sedang makan siang," cerita Carmel sambil berdiri dan memakai slipper kamar bergambar kartun itu. "Mereka keluarga yang bahagia."

Kak Lara yang tadinya sedang menyiapkan buku-buku untuk sekolah Carmelize, langsung terdiam dan menatap ke arah Carmelize.

"Benarkah?" tanya Kak Lara sambil tersenyum kecil.

"Iya," jawab Carmelize.

"Bukankah itu bagus?" tanya kak Lara sambil mengambil handuk dari dalam lemari pakaian Carmelize. "Carmel mandi dulu, ya. Kakak siapkan seragamnya."

"Iya," jawabnya lagi, dengan patuh.
Sambil kembali menyiapkan buku-buku untuk sekolah Carmelize hari ini, Lara kembali teringat dengan ucapan gadis itu.

Semoga saja mimpi itu bukan pertanda bahwa anak asuhnya itu kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Tbc

1 Juni 2018

a/n

Adakah yang menunggu cerita ini?

Kenalkan, Carmelize. Namanya sungguh keterlaluan panjang dan aku berkali-kali salah nulis nama. Aku nulisnya Flora mulu (bisik belum move on bisik).

Kalau kalian baca baik-baik blurb cerita ini, Carmel nantinya akan berteman dengan Putri River.

Lalu untuk laber minor romance, didedikasikan kepada pangeran ...

Ra-ha-si-a.

Bagaimana awalan Appetence menurut kamu? Wkwkwk. Semoga suka.

Oke, aku lanjut ketik chapter dua dulu~

Cindyana <3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro