dua puluh dua.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika mereka tiba kantor cabang SPADE, Selena tengah berdiri di dekat kursi dan sofa tamu, menuang kopi dari teko transparan ke dalam enam cangkir. Kuar harum kuat dari biji kopi yang telah disaring sempurna memenuhi ruangan dan mempersilahkan mereka berdua masuk.

Selena hari itu tampil serba hitam, baik rompi, dasi, celana, hingga sepatu yang mengilat - terkecuali kemeja abu-abu muda yang tidak terlihat mencolok. Regina pernah bilang kalau Bos suka hitam, namun mencoba untuk tidak menggunakan pakaian berwarna hitam dengan proporsi terlalu banyak.

Suara kucuran air yang tengah memenuhi gelas bertautan dengan derit kursi roda yang didorong Aria perlahan menuju ruang tengah. Seakan Selena telah mengantisipasi kedatangan dua tamu ke ruangan, ia memberi gestur untuk mereka berdua menikmati minuman itu, sementara Selena duduk di kursi lengan yang ada di meja bos yang jarang sekali ia sambangi karena kesibukan di luar kantor cabang SPADE.

Kellan menarik lengan Aria, memintanya untuk berhenti. Tanpa suara, ia menyuruh Aria untuk duduk, bukannya memperkenalkan diri terlebih dahulu sebagai seorang yang baru saja datang. Manik ambernya mengamati bos SPADE yang menyesap kopi dengan air muka netral, tidak membuka pembicaraan. Buku yang Kellan bawa ia tetap taruh di pangkuan, mungkin tidak terlihat dari sudut pandang Selena. Namun, ketika Selena menaruh cangkirnya di atas meja, maniknya sejenak menyorot iba.

Ia mendesah pelan, "Kenapa kamu bisa membawa buku milik Henri kemari, Kellan?"

Kellan tersenyum simpul, ia menaikkan buku itu untuk Selena amati. Henri, Kellan mencerna, Selena tampak terlewat familier dengan Henrietta Lazward, sepertinya.

"Saya kira anda tahu jawabannya, Bos."

"Aku bisa menebak, tapi, jelaskanlah."

"Tidak sebelum anda menjelaskan terlebih dahulu apa yang anda sembunyikan," balas Kellan. "Dari kami, dari Eir, soal Perang Arkana Terakhir."

Selena menyapu pandangnya ke arah Aria. Maid yang banyak bicara itu sedari tadi bungkam, seperti menunggu sesuatu terjadi. Atau, ia menunggu diusir dari sana karena topik mereka akan menuju serius dan rahasia. Mengamati cara Selena menatapnya, Aria sekilas menyuguhkan senyum. Ia menunduk dengan hormat dengan dua tangan menyilang di pangkuan dengan santun.

"Tower, panggil saja saya Aria."

"Oh, jadi kamu yang menghancurkan Guild?" Selena terkekeh. Ia menopang dagunya dengan sebelah kepalan tangan, tampak kesima dibandingkan kecewa.

"Secara teknis, bukan saya, tapi anak-anak saya yang dikontrol oleh pihak ketiga," jawab Aria santai. "Omong-omong, apa saya boleh berada di sini?"

Senyum Selena tersungging halus, "Tidak masalah, akan ada tiga orang lagi yang datang, sebentar lagi."

Kellan terkesiap di kursi rodanya. Tiga, dua diantaranya pasti Anne dan Eir, orang tambahannya mungkin adalah teman atau kolega Eir, mengingat Anne tidak punya 'teman' di Slum-A maupun Slum-B.

Sudah berapa lama ia tidak melihat Anne? Kellan berpikir tiba-tiba. Tidak biasanya ia merasa sebegitu rindu dengan keberadaan sang partner di dekatnya, apalagi mereka hanya berpisah dalam waktu yang cukup singkat. Pernah selama dua minggu penuh mereka bekerja terpisah untuk urusan masing-masing dalam misi yang sama, tidak sedikitpun Kellan merasa rindu.

Seperti ada denyut tidak nyaman di hatinya, ada apa? Padahal, bukan ia yang memiliki Arkana Lovers yang mampu mengindera rasa.

Ketika pintu diketuk tidak lama setelah Selena berucap, tiga kepala masuk ke dalam kantor cabang SPADE. Eir menjadi yang paling belakang, Anne memimpin di depan. Seorang yang tampak urakan di antara mereka bertiga menundukkan kepala, menarik tundung beludru yang dimilikinya dan memposisikan diri di bagian terluar ketika Anne dan Eir duduk di atas sofa, alih-alih telah membaca suasana.

"Siapa tamu kita ini, Eir?"

"Salvo, sponsorku di Slum-A. Dia nonbiner, Bos."

"Ahh, baiklah," Selena mengerling. "Jangan sungkan untuk mengingatkanku kalau-kalau aku misgender terhadapmu, oke Salvo?"

Salvo sekedar mengangguk, tidak menampilkan wajahnya.

Udara di ruangan terasa semakin berat, mencekam. Kellan pun menaruh buku itu di meja tengah untuk semua bisa lihat. Ada sedikit transisi di wajah Selena, namun hampir tidak terlihat.

"Sedikit meluruskan, aku tidak tahu kemana Regina pergi," Selena berucap. "Aku hanya bisa menjawab beberapa kegundahan kalian."

Kellan menatapnya tajam, ketika tidak ada yang berani beradu tatap dengan si Bos yang dihormati di kantor cabang SPADE. Bos yang selalu sibuk. Bos yang selalu cair terutama di hadapan Regina. Bos yang tampak santai. Bos dengan surai coklat madu yang tidak biasanya ia gerai. Eir terlihat sedikit terdampak dengan Bos mengucap nama 'Regina', membuatnya duduk lebih kaku dari sebelumnya di atas sofa.

Tidak ada satu orang yang menyentuh kopi mereka kecuali sang Bos.

"Sebelum terjadi Perang Arkana Terakhir, ada banyak juga artifak 'lepas' yang muncul seperti saat ini. Namun, setelah kami menyita banyak artifak, tidak ada satupun artifak yang memiliki kekuatan - semua hanya barang palsu, sebuah diversi," Selena mengerjap.

"Berbeda dengan saat ini, artifak-artifak ini berpotensi membahayakan satu sama lain. Hampir aku berpikir bahwa ini bukan diversi, tapi ternyata aku salah."

Diversi - sebuah kata kunci muncul. Sepuluh tahun yang lalu, tidak banyak dokumentasi tentang kejadian tersebut. Perang Arkana Terakhir dianggap seperti sebuah bencana alam. Atau, mereka penggemar okultik akan menganggap Perang Arkana Terakhir sebagai sebuah misteri dengan intrik-intrik gaib penuh konspirasi.

"Senjata-senjata ini telah diperkuat oleh pelaku yang sama, diciptakan untuk menyerap kekuatan sihir bagi orang-orang yang menggunakannya, demi mengumpulkan energi untuk sebuah rencana yang lebih besar."

Di saat itu Aria segera berdiri, "Tunggu," sekejap, ia terlihat panik. Maniknya membulat. "Anda tahu dari mana energi ini 'dikumpulkan' untuk rencana yang lebih besar? Bukankah saat itu sudah terbukti kalau mengumpulkan energi sihir dari alam dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan?"

Kellan mengernyitkan dahi. Ada bagian yang hilang di sini - hanya Selena dan Aria yang tahu.

Sebagai pengguna kekuatan Arkana, mereka menggunakan Arkana sebagai katalis untuk menarik energi sihir dari alam. Energi itu mereka gunakan untuk diri mereka sendiri. Lagi, mendengar penjelasan baru saja, Kellan merasa ada yang ingin mengkonversikan kekuatan itu menjadi sesuatu yang lebih 'hebat'. Mungkin seperti pembangkit listrik yang mampu menyuplai energi kinetik stabil setiap waktu.

Sihir memang mampu menyelesaikan banyak hal secara instan, tapi untuk apa menumpuk banyak sekali energi yang ada di luar batas kemampuan manusia?

"Sebentar, biar kujelaskan dulu ke yang lain, Tower." ia setengah mendecak. "Mungkin kalian belum ada yang pernah mendengar Project Heaven - Proyek Surgawi."

Selena mengetuk mejanya sekali untuk menampilkan sebuah layar interaktif melayang berukuran besar di antara meja utama. Tulisan merah besar bercetak tebal 'Rencana Diskontinu' lebih menarik perhatian dibandingkan detail sebuah mesin berbentuk tabung yang ramping menjulang sekitar 2 hingga 3 meter dari tanah.

Cetak biru tersebut juga menjelaskan beberapa detail penting yang akan 'mesin' ini lakukan, seperti menggunakan tenaga manusia untuk pengoperasiannya. Tenaga manusia di sini bukan merupakan energi yang dihasilkan secara fisikal, tapi energi potensial sihir yang dimiliki setiap orang, yang akan dipertajam pengeluarannya menggunakan sebuah model katalis.

Artinya, lelang barang-barang itu bisa saja ditujukan untuk mengumpulkan energi-energi dari para pemakainya. Atau, perkiraan Kellan bisa saja salah.

"Para pengguna Arkana tidak ada yang mengetahui ini hingga sebulan sebelum Perang Arkana Terakhir terjadi," Aria menyela. "Karena ini juga, saya memutuskan untuk keluar jadi agen."

Kellan merasa sangsi. Masih ada sesuatu yang ia rasa hilang. Ia pun melempar tanya, "Kenapa bisa proyek sebesar ini yang melibatkan agen Arkana lain ini tidak diketahui hingga satu bulan sebelum Perang Arkana Terakhir? Apa ini berkaitan dengan Malaikat Maut yang disebut Aria?"

Selena dan Aria saling berpandangan. Mereka sejak awal tampak tidak mengenal satu sama lain, dari bagaimana dingin perkenalan mereka tanpa satu jengit tanda adanya pertemuan sebelumnya. Kellan tahu kalau agen Arkana tersebar di berbagai penjuru Medea. Lagi, dunia Selena dan Aria tampak beririsan.

Sementara, Anne tidak memperhatikan satu titik, atau mencoba mencuri tanya pada siapa-siapa mengenai apa yang Kellan tanyakan. Seperti ia menunggu sebelum mereka butuh mengeluarkan beberapa hasil yang ia dapatkan ketika mencari identitas Selena Hartwig yang sebenar-benarnya.

"Malaikat Maut?" Selena mengulang, setelah terdiam beberapa lama. "Apa maksudmu, Aria, Kellan?"

Kellan mengamati Anne. Anne tidak menunjukkan tanda kalau-kalau Selena mengalami riak emosi atau perubahan perilaku karena mengucap kebohongan. Memang, kalau ada orang yang sangat pandai dalam mengolah emosi, kemampuan Anne akan sukar digunakan. Tapi, mereka berdua sudah cukup tahu mengenai profil emosi sang kepala kantor cabang SPADE.

Aria angkat bicara, "Dia yang memberi saya tawaran agar bisa bebas dari tugas agen. Apa anda tidak ingat ada orang seperti itu, Nona Selena?"

Selena bersedekap, matanya tampak menerawang beberapa kepala yang ada di benaknya. Rasa curiga Kellan semakin membuncah.

"Anda dulu adalah agen Arkana, Bos?" imbuh Kellan. "Seingatku, dari data-data yang kami ketahui, salah satu kriteria untuk mengepalai kantor cabang agen adalah itu."

"Ya, aku adalah mantan agen Arkana," Selena menjawab. "Arkana-ku adalah-"

"Nomor tiga belas, Death." tukas Kellan tanpa menunggu. Selena sekedar mengerjap, Eir yang semula menundukkan kepala pun sekejap terperangah. "Semua data yang aku dan Ann kumpulkan seputar anda juga berkata demikian."

Selena menaikkan alis, "Lalu, apa hubungannya dengan pembicaraan ini?"

"Ada kejanggalan yang terus terang mengganggu," Kellan mendorong kursi rodanya menuju ke arah meja Selena. "Terutama setelah saya mempelajari golem milik Aria, artifak-artifak Arkana minor, dan perbedaan informasi."

Kellan menunjuk layar terkembang tempat informasi mengenai Proyek Surgawi terpampang. Di kaki layar, ada tulisan tangan yang berbeda dari tulisan-tulisan detail mengenai bagaimana 'mesin' tersebut akan digunakan: penjelasan lebih dalam mengenai cara-cara mengambil energi manusia.

"Artifak-artifak yang disebar ke masyarakat awam mungkin bertujuan untuk menguasai energi potensial sihir mereka, karena awam tidak pernah menggunakan sihir sebelumnya sehingga energi simpan mereka besar," Kellan membaca informasi yang terpampang. "Nantinya, energi ini akan dipakai untuk mesin ini, benar?"

Selena mengangguk.

"Bagaimana artifak yang dulunya tidak efektif sekarang menjadi efektif untuk menarik energi sihir awam? Alasan yang bisa kupikirkan cuma satu," Kellan menunjuk Aria. "Siapapun dalang di balik semua ini telah menggunakan teknologi terapan Arkana nomor enam belas untuk membuat alat serupa yang mampu 'menyimpan' data; dalam hal ini, menyimpan energi sihir, lalu menyampaikan energi tersebut ke 'induk', entah di mana."

Terperanjat, Aria berdiri dari kursinya. Selena masih bergeming. "Jadi selama ini-?"

Kellan menaikkan tangan, mengisyaratkan Aria untuk tenang. Semua mata kini tertuju pada Selena yang menghadapi alur logika Kellan dengan tenang. Kembali menyesap kopi tanpa merasa ada yang ganjil, Selena tersenyum.

"Mungkin, mungkin. Rencana itu akan menjadi hal yang sempurna apabila tidak ada interupsi dari seseorang," Kellan meneruskan. "Misal, ada seseorang yang dapat menyimpan fragmen dirinya di dalam golem tanpa diketahui oleh sang pelaku utama, sehingga ia dapat memperoleh sedikit otonomi untuk bekerja di luar walau dirinya sendiri dibungkam di suatu tempat oleh sang pelaku."

"Tunggu, Nona Kellan," Eir menginterjeksi. "Tidak ada kekuatan Arkana yang bisa melakukan demikian, 'kan? Tidak juga Death."

Sunyi menjelang di antara mereka. Namun, Kellan tidak gentar. Ia mengangguk menanggapi ucapan Eir.

"Benar, tapi ada satu Arkana yang mampu menghamburkan fragmen sihir dan mengendalikannya - waktu, maksudku."

Seisi ruangan menahan nafas menghadapi realisasi ini.

"Hanya ada satu kesimpulan yang bisa ditarik dari alur logika ini."

Senyum Selena semakin menyeringai sesaat Kellan menempel kursi rodanya dekat dengan meja besar, manik Kellan mengilat mencoba menyudutkan sang Bos.

Ada dua agenArkana yang terlihat sebelum sepertiga Medea hilang, mereka adalah Arkana nomor tiga belas dan dua puluh.

.

"Selena Hartwig, anda sesungguhnya adalah pemilik Arkana nomor dua puluh, bukan?" [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro