III. Dia Akan Jadi Milikku

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Zay tidak langsung pulang ke rumah. Ia terlebih dahulu mampir ke sebuah mini market di lingkungan rumahnya. Di sana telah menunggu seorang perempuan berambut panjang yang mengenakan kaos oblong dan celana training. Di tangannya ada plastik keresek berisikan beberapa jenis cemilan.

"Zay," sapa Fara begitu lelaki bertubuh tinggi itu mendekat padanya. Tangannya segera mengeluarkan satu per satu makanan dan minuman yang tadi dibelanjakannya, diletakkan di atas meja besi yang mulai karatan. "Coba ceritakan padaku, gimana pertemuanmu dengannya," tagihnya antusias seraya membuka botol minuman rasa apel.

Zay yang menangkap kesulitan pada sahabatnya tersebut langsung menyambar botol itu untuk membuka penutupnya. "Udah kuduga, kamu pasti akan menungguku di sini hanya untuk mengetahui kelanjutan kisah ini."

"Oh, pasti dong. Selama ini aku hanya mendengar cerita yang sama terus. Kali ini aku yakin pasti beda karena targetnya di luar jangkauan kamu," sahut Fara bersemangat. Ia mulai menikmati satu per satu makanan yang masuk dalam mulutnya.

"Ya, kali ini nggak semudah biasanya. Kalau dulu-dulu aku cukup bersiul maka perempuan akan datang padaku, kali ini walau aku bersimpuh juga sepertinya kurang meyakinkan. Dia terlihat cinta sekali dengan si Giyan itu. Andai kamu lihat gimana tadi dia tersenyum manis pada lelaki itu, menyodorkan minuman ketika si Giyan tersedak. Haduh, merusak pemandangan," cerocos Zay dengan muka malas.

Fara tertawa keras melihat ekspresi yang ditunjukkan Zay. "Udah lama aku nggak lihat kamu kesal begini karena perempuan. Terakhir kali waktu dengan mantanmu yang di SMA itu, kan? Wah, aku penasaran, apa Zay si tukang gonta-ganti perempuan kali ini akan cukup dengan satu target? Aku masih sangat ragu. Pasti kamu tetap punya cadangan sambil nunggu dapatin dia, kan?" tuding Fara merasa tebakannya tepat.

Zay tersenyum miring. "Nggak ada cadangan sama sekali. Aku akan buktikan, dia akan aku dapatkan tanpa permainan sama sekali. Dia perempuan satu-satunya yang akan mengakhiri pencarianku."

"Kalau kamu nggak bisa dapatkan dia?" tanya Fara menantang.

"Kamu pernah lihat aku gagal mendapatkan perempuan yang aku mau?" Zay mengingatkan Fara tentang siapa dirinya.

"Perempuan yang selama ini kamu pacari itu nggak ada hambatan apa pun. Kali ini, kamu mendekati perempuan yang mau menikah. Terlebih, yang akan dinikahinya itu atasanmu juga. Kamu pasti akan jenuh di tengah jalan, abai dan meninggalkannya begitu aja." Fara menyimpulkan keadaan yang akan dilalui Zay ke depan nanti.

"Mereka nggak akan menikah. Krystal akan tahu seperti apa lelaki yang ingin dia nikahi itu. Dia akan menyesal, marah, dan berlari padaku. Saat itu kamu akan lihat, akulah pemenangnya. Bukan Giyan," balas Zay tidak mau kalah. Matanya seketika membara ketika menyebut nama Giyan.

Persiapan Zay untuk mendekati Krystal mungkin belum bisa dikatakan matang, tapi ia sudah mencari tahu hal penting tentang pasangan perempuan itu agar dapat celah masuk dalam hubungan mereka. Meyakini bahwa rahasia yang dipegangnya ini bisa menjadi bom bagi hubungan keduanya, Zay sangatlah yakin, ia bisa memisahkan keduanya dan membuat Krystal lebih memilihnya.

Masuk ke perusahaan tersebut dengan melewati berbagai proses seleksi ketat juga bukan serta merta dilakukan tanpa tujuan. Ia pun dengan sengaja memilih tim pemasaran karena tahu ada Giyan di sana. Bukankah dekat dengan lawan adalah cara terbaik untuk menjatuhkannya?

Zay menatap langit malam yang kelam sambil melebarkan senyum penuh makna. Ia jadi teringat kali pertama bertemu Krystal beberapa tahun lalu. Kala itu, ia menemani Fara menghadiri seminar kecantikan, yang mana Krystal menjadi salah seorang narasumber di sana.

Mata Zay tak dapat melawan sihir kecantikan Krystal hingga terus menatapnya. Fara yang duduk di samping pun langsung cekikikan mengerti bahwa sahabatnya itu telah terpikat pada sang pemateri. Ia tahu betul Zay pantang melihat perempuan cantik.

Namun, Fara terperangah ketika tiba-tiba Zay beranjak dan berlari cepat ke atas panggung dan menutup tubuh Krystal dengan berdiri tepat di sampingnya. Ternyata, dari bangku penonton, ada seorang laki-laki yang melemparkan telur ke arah Krystal. Beruntung, Zay lebih dulu menangkap gerak-gerik mencurigakan tersebut sehingga dapat menyelamatkan wajah cantik Krystal dari bau amis telur.

"Untung aja wajahmu nggak bau amis," ucapnya polos dari balik masker yang dikenakan.

Krystal mendadak panik dan bangkit dari duduknya. "Kamu oke?" Krystal mencoba mengecek sekitaran Zay dan memperhatikan bangku penonton yang mulai ricuh. Laki-laki yang tadi melemparkan telur sudah lari dan dikejar oleh pihak keamanan.

"Aku oke. Cuma jaket aku aja yang bau amis. Nanti juga ilang." Zay mengembangkan senyum, terlihat dari garis matanya saja yang melengkung.

"Terima kasih. Aku benar-benar kaget." Krystal mengucapkannya dengan sungguh-sungguh.

"Berbuat baiklah padaku kalau nanti kita bertemu lagi. Hitung-hitung sebagai bentuk balas budi?" tawar Zay tanpa ragu.

Krystal menautkan kedua alisnya. "Lelaki yang perhitungan. Gimana aku bisa mengenalimu sementara kamu mengenakan penutup wajah seperti itu?"

"Kamu akan mengenaliku nantinya."

Zay bergegas meninggalkan Krystal dengan senyum yang tak lekang. Sementara Krystal dihampiri oleh lelaki berjas dengan wajah cemas, Giyan. Saat itulah, senyum Zay berubah jadi amarah yang menegang. Jemarinya menyatu membentuk kepalan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro