23

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Melihat Putri River tertawa bersama seorang gadis seusianya sebenarnya adalah hal yang membuat Pangeran Alax senang, namun tidak, saat dia menemukan Putri River sedang bersama dengan gadis berpakaian putih yang agak aneh.

Pangeran Alax langsung menyadari bahwa gadis kecil yang juga ikut tersenyum itu adalah sebuah ancaman untuk Putri River. Dia tidak memiliki bayangan dan bisa menembus benda padat.

Baru seminggu sejak mereka dihukum di ruang baca, sosok itu telah datang.

Entahlah Bayangan atau Cahaya.

Pangeran Alax ingin mendiskusikan ini bersama Pangeran Vire terlebih dulu, namun ternyata ...

"Kau membiarkan River main sendiri?" tanya Pangeran Vire tidak percaya, "kalau dia main dengan kakek-kakek yang lompat dari ruang baca, bagaimana?"

"River tidak akan mau bermain dengan kakek-kakek yang tidak dikenalnya," ujar Pangeran Alax, menyadari bahwa Pangeran Vire tidak bisa melihat sosok itu.

"Oh iya, benar juga," sahut Pangeran Vire sambil mengangguk-angguk. "Dia juga mungkin lebih suka bermain bersama kuda liar daripada dengan kita."

Pangeran Alax tidak mungkin mendiskusikan hal ini bersama dengan orang-orang yang tidak bisa melihat sosok itu. Tidak dengan raja, dengan ratu atau dengan Pangeran Vire. Kebanyakan dari mereka tidak bisa melihatnya. Salah-salah, malah Pangeran Vire dan Putri River yang disebut sebagai objek yang telah dipengaruhi isi buku, padahal rasanya memang janggal.

Jadi, pada akhirnya, Pangeran Alax membiarkan Putri River bersama dengan sosok itu selama beberapa saat, jika memang tidak ada apapun yang terjadi, seharusnya tidak apa-apa, selama Putri River merasa bahagia.

"Kalau aku terlahir sebagai pangeran, aku pasti akan menyukaimu," ucap Putri River dari kamarnya, saat tidak sengaja melewatinya.

"Jadi, kau tidak menyukaiku sekarang?"

Pangeran Alax melangkah mendekat pelan-pelan ke pintu kamar Putri River untuk mendengar perbincangan mereka lebih lanjut.

"Ah. Tubuhmu mulai menghilang. Mungkin kau sudah akan terbangun."

Pangeran Alax tersentak. Dalam benaknya hanya memikirkan kondisi Putri River. Jika sosok itu adalah Cahaya, maka Putri River bisa terjebak dalam kegelapan, seperti yang telah dibacanya.

Dia pun membuka pintu kamar River tanpa mengetuk lebih dulu.

"River, kau tidak apa-apa?"

Putri River seorang diri di kamar, tidak ada sosok itu dan Putri River tampaknya baik-baik saja. Pangeran Alax sangat lega karenanya.

"Kak Alax! Lain kali ketuk pintu dulu!" omelnya sembari menghampiri pintu. "Ada apa?"

Pangeran Alax menghindari kontak mata dengan adiknya, "Tadi aku mendengarmu berbicara. Apa ada orang di sini?"

Putri River gelagapan. "Tidak ada, aku tidak berbicara dengan siapapun."

Lalu, Pangeran Alax juga mendapat kesimpulan bahwa Putri River tidak berencana memberitahu apapun soal keberadaan sosok yang mengikutinya. Pangeran Alax juga tidak percaya bahwa adik kembarnya yang selalu memberitahu segala hal padanya malah akan menyembunyikan hal seperti ini kepadanya.

Pangeran Alax bertekad untuk mengawasi Putri River dari kejauhan, atau setidaknya mulai mencari informasi lain agar sosok itu berhenti menghantui adiknya.

Pintu kamarnya terketuk tiba-tiba, suatu malam di tengah hujan deras yang menguyur se-negeri Bayangan. Lima kali ketukan, yang mana halnya adalah kedatangan Putri River. Entahlah kapan, tetapi Putri River dan Pangeran Vire pernah bersepakat menentukan kode untuk ketukan pintu.

Pangeran Vire harus mengetuk pintu sebanyak tiga kali (aksara namanya tiga garis), Pangeran Alax harus mengetuk pintu sebanyak empat kali, lalu Putri River harus mengetuk pintu sebanyak lima kali (kalau tidak ada aturan ini, maka Putri River akan terus mengetuk dan mengetuk pintu sampai ada yang membukanya).

Pangeran Alax yang sedang membaca dengan lampu minyaknya yang redup, langsung mematikan api, lalu berjalan ke kamarnya dan berbaring membelakangi pintu.

"Kak Alax, ini aku."

"Masuk saja," jawab Pangeran Alax.

Putri River membuka pintu dan sesekali Pangeran Alax bisa mendengar Putri River berbicara pada bayangannya sendiri. Pangeran Alax akhirnya menyimpulkan bahwa sosok itu adalah Bayangan, karena dia sepertinya bukanlah Cahaya untuk Putri River.

Ada yang aneh dengan Bayangan. Biasanya dia hanya akan datang saat siang hari, namun hari ini dia malah di tengah malam seperti ini.

"Kak Alax, belum tidur?"

Pangeran Alax yang saat itu agak panik karena Putri River bertanya, mulai berpikir kritis. Selanjutnya, Putri River akan mempertanyakan mengapa dia belum tidur--dia sudah hafal betul bagaimana Putri River.

"Sudah."

"Kak Alax, kita tidur di lantai saja, yuk!" ajak Putri River yang membuat Pangeran Alax semakin panik.

"Huh?"

"Tidur di lantai, lho!"

"Mengapa?" tanya Pangeran Alax.

"Aku sedang ingin."

Putri River tidak boleh tahu bahwa di kolong tempat tidurnya, dia menyimpan banyak sekali buku-buku referensi untuk kasus Putri River.

Pelan-pelan, setelah menarik napas, Pangeran Alax berucap, "Kalau kau sakit, raja, ratu, dan Kak Vire akan marah padaku."

Semoga saja Putri River tidak curiga padanya.

"Ayo tidur, River ...."

"Kakak sudah membuat sihir pengedap suara?" tanya Putri River kepadanya.

"Sudah, tapi sudah kuhilangkan. Bukankah biasanya kau suka mendengar suara hujan?" tanya Pangeran Alax, bertanya balik.

"Ah, sudah pergi, rupanya," gumam Putri River. "Kalau begitu, malam ini aku tidur di sini, ya."

Pangeran Alax membalikkan tubuhnya, menghadap ke Putri River yang sedang tersenyum menatapnya. Sepertinya Bayangan itu memang sudah hilang.

"Bukankah kau memang datang kemari untuk tidur di sini?" tanya Pangeran Alax sembari memejamkan matanya.

Dia sudah memutuskan untuk melindungi adik kembarnya, apapun risikonya.

*
Hari ini adalah hari di mana mereka bertiga akan diramal oleh banyak peramal unggul dari berbagai negeri.

Pangeran Alax sudah duduk di kursi kebesarannya, memperhatikan Putri River yang berbicara dengan sangat seru--berbisik-bisik dengan Bayangannya. Baru-baru itu, karena Putri River terlalu sering berbicara dengan Bayangannya secara terang-terangan tanpa merasa khawatir ada yang melihatnya, Pangeran Alax akhirnya mengetahui bahwa Bayangan Putri River bernama Carmelize.

Carmelize tampak seperti Putri River, terlihat polos, lugu dan tidak tahu apapun. Pangeran Alax yang memeriksa seisi ruangan, terkadang memanfaatkan momen yang ada untuk memeriksa keadaan Putri River dan Carmelize. Mereka mempunyai rencana dan Putri River yang lugu sama sekali tidak tahu bahw Pangeran Alax bisa mendengar semuanya, rencana mereka untuk mendengar ramalannya.

Satu sesi telah mereka lewati dan kini raja dan ratu tengah bersiap-siap untuk ke ruang diskusi. Carmelize melaksanakan tugas yang diberikan oleh Putri River dengan patuh. Pangeran Alax hanya bisa berpikir dalam hati, apakah Bayangan itu bisa melakukannya?

Sesi kedua telah dimulai, masing-masing dari mereka memeriksa tangan ketiga pewaris kerajaan. Semuanya hanya terbungkam diam, walau telah membaca ramalan tentang mereka bertiga, menjaga kharisma dan kehormatan mereka semua di depan publik.

Prajurit berjaga lebih ketat dikarenakan tidak ada raja dan ratu yang mengawasi, mereka telah berkomitmen untuk memenuhi semua permintaan penguasa negeri ini.

Mereka berbicara tentang pertaruhan yang akan mereka buat tentang ramalan mereka masing-masing. Untuk pertama kalinya, Pangeran Alax memberikan ide, itu dilakukannya hanya agar kedua saudaranya yang aktif itu--terutama Putri River, tidak jenuh di tempat duduknya.

Semuanya berjalan lancar, sampai akhirnya ...

Pangeran Alax melirik jam pasir di atas mereka. Sudah beberapa saat sejak Bayangan Putri River yang bernama Carmelize ada di dalam sana dan tampaknya Putri River melupakan keberadaannya karena insiden barusan. Dengan kekuatan yang ada, Pangeran Alax mengirimkan sihir agar Carmelize keluar dari sana, segera mungkin.

Firasatnya mengatakan bahwa ramalan Putri River tidak terlalu bagus.

Beberapa saat kemudian, semuanya kembali seperti semula.

Bayangannya kembali. Pangeran Alax menghindari kontak mata gadis itu, melirik sesekali saat merasa perlu. 

Namun belum sempat mengatakan apapun, Putri River mengerjapkan matanya dan berdiri dari tempat duduknya.

"Itu kenapa?"

Pangeran Alax yang semula tidak ingin melihat Carmelize, akhirnya menoleh juga.

Matanya ikut membulat saat melihat ada darah yang mengalir dari kedua hidung Carmelize.

"Itu kenapa?" tanya Carmelize dengan suara kecil.

Untuk pertama kalinya, Pangeran Alax mendengarkan suara Carmelize secara jernih dan jelas, tanpa ada bisik-berbisik. Semuanya sangat jelas.

Putri River berdiri dari duduknya, lalu berkata, "Berdarah."

Baru mengatakan satu kata itu, Carmelize lenyap di depan mereka.

Pangeran Vire langsung menuntun Putri River untuk duduk kembali, "River, apanya yang berdarah?"

"Ti-tidak apa-apa."

Barusan, Carmelize benar-benar mengeluarkan darah. Bukan hanya Pangeran Alax yang melihatnya, namun juga Putri River. Dia tidak salah melihat. Apakah itu akan mempengaruhi keselamatan Putri River? Ataukah itu akan mempengaruhi Carmelize?

Pangeran Alax yang sesungguhnya tidak pernah berinterksi sedikit pun dengan Carmelize, tiba-tiba merasa khawatir.

Bagaimana kalau yang menjadi Bayangan di sini ternyata adalah ...

"I-ini ..."

Pangeran Alax baru saja menoleh, tetapi dia langsung mendapati Pangeran Vire berdiri dari duduknya dan menepis tangan peramal yang baru saja membaca ramalan Putri River.

"Kupikir kalian semua sudah tahu kalau berbicara dengan kami tentang ramalan adalah hal yang dilarang," ucap Pangeran Vire dengan nada dingin.

Jangan lupakan bahwa Pangeran Vire hanyalah seorang anak yang berusia dua belas tahun. Pangeran Vire juga sebenarnya tidak ingin berbuat hal sekasar itu terhadap orang yang lebih tua, namun melihat wajah orang itu menatap adik bungsunya dengan tatapan ketakutan, membuatnya sangat tidak terima.

"Kak Vire, dia kan belum bilang apa-apa soal ramalanku," ucap Putri River yang sebenarnya antusiasnya sempat menyala karena dia berpikir bahwa dia akan mengetahui ramalannya lebih jelas.

"Ada Bayangan!" serunya yang membuat Pangeran Vire nyaris mengeluarkan sihir hanya untuk membungkam mulutnya.

Pangeran Alax yang lebih panik karena mendengarkan hal itu, langsung menahan Pangeran Vire agar tidak berbuat lebih jauh.

"Kak, tenang. Prajurit, bawa dia keluar."

"Ada apa dengan kalian?" tanya Putri River kebingungan, "Ini kerajaan Bayangan. Apa yang salah dengan itu?"

"Dia berbicara di depan kita itu kesalahan," jawab Pangeran Vire sembari duduk kembali. "Aku hanya mengikuti perintah."

Mereka melihat langsung bagaimana peramal itu dibawa pergi. Pangeran Alax menahan napasnya.

Sungguh, firasatnya tentang ramalan Putri River sangatlah buruk.

Tbc

24 Juni 2018

a/n

Oke, melihat Flashbacknya yang seperti ini, aku mulai ragu kalau APPETENCE hanya bakal sampe chapter 25.

Kenyataan ini membuatku sedih.

Dan tebak apa? 1500 kata yang sungguh wah sekali.

Oh ya, soal pemilihan nama Kerajaan untuk ADK 3, aku benar-benar tertawa saat baca komen-komennya semalam.

KALIAN benar-benar bisa menebak nama kerajaan apa yang aku mau.

Jadi sebelumnya, aku sempat berpikir untuk memberi nama sebagai Kerajaan Cahaya, Kerajaan Kilau, Kerajaan Asap, Kerajaan Langit atau Kerajaan Embun. 

Tapi melihat image kedua kerajaan kita sebelumnya (Kabut dan Bayangan), aku merasa kalau lima kandidat nama kerajaan itu tidak sesamar kerajaan sebelumnya.

Dan berdasarkan banyaknya saran yang masuk, aku akan mengambil nama Kerajaan Cahaya sebagai Kerajaan di ADK series yang terakhir, so, stay toon yaaaa!

FYI if you dont know, aku sangat suka ADK 3, dan semoga kalian juga wkwkwkwkwk.

Oke, aku ketik QUOTES Aqua dulu wkakakakka.



Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro