04. Kabur!!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aresya?"

"Revian?" Aresya merasa kepergok sedang selingkuh.

"Kamu kenal dengan manusia?" bisik Liam bingung.

"Tidak sengaja," balas Aresya dengan bisikan juga.

"Dia siapa? dan kenapa bajumu seperti itu?" Revian melihat baju Aresya yang menunjukkan bentuk tubuhnya dengan jelas.

"Itu-"

"Apa Kyara bersamamu?" tanya Helios yang tiba-tiba muncul dibelakang Revian.

"Tungu! Kau kenal dengan-"

"CARI MEREKA! MEREKA TIDAK AKAN PERGI JAUH!" Suara menggelegar itu membuat mereka berenam kaget. 

Aresya mendekati Darla, membuat sebuah batu dari kekuatan airnya. "Pegang ini didekat perut. Ini akan membuat kakak merasa lebih nyaman."

"Sya! Jangan pakai kekuatanmu lagi!"

"Pergilah, aku akan baik-baik saja. Sampai bertemu lagi nanti." Aresya tersenyum manis membuat Liam terdiam.

"Kamu harus kembali dengan selamat." Liam menatap Aresya khawatir.

"Pasti." 

Akhirnya Liam berlari pergi. Aresya menarik dan menghembuskan nafas, ia mempersiapkan diri dengan rencana candangan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Aresya yang berjalan hampir melewati Revian ditahan olehnya. 

"Tunggu, apa maksudnya ini?" 

Sebelum Aresya membuka mulutnya terdengar suara didepannya. 

"Wanita itu!" Salah seorang pria menunjuk dirinya. "Itu dia wanita tadi! Tapi pakaiannya ... kau penyihir!"

Aresya mendorong Revian dan Helios perlahan dengan kekuatan air yang tidak bisa dilihat orang lain. Sebuah kipas keluar dari saku gaun. 

"Hahaha! Lalu kenapa?" tanya Aresya yang terlihat angkuh sampai membuat Revian dan Helios kebingungan.

"Kau ... dimana pria itu? Pria yang bersamamu!" 

"Oh dia?" Aresya pura-pura kaget. "Dia sudah tidak berguna." Senyuman sinis Aresya membuat para lelaki itu terkejut dan sedikit ketakutan membayangkan apa yang ada di kepala mereka.

"Kau ... kau sudah membunuhnya?" 

Aresya hanya membalas dengan senyuman sinis. Kedua lelaki yang terus melihat aksi Aresya dari tadi merasa bingung. 

"Ba-bagaimana dengan budak yang kau curi?!"

"Apakah itu patut dipertanyakan?" tanya Aresya sambil berbalik dengan kipas yang masih menutupi sebagian wajahnya.

Melihat Aresya yang berjalan mejauh membuat para pria itu sadar. "Kejar penyihir itu!" Para pria itu mengejar Aresya.

Aresya melepaskan sepatunya lalu melempar ke arah mereka yang berubah menjadi air yang membuat mereka gatal setelah kulit mereka terkena air itu. Karena teriakan sebelumnya, terlihat sekelompok pria lainnya ikut mengejar Aresya. Sebelah sepatunya ia lepas dan dilemparkan kebawah hingga membuntuk kabut yang tebal. Saat kabut mulai menipis Helios yang ingin bertanya kepada Revian, kaget melihat tidak ada siapa pun di sebelahnya. 

Aresya berlari ke arah hutan, ia tidak berani berlari ke arah ia datang bersama Liam. Tiba-tiba ia bisa mendengar suara sepasang sepatu yang sedang mengejarnya. Energinya sudah hampir habis dan tubuhnya terasa sangat kesakitan, tentu saja ia tidak berani mengatakan kepada Liam saat pertama kali tubuhnya mulai terasa sakit. Lengan Aresya tiba-tiba tertarik kebelakang.

"Aresya!" 

Jantung Aresya hampir copot merasakan lengannya disentuh serta pemandangan indah di depan matanya. 

"Kenapa kamu di sini?! Pergilah!" Aresya menghempaskan lengannya sehingga genggaman Revian di lengannya terlepas.

"Kenapa? Takut wajahku terluka?" tanya Revian dengan senyuman jail.

"Itu alasan yang kedua." Revian tertawa pelan. "Yang pertama adalah ini bukan urusanmu. Jadi pergilah." Aresya mengusir Revian tetapi ia masih diam di tempatnya untuk menarik nafas sejenak.

"Tapi aku tidak bisa melihatmu begini."

"Aku sudah biasa."

"Dengan pakaian seperti itu?"

Aresya mengangguk. "Aku perlu mengalihkan perhatian banyak orang, ini salah satunya yang cocok untuk para lelaki." Aresya menarik sedikit gaunnya.

"Aku tidak suka melihatmu berpakaian seperti ini dilihat oleh pria lain," kata Revian yang mendekatkan jarak diantara mereka.

"Jangan cemburu, nanti aku tambah suka," kata Aresya dengan nada mengancam.

Senyuman terukir di wajah Revian. "Tetapi aku sudah." Hanya kata-kata itu berhasil membuat wajah Aresya memerah, membuat Revian semakin gemas melihat gadis didepannya.

"CARI PENYIHIR ITU!" Keduanya kaget sambil melihat ke sumber suara. 

Revian langsung menarik lengan Aresya dan bersembunyi di salah satu semak-semak yang cukup besar untuk mereka berdua.

Karena sesak, Revian memeluk Aresya mendekat kepadanya. Aresya yang akhirnya sadar jarak mereka langsung menutup wajahnya karena malu. Revian juga harus menahan tawa karena gamas dengan tingkah laku Aresya. Setelah dirasa aman, Aresya langsung keluar dari situasi memalukan itu.

"Tidak mau lebih lama?" 

"Kapan-kapan." Aresya yang sedang berjalan langsung diam di tempatnya dan memukul pelan mulutnya.

"Baiklah akan aku minta kembali, kapan-kapan." Revian berjalan mendekati Aresya yang sudah mulai berjalan lagi dengan wajah memerah.

Tiba-tiba ada anak panah yang meluncur menggores kaki Aresya. "ITU DIA PENYIHIRNYA! DIA MENYANDRA SEORANG PRIA!"

"Lihat itu, mereka menganggapku sedang menyandramu." Aresya dan Revian kembali berlari.

"Itu terdengar menyenangkan." Aresya menatap Revian dengan tatapan horor. "Apa kakimu tidak apa-apa?"

"Aku bisa menyembuhkannya nanti. Oh tidak." Aresya dan Revian terhenti karena ada jurang di depan mereka.

Terdengar tawa dari belakang mereka. Keduanya saling berjalan mundur secara perlahan. "Lepaskan pria itu, penyihir, lalu mungkin aku akan memberikan keringanan padamu," kata salah satu pria yang membawa sebuah kapak.

Baru saja Aresya membuka mulutnya, Revian sudah berjalan di depannya untuk melindungi Aresya dibelakangnya. "Revian?!" bisik Aresya kaget. "Apa yang kamu lakukan?!"

"Yaampun tuan, anda masih muda kenapa harus terkena pesona dari penyihir itu? Masih banyak wanita yang lebih cantik, percayalah tuan." 

Revian hanya diam di tempatnya. Aresya masih bingung mengapa lelaki di depannya sampai mau mempertaruhkan nyawa untuk dirinya padahal kalau ia lari pergi para pria itu tidak akan ingat dengannya.

Aresya bisa mendengar suara air di bawahnya, ternyata di bawah jurang adalah sungai yang arusnya deras. Saat Aresya mencoba mengendalikan air dibawahnya, tubuhnya sudah tidak kuat. 

"Akh!" 

Revian mendengar suara rintihan Aresya, saat menoleh Aresya sudah mulai terjatuh karena pijakan yang salah. Tangan Revian langsung mengulur untuk memeluk Aresya dan memutar tubuhnya agar tubuhnya yang terkena air terlebih dahulu. 

Aresya yang menyadari tingkah Revian berusaha sekuat tenaga untuk membuat sebuah perisai air untuk mereka berdua. Saat mereka tercebur ke sungai ternyata banyak batu di sana yang mengenai perisai buatan Aresya. Tangan Aresya memeluk Revian kuat-kuat agar tidak terlepas dari genggamannya dan benturan walau kesadarannya tidak bisa bertahan lama.

Para pria di atas melihat kejadian itu hanya bisa terdiam di ujung jurang. "Apa mereka sudah mati?" tanya salah satu pria.

"Tidak ada yang keluar dari arus itu."

"Aku dengar orang-orang yang tercebur tidak akan selamat. Arusnya kencang dan di sana banyak batu-batu tajam yang bisa membunuh siapa pun," jelas pria lainnya.

"Kalau begitu mereka sudah mati?" 

"Sepertinya begitu. Kasihan sekali tuan muda itu, sampai akhir masih saja terkena sihir pesona penyihir itu."

"Tapi kita sudah membunuh penyihir bukankah itu harus dirayakan?" 

"Benar juga! Ayo kita rayakan!!"

Para pria itu pergi dari tempatnya dengan sorakan ria. Di sisi lain ada seekor kuda yang berlari sendirian dengan sebuah pelana yang terikat dengannya, menandakan dirinya telah memiliki tuan. Tak lama ia berada di dekat sungai yang mengalir tenang, terdapat dua tubuh yang masih berpelukan walau tidak sadarkan diri.

.
.
.
.
.

Jadi mulai sekarang saya akan update setiap minggu. Ini dia list ceritanya:

1. The 7 Element Controllers

2. New Daily Life Royal Twins

3. A Little Hope [Revisi]

4. As Blue Sea

5. My Family is Perfect But I'm Not

6. Akar Merah

Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting. Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~

Sampai jumpa kembali :3

-(31/08/23)-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro