tiga belas.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Eir <---> Anne Anantika Sfortz

.

Sihir. Siapa yang tidak menginginkan kemudahan yang dinamakan sihir?

Seperti yang semua orang di Medea ketahui, sihir digadang oleh para kelompok bangsawan dan menjadikanya sejenis 'hak'—seperti hakikat manusia untuk bernafas.

Nyatanya, sihir bukan hanya dimiliki oleh kelompok bangsawan tersebut, walau sekitar 80% pengguna sihir memiliki garis keturunan bangsawan. Angka ini ada dikarenakan para bangsawan menurunkan 'kunci' penggerak sihir pada keturunannya; menyisipkan kurikulum sihir sebagai suatu pelajaran wajib, mengaitkan segala urusan tertentu dengan sihir. Sihir datang di keluarga bangsawan seperti sebuah kebiasaan yang ditatar teratur.

Sihir, secara tidak langsung, perlahan menjadi 'alat' bagi para bangsawan untuk menjadi 'pembeda'. Padahal, ada banyak sekali jurang antara konglomerat dan masyarakat kelas bawah dengan ada atau tidak adanya sihir. Harta, tahta, berbagai macam kemudahan: akses teknologi, akses ilmu pengetahuan, akses sumber daya; semua dapat dimiliki bangsawan, sementara khalayak umum lebih banyak menelan sisa dari apa yang didapat mereka-mereka yang tinggi.

Walau demikian, ada pula unsur yang dinamakan bakat. Sihir bukanlah sesuatu yang ada sejak lahir, namun ada orang yang memiliki potensi sihir, ada juga yang kurang memiliki potensi sihir. Atau malah, sama sekali tidak memiliki potensi sihir.

Anne Anantika Sfortz termasuk golongan yang ketiga.

.

Ia selalu mengutuk ketika mendengar akan 'tinggi'-nya seorang bangsawan. Bahkan, para bangsawan pun hidup di daerah dataran tinggi, sehingga orang awam akan menyebut 'daerah atas' dan 'daerah bawah'.

.

Bisa dibilang: wajar sekali orang merendahkannya karena menjadi pemegang Arkana Lovers. Ada yang pernah berkata tepat di wajahnya, menilai bahwa Arkana tersebut semata adalah pemberian karena gelar bangsawannya yang cukup tinggi.

Tinggi. Tinggi lagi. Tinggi. Tinggi. Semua orang lantas berkomentar sesuka hati.

Tidak dapat dipungkiri, kekuatan Arkana Lovers yang dia miliki sebenarnya tidak ada sangkut pautnya terhadap besar atau kecil kekuatan sihir, membuatnya menjadi yang terlemah dari daftar panjang para pemegang kekuatan Arkana. Disimilasi. 'Magic Cancel'—kemampuan untuk menetralkan sihir, sebagian maupun secara utuh. Bila disandingkan dengan kemampuan sihir yang mirip, misal 'penyerapan energi' yang dimiliki Eir, tidak ada energi yang dibuang atau diserap dengan kemampuan disimilasi. Tidak ada energi yang diteruskan kepada Anne, Anne selayaknya dinding yang menumbuk benda padat, resultan sihir yang terjadi adalah nol besar.

Kemampuan mendeteksi fluktuasi emosi juga bukan merupakan sihir, karena Anne menerjemahkan fluktuasi tersebut layaknya gelombang pada radio. Ia tidak bisa menggunakan sihir untuk mempertajam gelombang tersebut, Anne hanya dapat memfokuskan diri pada satu gelombang di jarak dekat. Atau, ia bisa menggunakan drone transparannya untuk memilah gelombang emosi, yang sekarang masih terus ia kembangkan.

Secara singkat, Anne tidak memiliki potensial sihir, ia adalah anomali di dunia yang melulu berkembang karena sihir.

Anne menerima kenyataan tersebut, kenyataan bahwa dirinya akan selamanya tidak berguna dan akan menuntaskan tugas-tugas sampingan dari keluarga seperti mengelola Maneater atau mengumpulkan data, sampai sebuah surat pemberitahuan dari Departemen Sihir dan Benda Berbahaya datang, bersamaan dengan sebuah surat rekomendasi dari Komite Utama Sihir Medea.

Partner yang sesuai dengan kriteria keagenan Arkana anda telah ditemukan.
Arkana nomor Satu - Magician. Nama Agen, Kellan Kiesling. Domisili Agen Daerah Netral, Selatan Medea.


Anne mengerjap sekali lagi, melihat stasiun terakhir tempatnya turun, mengagumi kekacauan arsitektur yang ada di sana sebelum akhirnya melangkah mencari jalan keluar.

Slum-A hanya bisa dicapai menggunakan kereta. Tidak ada pelabuhan udara terdekat di sana. Pemerintah pun tidak menginginkan Slum-A memiliki pelabuhan udara karena hal-hal tertentu: masalah keamanan di daerah Distrik berkembang, kemungkinan pencurian data, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan stasiun yang rapi dan bersih, stasiun di dekat Slum-A—'Ujung Harapan' begitu nama stasiun itu terukir dengan papan yang sudah lapuk dan digambari oleh cat warna grafiti fraktal—stasiun Slum A dipenuhi dengan kursi berkarat dan lantai berlumut. Sebagian tembok yang tersusun dari bata merah sudah lapuk dan gugur, menampilkan rangka besi yang juga usang di dalam-dalam rusuk. Kaca yang menjadi atap stasiun sudah sempurna hancur, meninggalkan lumut dan ranting pohon berdaun hinggap menggantikan fungsinya. Petugas stasiun sudah digantikan oleh mesin loket otomatis yang sudah kehilangan warna, sempurna putih tulang dengan bagian keropos di sana-sini, hampir-hampir kehilangan fungsinya.

Anne memeriksa jam tangannya untuk melihat informasi kemiringan tanah, cuaca, dan struktur lokasi: 0 meter di atas permukaan laut. Cerah berawan dengan kemungkinan hujan 28%.

Dataran rendah ini adalah Slum-A.

Suara bising kereta lokomotif, satu-satunya kereta tua yang tersedia dan masih beroperasi di trek besi usang di sekeliling Medea, masih dapat Anne dengar sekalipun ia sudah keluar dari stasiun yang unik itu. Mendapati bahwa ia ada di tempat yang juga unik.

Stasiun itu terletak di daerah permukaan tanah, tetapi Slum-A tidak berada di permukaan tanah. Sebuah tangga besi berkarat menyapa Anne, mendaki ke sebuah kubah atau kotak yang terbuat dari besi dan baja, sebelum menyambung ke sebuah tempat seperti pipa menuju ke area yang ada di dalam tembok besi raksasa.

Yang dapat Anne tebak, di kotak tersebut akan ada pengecekan identitas dan lain semacamnya. Ini adalah masalah pertama yang harus Anne hadapi.

1) Ia adalah salah satu bangsawan dengan pangkat tinggi di Medea, ia tidak sepantasnya ada di sini, 2) Ia adalah kepala dari Maneater, para pengendus kriminal yang biasanya bersarang di Slum-A, ia tidak sepantasnya ada di sini, 3) Siapapun yang mungkin menculiknya akan mendapat kekayaan berlimpah, ia tidak sepantasnya ada di sini, 4) Kalau ia tertangkap oleh street scanner dan identitasnya terbaca, keberadaannya di Slum-A akan menjadi gosip bagi para bangsawan, menjadi satu dari banyak berita bertajuk 'Bangsawan Blusukan', ia tidak sepantasnya ada di sini

Intinya, ia tidak sepantasnya ada di sini.

Dan tentu, alasan apapun tidak akan bisa menghentikannya.

Anne menarik salah satu benda berbentuk seperti pulpen dari saku di dadanya. Ia memencetnya sekali, menunggu lampu merah indikator di kepala pulpen tersebut menyala. Anne meletakkan pulpen tersebut di udara, membiarkannya berkamuflase dengan sendirinya sebelum memerintahkan drone tersebut menuju ke arah kotak besi.

Sensor menangkap keberadaan orang, Anne memanggil fungsi visual di layar layang di hadapannya untuk melihat ada satu orang penjaga berpakaian lengkap seperti tentara. Tapi Anne jujur tidak pernah melihat pangkat yang ada lebih dari tujuh bintang di baju dinas pria tersebut.

"Retas seluruh scanner di Slum-A dan aktifkan immobilizer ke pria itu."

Tidak butuh lebih dari lima belas menit dan Anne Anantika Sfortz masuk ke dalam Slum-A, tanpa dikenali.

Anne menyukai bagaimana Slum-A sangat penuh dan berjejal.

Tidak banyak gedung tinggi di Slum-A, melainkan hanya tangga-tangga besi menuju rumah semi permanen yang ada di atasnya, lalu tangga-tangga besi menuju rumah atau kedai yang ada di atasnya lagi.

Tata kota itu serba semrawut. Gang demi gang terasa sempit. Hampir tidak ada jalan utama melainkan tangga atau platform dari besi, sementara orang bebas berlalu-lalang atau bahkan tidur di jalanan. Ada beberapa rumah yang memiliki pipa dengan uap panas menghampar ke jalanan umum. Ada orang-orang yang berteriak tidak jelas di tengah hari karena mabuk.

Anne merasa ia datang ke sebuah tempat yang bukan merupakan bagian dari keteraturan Medea. Slum-B masih lebih teratur, memiliki gedung, dan jalannya terlihat, sementara Slum-A terdiri dari kayu, besi, sampah, sampah lagi, orang-orang yang sibuk sendiri, rumah dengan kaca pecah, rumah dengan atap kaleng, tangki bekas yang tersusun tanpa guna, ban-ban bekas yang digunakan anak-anak kecil untuk bermain petak umpet, dan juga terpal-terpal penanda toko.

Sesekali, ada drone yang dimiliki pemerintah, menyuarakan himbauan mengenai keadaan ekonomi Medea saat ini: kurs dan entah-apa-omong-kosong-pemerintah-hari-ini. Street scanner yang berupa kamera kecil di sudut-sudut tiang listrik tampak ada seperti hiasan dibanding memiliki fungsi.

Tujuan Anne adalah sebuah daerah yang dinamakan sebagai D, ditandai dengan billboard neon raksasa yang sudah runtuh dari tempatnya entah di atas sana, tetapi tetap menyala di huruf 'D'.

Anne mendaki tangga sekali lagi, memastikan ia ada di tengah-tengah dari total ketinggian tempat tersebut, kemudian mencari sebuah tanda neon lain yang bertuliskan 'Menerima Rongsokan Besi' di atas pintunya.

Melihat tempat yang ditujunya terletak di seberang, di pojokan dari keramaian kedai-kedai yang menjual ikan (ikan? Sepertinya itu ikan, baunya amis sekali) di platform besi terbuka, Anne masuk menuju pasar ikan dan mencoba melangkah lebih pelan, mendengar kondisi riuh-rendah dari Slum-A.

'Dengar-dengar, kurs hari ini terendah lho!'

'Ikan segar, ikan segar! Sama sekali bukan campuran antara formalin dan sisik hologram!'

'Katanya minggu depan akan ada seleksi baru untuk masuk Maneater!'

'Ada yang butuh jasa untuk ke Slum-B? Dimulai dari 5000 Gold saja!'

'Daripada ke Slum-B, mending beli ikan!'

Anne tersenyum kecil menanggapi hal-hal tersebut, matanya tertuju lekat ke tujuan. Keseharian yang minim akan intrik dan dinamika politik, orang-orang ini hidup dalam situasi seadanya dan dapat mengeluh sekerasnya, berbeda dengan apa yang selama ini ia jalani.

Setelah akhirnya sampai di depan pintu tersebut, Anne terdiam melihat pintu tersebut langsung terbuka, menampilkan sosok yang kurang lebih memiliki tinggi sama dengannya, berambut hitam panjang lurus dan bermata delima.

Jaket hitam berbahan kargo dengan beludru putih di kerahnya membuat citranya seperti seorang penambang atau pandai besi yang Anne lihat di jalan menuju Slum-A. Sebuah kalung sederhana melingkar di lehernya, dengan sebuah batu lonjong yang Anne kurang tahu namanya ada di tengah-tengah, menepi di dekat kaos setelan merah berkerah V. Ia mengenakan rok panjang satin hitam dengan belahan tinggi di samping.

"Nona Anne?" sebutnya, suaranya rendah dan hampir menyerupai bisikan angin. Tentu, namanya tidak signifikan karena teredam oleh keramaian pasar ikan, tetapi bukan itu yang membuatnya terkesiap.

"Kamu siapa?" Anne segera bertanya. Maniknya berkilat, mencoba untuk tidak menaikkan alis. Si rambut hitam hanya tersenyum, tangannya tegar di daun pintu.

"Padahal anda sudah menganulir semua scanner di Slum, kenapa saya, ah tidak, kami, bisa tahu anda datang? Bukankah itu sebuah misteri?" Dan tebakannya tepat, Anne bergumam. Tidak ada fluktuasi emosi. Sosok ini tenang, terkontrol.

Sama seperti Eir, tutur katanya juga formal. Jauh dari anggapan orang bahwa isi Slum-A adalah orang-orang tidak berpendidikan atau orang-orang yang 'tidak tahu'.

Ia menunduk sekali sebelum membuka pintu lebih lebar. "Silahkan masuk."

Alih-alih meragukan, Anne yakin bahwa ia ada di tempat yang tepat. Tidak ada yang tahu seperti apa Anne Anantika Sfortz, sebenarnya. Ia hanyalah anak ketiga dari keluarga besar Sfortz yang tidak pernah muncul di media manapun dalam bentuk data atau foto. Kakak pertama dan kakak keduanya-lah yang menguasai ranah tersebut, menyandang status yang mirip dengan selebriti dengan segala berita dan gosip sporadis berkaitan dengan nama mereka.

Seketika saat pintu ditutup, keramaian barusan sempurna senyap. Tempat itu ternyata terdiri dari dua lantai, walau terlihat kecil dan terasing. Sebuah lorong membentang ke sisi utara dan sebuah tangga menuju tempat di atas ada di sisi timurnya. Lorong itu tampak menuju sebuah tempat yang lebih lowong, Anne melihat ada sofa dan peralatan dapur di kejauhan, namun ia bisa saja salah.

"Eir ada di ruang utama." Orang itu menunjuk. "Saya akan turut serta di belakang anda."

Semakin mendekat ke 'ruang utama', Anne menangkap derit yang dihasilkan sebuah mesin yang pernah ia dengar di kantor SPADE. 'Ruang utama' yang disebut oleh si rambut hitam adalah perpotongan antara dapur, ruang makan dan juga ruang dengan peralatan-peralatan tertentu.

Tengah sibuk di sofa biru yang ada di kanan mereka Eir, kuncir dua dan tabung yang biasa ia kenakan absen. Eir terlihat nyaman, separuh badannya tertangkap oleh badan sofa yang empuk, seakan telah menempel di sana. Ia tengah menunduk ke arah satu-satunya meja di sana, sementara meja rendah itu dipenuhi gelimang besi berkarat dan beberapa botol berisi cairan berwarna. Ia tampak menyambung beberapa besi itu dengan teknik serupa las, tetapi tidak menghasilkan percik api menyala dari tongkat yang biasa ia gunakan untuk bertarung.

Di arah dinding seberang, peta hologram Medea tergambar, disertai beberapa jendela infografis yang ada di kolom sebelah kanan. Anne kurang bisa melihat dengan jelas apa saja informasi di sana, tetapi itu bukan urusannya untuk saat ini. Sementara, dapur di daerah sebaliknya tampak rapi tanpa satupun perabot ada di luar jalur rak. Ada beberapa cangkir kopi di sebelah coffee maker dengan isi yang masih mengebul nikmat.

Si rambut hitam menyentuh lengan Anne, jemarinya memberi gestur untuk menepuk bahu Eir yang sama sekali tidak menyadari keberadaan mereka tepat di belakangnya, Anne mengangguk.

"W-Wah! Salvo! Jangan membuatku ka—o, oh, No-Nona Anne!?"

Eir segera berputar badan, menganga, tak lupa juga ia menatap sinis si rambut hitam, 'Salvo', sepertinya. Eir tidak mengenakan cheongsam juga saat ini, hanya kemeja putih dengan garis biru yang tampak kebesaran di badannya, dipadu dengan celana hitam panjang.

"Halo, Eir. Apa aku mengganggu?"

"Ti, tidak sama sekali kok, Nona Anne!" ia berdiri tegap, tampak lebih tegang dibanding terakhir Anne melihatnya.

"Tadi err, wanita ini?"

"Bukan wanita, dia Salvo." Eir memotong segera. Anne melihat ke arah Salvo sekali lagi. Salvo kembali menunduk saat namanya diucapkan. "Panggil saja dengan Salvo. Bukan pria, bukan wanita. Dia adalah sponsorku."

"Ah," Anne tertegun, mengoreksi. "Kamu nonbiner?"

Salvo menaikkan kedua alis, air wajahnya tampak bahagia dengan senyum merekah, "Saya yakin anda bisa paham."

"Maaf, seharusnya aku bertanya lebih dulu. Aku akan lebih berhati-hati."

"Tidak masalah, Nona Anne. Saya tahu anda mengerti, itu sudah lebih dari cukup."

Eir, berada di antara mereka, menepuk kedua tangannya. "Oke. Jadi, apa Nona Anne mau kopi?"

Anne mengangguk, "Tentu."

Tampaknya, Anne akan sedikit lama di sana - mencoba menjelaskan penemuan mereka selama dua minggu, mendeskripsikan tugas mereka untuk kedepannya, juga sedikit mencoba berbicara mengenai partner Eir yang menghilang bagai asap dua minggu silam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro