II. Senyum Manis Bu CEO

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Makan malam kali ini bukanlah di tempat mewah seperti restoran yang ada di film-film, melainkan hanya kafe biasa yang digandrungi oleh anak-anak muda. Ratu yang merekomendasikan tempat ini dengan jaminan makanan di tempat ini lebih lezat dibanding restoran yang lebih banyak merogoh isi kantong.

Mereka bertiga memutuskan untuk datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Sengaja memang, agar bisa bercengkerama terlebih dahulu sebelum nantinya canggung ketika harus semeja dengan petinggi perusahaan.

Dari arah jarum jam dua Zay melihat sepasang kekasih yang jalan berdampingan dan menuju ke meja mereka. Sang ketua tim, Giyan, melemparkan senyum hangat menyapa para anggotanya. Sementara di sampingnya, Krystal memilih senyum simpul untuk sekadar formalitas saja. Perempuan berambut sebahu tersebut terlihat masih mengenakan setelan jas berwarna abu-abu yang pagi tadi dikenakannya. Meski sudah malam, riasan wajahnya tidak luntur sama sekali dan tetap memancarkan pesona cantiknya.

Tidak ada satu pun dari ketiga anggota tim pemasaran tersebut berani memulai perbincangan. Mereka hanya terus tersenyum hingga bibir terasa kelu.

"Apa kalian nggak nyaman karena kehadiran saya?" tanya Krystal secara terang-terangan ketika melihat para karyawannya hanya diam dan bolak-balik menarik senyum saat bersitatap dengannya.

Ratu dan Niko menggeleng-geleng cepat, sementara Zay tertawa ringan dan menjawab, "Saya merasa terhormat penyambutan saya dihadiri oleh Bu Krystal. Terima kasih udah menyempatkan bergabung dengan kami."

Krystal melihat Zay lebih intens. Lelaki di depannya itu sedari tadi tidak menunjukkan kecanggungan seperti dua teman lainnya. Ia lebih terlihat santai dan terus saja menatapnya dengan sorot mata berbeda.

"Saya dan Krystal tadi kebetulan ada sedikit urusan di luar dan selesai lebih lama, maka itu saya mengajaknya ikut acara kita. Kalian nggak masalah sama sekali, kan?" Giyan turut memberi penjelasan agar tidak disalahpahami oleh anggotanya. Ia juga sebenarnya tidak nyaman jika acara yang seharusnya santai malah menjadi canggung karena mengingat perbedaan jabatan antar mereka yang terlampau jauh.

"Nggak apa, Pak. Bukan masalah," tanggap Ratu cepat.

"Saya dengar dari Kak Ratu bahwa penyambutan seperti ini untuk mengakrabkan diri satu sama lain. Dengan adanya Bu Krystal di sini, apa itu artinya kami juga bisa mengakrabkan diri dengan Anda?" Pertanyaan tiba-tiba yang terlontar dari Zay melebarkan mata kedua rekannya. Niko dengan cepat mencubit lengan Zay agar ia sadar bahwa yang dipertanyakannya barusan tidaklah tepat.

"Maafkan dia, Bu. Dia masih sangat baru dan belum tahu Ibu seperti apa," ucap Ratu yang sebenarnya tidak tahu juga bagaimana harus menjelaskan situasi ini.

"Karena saya belum tahu makanya saya ingin tahu. Benar, kan?" tanggap Zay lebih cepat. "Bukankah pekerjaan lebih terasa menyenangkan ketika kita tahu dengan siapa kita bekerja?"

Niko mengembuskan napasnya kasar. Ia tidak menyangka bahwa rekan barunya ternyata tidak sesopan ini. Jika diingat hari pertama Zay datang ke kantor mereka, lelaki itu terlihat seperti anak baik yang sangat penurut dan tidak suka berdebat. Nyatanya, ia sekarang seperti sedang menantang atasannya sendiri untuk membuka diri pada mereka.

Giyan tersenyum lebar melihat keberanian Zay. "Baru kamu karyawan pertama yang berani secara langsung memintanya mengakrabkan diri dengan kalian."

Krystal yang sedari tadi diam pun turut memberikan tanggapan. "Apa kamu akan mengajak seluruh karyawan di perusahaan untuk mengakrabkan diri denganmu hanya untuk menyenangkan pekerjaanmu?"

"Kalau saya bisa melakukannya pasti akan saya lakukan. Memiliki teman satu perusahaan tentu sangat menyenangkan. Di saat-saat penting, kita tahu harus meminta bantuan pada siapa," jawab Zay tanpa pikir panjang.

"Nggak semua hal berjalan seperti apa mau kita. Ada kalanya, kita cukup mengetahui lingkungan kita tanpa harus mengenalnya lebih jauh. Saya rasa itu lebih aman untukmu."

"Wah, malam ini saya mendapatkan nasehat baru. Akan saya renungkan dan saya anggap sebagai awal pengenalan saya dengan pemimpin kami yang pekerja keras," respons Zay sambil mengulurkan tangannya. "Mohon bimbingannya agar saya bisa menjadi seperti Anda."

Krystal menyambut uluran tangan tersebut tanpa berkata sepatah kata pun. Sementara Giyan di sisi kanannya terlihat senang dengan kehadiran Zay yang menurutnya berenergi. "Sayang, sepertinya sekarang aku memiliki anggota yang tepat," ucapnya pada Krystal.

"Semoga saja." Dua kata tersebut diiringi dengan tarikan bibir yang melengkung sempurna hingga mata sipitnya nyaris hampir tertutup.

Sial! Senyumnya manis sekali. Tunggu aja, nggak lama lagi dia akan tersenyum seperti itu ketika bersamaku. Zay meyakinkan dirinya tanpa melepaskan tatapannya dari Krystal.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro