03. Pasar Gelap.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di dalam terlihat pasar yang tidak begitu berbeda dari pasar lainnya, hanya saja para pembeli semuanya menggunakan topeng. Ada stan-stan yang menjual hal-hal yang tidak mungkin dapat ditemukan di pasar umum.

"Kemari dan lihatlah! Ada banyak makhluk yang bisa kalian punyai dari yang mempunyai bulu yang banyak sampai setengah ikan!"

Liam dan Aresya saling melirik sebelum berjalan mendekati tempat lelang yang berada di ujung pasar. Ada sebuah panggung kecil dengan seseorang yang terlihat semangat menjual ras selain manusia dan orang-orang yang duduk dikursi terlihat sangat antusias.

Aresya menyikut Liam dan menunjuk ke arah aquarium yang besar. Di sana ada banyak jenis ikan langka dan banyak yang sebenarnya tidak boleh diperjualbelikan dan ada yang duduk lemah di pojok aquarium, seekor duyung laki-laki muda yang masih kecil. Hanya perlu bertatapan, Aresya dan Liam mulai berpencar.

Aresya mulai berjalan menuju barisan depan tempat duduk pelelangan, ia sengaja berjalan ke arah yang membuat kakinya sangat terlihat. Sedangkan Liam menghilang dengan mudah karena bajunya di tempat yang gelap. Aresya menyilangkan kakinya membuat mata-mata melirik ke arahnya. Bahkan yang membawa acara sempat terdiam melihat Aresya sebelum berdeham dan mencoba kembali fokus.

Ada seseorang dengan ras yang mempunyai ekor dan telinga yang mirip seperti hewan tetapi mempunyai tubuh manusia laki-laki melihat sedih ke arah penonton dengan lelaki di sampingnya menjual dirinya dengan penuh semangat. Aresya menatapnya sedih. Kalau saja ia mempunyai kemampuan lebih sehingga bisa menolong lebih, menolong dua duyung saja sudah membuat guru dan dirinya kerepotan. 

Saat mulai melakukan pelelangan, Aresya mengangkat tangannya membuat semua orang bingung. "Apa aku boleh mengetesnya? Kau tahu, agar bisa meyakinkan diri bahwa itu adalah barang yang bagus," kata Aresya penuh dengan wibawa yang sudah ia latih sebelumnya. "Kenapa diam? Apakah kau berpikir aku akan membeli secara cuma-cuma barang yang tidak bisa aku pastikan sendiri?" tanya Aresya dengan nada meremehkan. Perkataannya membuat orang-orang saling berbisik-bisik ragu.

"Maafkan saya nyonya tetapi ini sudah peraturan-"

"Hah! Pertaturan. Memangnya kau pikir aku tidak bisa membelinya? Atau jangan-jangan sebenarnya barang yang kau jual adalah jelek dan kau berani-beraninya memasang harga yang mahal?!" Aresya berdiri dan meninggikan nada suaranya, membuat semua orang di tempat yang kecil itu bisa mendengarnya.

"Bu-bukan begitu nyonya-"

"Kalau begitu tentu saja aku boleh mengeceknya sendiri bukan?" Orang yang membawa pelelangan itu terlihat ragu. "Boleh bukan?!" Semua orang terdiam, ingin mendengarkan jawaban.

"Tentu, silahkan," katanya pada akhirnya.

"Ha! Begitu saja lama." Aresya akhirnya naik ke atas panggung, dibantu oleh beberapa orang. "Buka bajunya."

"Tetapi nyonya-" Aresya hanya perlu meliriknya membuat orang-orang yang tadi membantunya naik ke panggung diam. "Baik nyonya kami akan lakukan."

Aresya mendengus kesal. Akhirnya seseorang yang mempunyai ekor dan telinga binatang itu diseret keluar dari kandangnya dengan rantai di kedua tangan dan kakinya. Bajunya langsung disobek hingga tubuh atasnya polos tanpa pakaian. 

Aresya melihat dengan seksama lelaki itu yang sudah terpejam pasrah. Perlahan Aresya mendekatinya dan berbisik, "maafkan aku". Lelaki itu membulatkan matanya kaget dan bingung. Tangan Aresya meraih dagunya sedikit kasar. "Wajahnya cantik, pasti bisa memuaskan para wanita." Selanjutnya tangan Aresya meraba sekitar perutnya yang kulit putihnya yang masih mulus, hanya sedikit kotor. "Tubuhnya cukup berotot, dia akan kuat bertahan lama." Terdengar suara tawa kecil para wanita. 

Aresya berputar kebelakang dan memegang ekor yang kaku karena sentuhan. "Bulunya masih lembut, pasti bisa memberikan kualitas bulu yang baik." Kedua tangan Aresya memegang pinggang dan bergerak ke atas tubuh lelaki itu. "Masih muda, kalau dilatih ia akan menjadi peliharaan yang baik. Seharusnya seperti itu kalau ingin memperkenalkan barang daganganmu," kata Aresya dengan senyuman sinis.

"Maafkan saya nyonya."

"Sayangnya dia masih terlalu muda. Antar aku ke gudangmu, aku akan mencari sendiri." Aresya berjalan menjauhi lelaki itu yang masih diam dengan tatapan yang bingung. 

"Maafkan saya nyonya tetapi ada peraturan yang mengatakan bahwa-"

"Peraturan lagi?!" Suara Aresya terdengar kembali tinggi. "Aku sudah membantumu dan ini balasanmu?!" Pembawa acara pelalangan itu kehabisan kata-kata. "Kalau begitu bayar aku, 100.000 koin emas. Itu cukup untuk membeli jasaku secara cuma-cuma. Seharusnya kau bersyukur aku melakukannya tanpa harus menunggu sampai tiga musim berganti." Aresya memalingkan wajahnya kesal. Tentu saja ia tahu bahwa penjualan lelaki di dekatnya itu tidak akan sampai segitu.

"Ba-baiklah nyonya, anda boleh melihat gudang kami. Bawahan saya akan mengantarkan nyonya." Terlihat seorang pria lain yang datang sambil menunduk takut.

"Akhirnya ada transaksi. Antar aku ke sana." Aresya mengikuti pria itu dari belakang. Saat ia pergi, terdengar pelelangan lelaki yang mempunyai ekor dan telinga binatang itu sangat mahal. Dalam hatinya ia terus meminta maaf.

Tak lama sampailah mereka ke tempat para budak sebelum mereka dipamerkan di panggung. "Tinggalkan aku dengan kunci," kata Aresya dengan tangan yang ia ulurkan di depan pria itu.

"Tetapi nyonya-"

"Aku tidak akan membebaskan mereka semua. Aku mempunyai caraku sendiri untuk memilih budak pilihanku." Aresya mendekatkan tangannya di wajah pria itu. Akhirnya pria itu menyerah dan memberikan kunci kepada Aresya.

Setelah pintu tertutup, cepat-cepat Aresya menerawang setiap jeruji yang ada. Banyak yang meminta tolong dan banyaklah rasa bersalah Aresya. Memang ini bukan pertama kalinya tetapi tetap saja ia terus merasakannya. 

"Aresya?" Bisikan itu terdengar sangat jelas di telinga Aresya. Saat menoleh ke sumber suara terlihat ada seorang wanita duduk di sebuah baskom kecil yang berisikan air. Senyuman Aresya hanya bertahan sebentar karena melihat adanya benjolan besar diperut wanita itu, ia sedang hamil.

"Kak Darla?" bisik Aresya sambil mendekatinya.

"Maafkan aku Aresya, seharusnya aku mendengarkanmu." Wajahnya yang lesu kini dihiasi air mata.

"Tenanglah kak Darla, kami akan membawamu kembali pulang." Dengan sekali jentikkan jari Aresya, semua orang selain mereka berdua, tertidur. "Ini tidak akan begitu nyaman tetapi tolong bertahanlah." Walau banyak pertanyaan di kepalanya, Darla hanya mengangguk. 

Aresya mengeluarkan tas yang ia lipat sangat kecil tetapi saat dibuka terlihat sangat besar, kira-kira setengah dari tubuhnya. Perlahan Aresya memasukkan Darla ke dalam. 

"Ini akan sedikit bergoncang tetapi tolong coba tahan suara kakak." Lagi-lagi Darla hanya membalas dengan anggukan. Perlahan Aresya mencoba untuk berdiri. Sejak masuk ke dalam ruangan itu, Aresya mencari pintu keluar yang lain dengan kekuatan airnya jadi ia hanya perlu berjalan ke sana. Dengan kekuatan airnya pula, ia mengganti warna gaunnya yang memang hanya memerlukan sedikit sentuhan agar berubah warna.

Aresya berjalan dengan tenang seakan-akan tidak ada apa-apa ke pintu keluar menuju ke tempat yang sudah menjadi titik kumpul bersama Liam. Tempat yang cukup terpojok, dibelakang stan dan dinding yang jarang dilihat oleh orang-orang, ada sebuah pintu keluar darurat. Liam sudah menunggu di sana bersama anak lelaki di aquarium tadi. 

Aresya mendekati Liam. "Hamil," bisik Aresya yang membuat Liam memuka matanya lebar.

"Aku punya ide. Keluarkan Darla, kekuatanmu masih bisa?" Liam mengeluarkan kain hitam yang ia sembunyikan dibalik jasnya.

"Bisa." Aresya mulai meletakkan tasnya perlahan untuk mengeluarkan Darla.

"Jangan memaksakan dirimu." 

"Baik." Aresya tertawa pelan melihat tingkah overprotektif gurunya. Dia sangat menelan bulat-bulat permintaan terakhir ibunya.

Dengan perlahan Liam mengeluarkan Darla dari tas dan memasukan anak laki-laki itu masuk ke dalam tas. Aresya mengubah ekor Darla menjadi sepasang kaki dan membalut tubuh Darla dengan kain. Liam membawa tas dan menggendong Darla. "Kudanya?"

"Tiga kios setelah belokan."

"Aku masih belum terbiasa mendengar kata itu darimu," kata Liam sambil tertawa pelan sebelum keluar dari pintu di susul Aresya yang tertawa pelan.

Baru saja mereka keluar beberapa langkah. "Aresya?"

Langkah Aresya terhenti dan melihat ke belakangnya dan ikut kaget dengan sosok yang memanggilnya.

.
.
.
.
.

Jadi mulai sekarang saya akan update setiap 2x seminggu.

Ini dia list ceritanya:

1. The 7 Element Controllers

2. New Daily Life Royal Twins

3. A Little Hope [Revisi]

4. As Blue Sea

5. My Family is Perfect But I'm Not

6. Akar Merah

Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting.

Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~

Sampai jumpa kembali :3

-(17/07/23)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro