8. Duel Irma dan Cha-cha

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yawlaaa... Admin pake pengin ikutan duel. Haahahahha..

But, emang kudu juga, sih, ya.

Oke, duel minggu ini diberikan langsung oleh kak al-al12

Yaitu :

Pov 1 suara janin dalam kandungan, yang mau digugurkan oleh ibunya.
2 choice :
- sad ending
- happy ending.
Min 500 word max 700word

Syarat:
- no typo
- tanda baca perhatikan.

Peserta duel.

irmaharyuni dan c2_anin

Selamat menikmati.

****

Author : irmaharyuni
Judul : Detak dan Bunyi

"Hiks... hiks...."

Mendengar itu, disertai getaran yang menguncang, aku berputar kecil.  Ada debaran pelan yang merambat-lemah-tidak nyaman.

Suara lembut yang biasa terdengar, mengajakku berbicara, dan sangat menenangkan itu, ibu-katanya berulang kali. Di dalam sini,  begitu hangat,  dan bahagia.  Ibu mengajakku bermain, dan setiap kali aku bergerak, selalu ada sentuhan lembut dan suara tawa kecilnya. Dan sekarang, terdengar deru hembusan yang membuatku sesak. Seluruhnya bergetar,  dan sesak. 

"FANI!" Suara keras, serta dobrakan membuat suatu pergerakan mendadak.  Aku merosot. Terpelanting, dan terputar. Di sekitarku berubah mengencang. Isak tangis ibuku berhenti,  namun berganti dengan gelombang detakan yang lebih keras. Ada aliran yang mengalir cepat, membuatku tidak nyaman, resah, dan cemas. Lalu, aku merasakan sentuhan lembutnya mengelus seperti biasa,  tapi ada desakan dari dalam, yang berdetak cepat dan menyeruakkan semua yang ada di sekitarku. 

Dari rasa desakan desiran dan gejolak itu, mengirim gelombang debaran kuat. 

"SUDAH GUE BILANG GUGURKAN BAYI ITU!" 

Dalam cairan yang biasanya hangat, dalam sekejap terpacu dan berguncang. Aku melemah.   Ada apa ini Ibu? Ada getaran hebat, yang mengalirkan cairan-cairan di sekelilingku,  semakin deras.

"L-LOE!" pekikan suara dari dalam tubuh, menggema keras,  dan membuatku melorot lagi, terbuncang di dalam tempat yang empuk. "DARIMANA LOE TAHU GUE ADA DI SINI?!! INI ANAK GUE!  DAN ITU BUKAN LAGI URUSAN LOE!!! DASAR BAJINGAN!"

Gema itu memacu semakin deras,  membuat tubuhku terdorong aliran yang semakin deras.  Detakan itu bertubi-tubi membuatku takut,  dan meringkuk.  Sekelilingku meluruh, terkuras, dan semakin deras.

"POKOKNYA, ELO HARUS GUGURIN BAYI ITU SEKARANG JUGA!" Denyutan di pusatku semakin cepat, mengalirkan sesuatu dengan cepat, dan tiba-tiba berhenti. Lalu mengalir lagi dengan deras. Aku terguncang berkali-kali. Dapat kudengar hembusan yang terengah-engah, membuatku semakin sesak.  Ada perasaan panas,  dan semakin melemahkan.  "Bi, cepat masuk!  Tutup pintunya!"

"I-iya Tuan...."

"Kerjakan TUGASMU!  SEKARANG!"

"JANGAN SENTUH GUE BAJINGAN! LEPASKAN AKU! LE-LEPAS....!!!" Aku terpelanting ke atas, dan tersentak keras ke bawah.  "YA ALLAH.... TO-TOLONG--hmpft...."

Aku merasa gejolak itu semakin deras. Aliran itu berdesir kuat, mendorongku dengan goncangan kuat,  dan detakan itu berdetak kencang. 

Namun beberapa saat kemudian,  denyutan itu semakin tenang, detakan itu melemah, aliran yang menghantamku hanya mengalir pelan.... Denyutannya semakin pelan, seperti saat ibu melantunkan suara merdunya sebelum larut tenang.  Aku semakin tenang.  Tidak terjadi apa-apa. Alhamdulillah. Katanya itu ucapan syukur. Aku tidak tahu apa itu syukur,  tapi aku suka kalau ibu mengucapkannya. Aku merasa jauh lebih tenang. 

Namun seketika ada tekanan keras menekan.  Semakin kuat. Dinding-dinding lembut menghimpitku. Cairan di sekelilingku mengalir deras,  meluruh, membuatku ikut tersorong. Sakit Ibu... tolong....

Aku didorong-dorong kuat-kuat.  Sesak dan sakit. Semuanya semakin sakit. Sampai pusatku yang biasa hangat itu mulai melilit.  Sesak dan tercekik. Semakin jauh aku melorot,  tiba-tiba detakan berdebar keras.  Aliran darah mengalir deras.  Napas ibu terengah-engah. 

PRANG!!

Suara keras terpecah. 

"FANI!  APA-APAAN KAMU!"

"JANGAN MENDEKAT! ATAU... AKU BUNUH DIA!" Suara ibu bergetar. Aku ikut bergetar. 

"Ok,  Hani... lepaskan dia...." Suara orang itu,  membuat ibuku berdetak tidak tenang. 

"Bawa aku ke rumah sakit! Sekarang! Atau wanita ini akan mati di tanganku!"

***

Bunyi sesuatu yang teratur itu menggangguku. Aku tak suka.  Aku rindu suara ibu. Detaknya terdengar sangat lirih.

"Anak itu bukan anakku,  Fani!" Suara itu terdengar lagi,  membuatku meringkuk. "Kamu telah diperdaya olehnya! Aku tidak pernah datang malam itu!  Aku tidak menyentuhmu, di hari itu!"

"Maafkan aku ya sayang, kamu tidak seharusnya lahir!" Suara itu ada di dekatku,  sembari mengelusku.  Aku merasakan, detakan ibu semakin cepat.

"Lepaskan anakku,  bajingan!"

***

Author : c2_anin
Judul : Baby

Di sini nyaman. Hangat. Aku suka. Bebas bergerak semauku. Terkadang kaki ini iseng, menendang ke sana kemari. Butuh tempat lebih luas, sih. Tapi, adakah yang hangat seperti ini?

Kali ini aku enggan bergerak. Semalam, ibu menangis. Suaranya begitu menyayat hati. Katanya, aku tidak diinginkan. Bukan. Maksud ibu, dia menginginkan diriku. Tapi tidak sekarang. Jangan salahkan ibu dengan perkataan dan keinginannya.

Ibu tidak salah!

Jika saja aku besar nanti, aku akan menghajar siapa pun yang membuat pipi ibu basah, matanya memerah, berlinang air mata. Aku benci orang itu. Sangat. Belum tumbuh sempurna organku, tapi tidak menyurutkan kebencian pada orang yang berbuat jahat pada ibu.

Suatu saat akan kubalas dirinya. Dengan kejam.

Malam ini ibu berdoa lagi. Sembari mengusap perutku. Aku masih enggan bergerak. Aku tahu kesedihan ibu. Ibu sedih, aku pun lebih sedih. Ibu gembira, aku lebih gembira lagi.

Doa yang kudengar beberapa menit lalu, bahwa dia berusaha tegar. Mencoba melupakan kejadian paling mengenaskan dalam hidup ibu. Mencoba mengabaikan tiap sentuhan yang ibu terima. Ibu pasrah. Tapi, ibu jelas memohon. Agar aku tidak ada. Bagaimanapun caranya, ibu tidak mau tahu. Dia ingin ada campur tangan Tuhan Sang Maha Pencipta, agar aku dapat pergi. Ibu tidak ingin menjadi pendosa.

Aku termenung di dalam sini. Belajar mencerna tiap lafaz doa yang dilantunkan ibu tiap malam. Cucuran air matanya terus mengiring tiap kali doa itu bergaung. Permohonannya mutlak. Aku terhenyak.

Siapa yang tega berbuat seperti ini? Ah, ya. Aku harus bertanya pada Tuhan. Siapakah gerangan orang itu? Seperti apa rupanya? Lalu, apa Tuhan akan benci ibu? Atas segala doa yang dia mohon?

Tuhan, aku mohon. Ampuni ibuku. Jangan salahkan ibu atas permintaannya. Jangan buat ibu terus menangisi kenyataan hidupnya. Aku bukan anak yang dia inginkan. Ah, salah. Waktu kehadiranku tidak tepat.

Tuhan, kumohon. Kabulkan permintaanku ini. Buat aku kembali merasakan surga di atas sana. Dengan teman-teman yang lain. Hadirkan aku dalam ruang hangat serba nyaman ini, di saat ibu mau menerimaku.

Sungguh, aku tidak menyalahkan ibu. Aku harap, Tuhan, aku sangat mengharap.

Kutukku, hujatku, amarahku, bertujuan pada satu orang.

Pemerkosa ibuku.

Buat dia merasakan apa yang ibuku rasakan. Beban ibu, tatapan sinis berbagai macam orang, tekanan psikis yang dia alami, dan juga kesedihan yang tiap malam selalu menderanya.

Aku rela. Sungguh, aku rela. Demi ibuku. Hanya ibuku.

Sampaikan salamku padanya, Tuhan.

Jangan menangis lagi, ibu tidak bersalah.

Anakmu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro