empat belas.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tentu saja, Kellan tidak bisa melenggang pergi begitu saja seorang diri. Anne yang serba serius dan serba sibuk telah meminjamkan jet pribadi untuknya pergi ke daerah bekas Kaulis. Setahun bersamanya, Anne sudah lumayan kebal menghadapi Kellan yang akan menolak tawaran tersebut; 'tidak apa-apa', 'tidak usah repot-repot' - Anne tidak akan mendengarkannya. Segera ia menghubungi seseorang dari rumahnya dan menyatakan untuk mengosongkan jadwal penerbangan salah satu jet yang ada. Akhir cerita.

Kellan menyandarkan kepalanya ke jendela, terkekeh sendiri mengingat Anne yang semula sangat pendiam kini begitu ekspresif. Juga, Anne tidak menyembunyikan gerutuan kasarnya di dalam hati. Memang, mungkin umpatan tidak sepantasnya dihaturkan, tetapi emosi negatif tidak boleh selamanya disimpan. Asal seseorang dapat mengeluarkan emosi negatif mereka di saat yang tepat dan di tempat yang benar, mereka telah berlaku baik pada dirinya sendiri.

Maniknya mengedar menuju pelataran berpasir dan tandus yang mulai terlihat menggantikan distrik-distrik dan kota-kota metropolis berkembang Medea. Sepuluh tahun silam sudah terlewati ketika sepertiga dari daerah itu disulap menjadi padang pasir. Tidak ada yang tahu apa sebab awalnya dan satu-satunya saksi hidup memilih untuk diam - atau berbohong, berbohong demi kebaikan akan sesuatu.

Butuh satu jam untuk jet tersebut sampai ke landasan pacu yang menjadi tujuan. Selama satu jam tersebut, Kellan melakukan kompilasi pada data-data yang mereka telah kumpulkan dalam dua minggu terakhir. Banyak artikel yang perlu disaring. Dipilah. Dibaca kembali sebelum akhirnya dibuang. Kemudian disaring lagi. Selama satu dekade, peristiwa itu masih mengundang para penggiat teori konspirasi dan ahli sejarah. Ada banyak peneliti, dari pengguna sihir maupun bukan, yang mencoba datang kembali ke Kaulis atau kota-kota terdampak untuk melakukan penggalian. Atau mengambil sampel pasir. Atau mencoba mencari benda-benda yang masih utuh.

Pencarian data mereka menemukan sebuah kota yang dinamakan sebagai 'Kota Mati', terletak di wilayah bekas Kaulis. Wilayah ini sering disebut-sebut di beberapa situs tersembunyi atau forum-forum tertentu, tampaknya memang Kota Mati ini dikenal oleh orang-orang yang pernah singgah di sana.

"Orang-orang ini mendeskripsikan Kota Mati selayaknya tempat peristirahatan di tengah gurun, hmm atau orang zaman dahulu menyebutnya 'oasis'?" Kellan bergumam.

Ia melihat foto yang menampilkan gaya arsitektur bangunan yang terlihat sederhana, namun dirasa cukup untuk tinggal di sana. Terasing dan terisolir. Gaya bangunan tersebut juga-lah yang mengantarkan Anne dan Kellan ke sebuah konklusi bahwa ada seseorang yang mereka cari di sana.

Walau belum tentu semua pertanyaan akan dengan mudah terjawab.

"Tower..."

Salah satu Arkana yang tidak diturunkan, Arkana nomor enam belas, Tower. Mungkin aneh bila Arkana dengan kekuatan sihir tinggi malah mudah diwariskan, dibandingkan dengan Arkana seperti Tower. Dasar dari Arkana ini memang terdengar mudah, penguasaan satu elemen. Akan tetapi, pemegang Arkana Tower mampu membuat sebuah 'benda' menjadi fungsional dengan elemen yang mereka kuasai. Seperti membuat rumah dengan modal sebongkah batu. Atau membuat pabrik futuristik dengan bahan sebuah bata yang memiliki kadar besi di dalamnya. Intinya, penyalahgunaan Arkana ini akan menjadi masalah besar dengan segala kemungkinannya.

Kini, Kellan akan berhadapan lagi dengan pemilik Arkana Tower. Dan kali ini, ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan.

Kellan menghela nafas panjang mendengar suara pemberitahuan dari interkom bahwa sebentar lagi jet akan mendarat. Ia pun menutup layar yang tengah ia gunakan untuk memindahkan semua data ke beberapa file.

Di sana, sebuah folder dengan nama 'Selena Hartwig' tertimbun di antara banyak folder  yang sengaja tidak diberi nama.



Kellan berusaha tidak bertanya bagaimana keluarga Anne bisa punya tempat untuk mendaratkan jet mereka di tengah padang pasir. Ia berfokus untuk sampai ke Kota Mati secepat mungkin.

Perlu sepuluh menit dengan kursi rodanya untuk sampai ke tepi kota yang dibatasi dengan tanah berbeton dibandingkan jalan tanah berpasir. Kellan mencoba untuk tidak membuat banyak suara ketika ia mengambil bahu jalan untuk memacu kursi rodanya, membiarkan penanda arah yang ada di kaki kursi memandu.

Beberapa orang di sana berlalu-lalang menggunakan pakaian tertutup, umumnya bertundung atau bersorban. Seperti yang Kellan perkirakan, ada pasang mata yang melirik ke arahnya, berpakaian berbeda dari mereka, namun tidak ada yang mendekat untuk menyapa. Mungkin mereka simpatik. Mungkin mereka penasaran. Mungkin ada yang menunggu rodanya terhenti karena tersangkut oleh pasir. Kellan tidak pernah menyukai perhatian, namun ia tidak bisa mengatur apa yang orang lain lakukan.

Untungnya, tujuan dari perjalanan ini bukanlah rumah yang terletak dengan mendaki undakan-undakan batu. Rumah yang Kellan tuju ada di tengah-tengah sesaknya orang berjalan menjajakan sesuatu – bukan pasar, hanya sekedar gang sempit yang mudah-mudahan cukup untuk kursi rodanya menjejal.

Tidak asing di sana memiliki rumah dengan pintu menghadap ke arah gang, bukan ke arah jalanan utama yang mudah ditemukan orang. Lagi, Kellan kembali harus berterima kasih dengan penunjuk arah yang Anne sengaja buat untuknya, menempel di kursi rodanya tanpa orang lain bisa curigai. Kota Mati, sesuai dengan namanya, tidak mempunyai street scanner seperti jalanan Distrik atau kota bernama pada umumnya. Baru terpikirkan di benak Kellan bahwa tempat ini mungkin dipenuhi dengan buronan Medea, atau orang-orang yang terasing dari kehidupan modern.

Atau, orang-orang yang harus bersembunyi.

Kellan tidak heran ketika ia membuka pintu kayu ketiga dari kiri badan jalan, yang mempersilahkannya masuk bukanlah kata-kata lembut namun ujung mata belati. Tentu, Kellan dengan mudah menangkap belati itu dengan pasir yang dia tarik dari roda kursinya, ada untungnya juga pasir menyangkut di sana.

"Ran, kamu nggak boleh begitu sama tamu."

Suara yang lebih ringan dan bersahabat mendekat. Seorang wanita bertubuh ramping dengan rambut hitam yang dikuncir kuda tampak di bibir pintu, sementara ia menarik kerah seorang anak kecil bernama 'Ran' yang menodongkan belati baru saja sebelum ia sempat kabur, menariknya seperti sansak.

'Ran' memiliki fitur yang sama dengan Tower yang pernah dilawan oleh Kellan; rambut putih, perawakan kecil, jubah bertundung. Sementara, wanita yang tinggi itu mengenakan kemeja putih dengan celana bahan katun berwarna hitam yang mengaksentuasi pinggulnya. Sebuah kalung yang mirip dengan kalung milik Regina bergantung di lehernya, namun kalung tersebut bermata merah terang, sama seperti matanya yang menatap Kellan yang terkesiap.

"Ah, maaf. Golem milikku sangat sensitif dengan energi potensial sihir," tukasnya. Ia menunduk. "Jadi, apa yang bisa saya bantu, pemegang Arkana Magician?"

Kellan tersenyum, ia menaikkan kacamatanya.

"Bagaimana kalau kita bicarakan ini di tempat yang lebih pantas, wahai pemegang Arkana Tower yang asli?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro