02. Bekerja.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ikut!"

"Tidak boleh."

"Sya, aku mau ikuuuut!"

"Walau kamu pakai senjata sok imut juga tidak akan mempan." Aresya memasukan beberapa peralatan ke dalam tasnya.

"Ayolah, kamu kan pergi ke daratan kenapa aku tidak boleh ikut?" Kyara duduk dengan kesal dan menunjukkan wajah semberutnya.

"Kalau memang aku ke sana untuk liburan tidak masalah kalau mau ikut tapi ini untuk bekerja. Ini ada sifat manusia yang tidak pernah mau kamu percayai. Jadi jawabannya adalah tidak." Aresya sudah siap dengan barang bawaannya.

"Tentu saja tidak ada yang-"

"Ada. Lebih baik kamu di sini. Seorang putri itu tempatnya di kerajaan, di sini kamu akan lebih aman. Aku pergi sekarang." Aresya berenang keluar dari rumahnya sendiri.

"Sungguh aku tidak boleh ikut?" Kyara memasang wajah imutnya kembali.

"Ya ... kamu boleh ikut sih." Wajah Kyara langsung berubah bahagia. "Aku perlu ke istana dulu untuk bertemu dengan pamanmu." Aresya menertawakan wajah Kyara yang tertekuk menjadi beberapa lapisan.

Walau begitu Kyara tetap mengikuti Aresya dari samping menuju ke istana, rumah yang ia tinggali dari kecil. Ukuran istana sangatlah luas, bahkan ada beberapa bagian merupakan tempat umum yang boleh dipakai, sebagian adalah tempat keluarga kerajaan tinggal, dan beberapa tempat yang dipakai untuk urusan pekerjaan. Di pintu ada paman Kyra, Liam, dan beberapa pengawal kerajaan.

"Kamu benar-benar datang dengan Kyara." Liam tertawa pelan.

"Sudah aku katakan bukan? Aku sudah mengenal sifatnya dari kecil."

"Asya sudah memperdayakanku." Walau nada Kyara terdengar melas wajahnya masih berlipat-lipat. Liam dan Aresya menertawakan sifat Kyara.

"Nanti kalau sudah level 4 aku akan mengajakmu ke sana. Janji." Aresya menyenggol pelan tubuh Kyara. 

"Aku bahkan belum mencapai level 2!" seru Kyara dengan ekspresi kaget.

"Karena itu masih berbahaya. Aku tidak ingin temanku pergi ke tempat yang tidak bisa aku jangkau." Aresya memeluk sahabatnya itu yang membuat Kyara mulai melembek.

"Ya sudah, sebagai gantinya ceritakan padaku apa yang kamu alami di atas sana." Aresya mengangguk tetapi bertekat untuk menceritakan hal-hal yang baik saja karena pekerjaannya bukanlah memetik bunga yang indah. Keduanya saling melambai sebelum akhirnya Kyara ditemani pengawal kerajaan kembali ke istana tempat para anggota kerajaan tinggal.

"Belum membertahu mengenai pekerjaanmu?" Liam berenang menedekati Aresya.

Aresya menggeleng. "Bagaimana dengan guru sendiri? Guru itu pamannya."

"Aku tidak berani mengatakannya sebelum Aresya. Aku tidak tahu bagaimana responnya," Liam bergidik ngeri mengingat dulu keponakannya pernah menangis keras hingga membuat kekacauan.

"Kyara menolak untuk percaya. Padahal aku sudah mengatakan kalau tidak semua manusia itu baik. Dia seakan-akan tutup kuping dan percaya pada dongeng yang mengalir dari mulut ke mulut. Entah yang menyebarkan dongeng pertama kali masih hidup atau tidak."

"Hush. Mulutmu selalu seperti itu. Sudahlah ayo, aku dengar ada 2 dan itu di pasar gelap. Ini bajumu." Liam memberikan sebuah tas kecil ke Aresya.

"Celana?"

"Celana." Liam mengangguk yang membuat senyuman Aresya merkah.

"Kalau begitu ayo, semakin cepat semakin baik. Aku pergi dulu!" Aresya langsung berenang dengan cepat menuju ke daratan meninggalkan Liam dibelakang.

"Hei! seharusnya kamu mengerti aku sudah tidak lagi muda! Tunggu!"

......

Liam yang baru saja sampai di permukaan langsung disambut oleh Aresya yang sudah memakai baju pemberian Liam. Dress tali dengan warna dasar merah gelap yang sangat pas di badan Aresya dengan bagian rok yang terbelah di samping dari pinggang, membuat sebelah kakinya terlihat dengan jelas. Di dalamnya ada terusan yang menutupi belahan dada Aresya dan celana pendek dengan pola yang ada di renda. Untuk luaran, ada jubah hitam yang panjangnya hanya sampai sesiku Aresya dan sangat tipis sampai kulit Aresya samar-samar terlihat. 

Rambut biru panjangnya ia ikat setengah dengan membiarkan beberapa helai rambutnya tidak terikat bersama rambut yang terurai dengan ikal. Aresya sengaja menggunakan lipstik merah yang sedikit lebih mencolok dibandingkan pakaiannya dan ayeshadow yang juga berwarna sedana tetapi lebih tipis.

"Guru, lama." Aresya berdecak pinggang dengan senyuman sinis.

"Kamu yang terlalu cepat. Tunggu aku akan mengambil nafas sebentar." Karena tempat itu adalah tempat yang sepi, Liam berani menampakkan ekor biru gelapnya dan tiduran dengan bantalan batu.

"Aku sudah menyediakan tempat. Aku akan lihat-lihat sekeliling dulu." Liam hanya membalas Aresya dengan lambaian tangan. 

Aresya berjalan perlahan melewati semak-semak. Dengan kekuatannya, ia menggunakan air sebagai pelindungnya agar tidak terluka oleh semak-semak yang tajam. Salah satu alasan mengapa tidak ada manusia di sini salah satunya karena semak-semak ini. Pakaian mereka akan robek dan gaun akan tersangkut hanya dengan menginjakkan beberapa langkah saat melewatinya. Aresya berhenti tidak lama setelah berjalan dan mengintip dari semak-semak yang ia dorong sedikit agar tidak begitu ketahuan.

Manusia dengan pakaian abad 18 berlalu-lalang tanpa menyadari kehadiran Aresya. Tempat itu adalah pasar umum, tempat diamana kegiatan jual-beli dilakukan, jadi tidak kaget jika tempat itu terlihat ramai. Beberapa diantara kerumunan itu, ada yang menggunakan baju yang sedikit terlalu mewah dan bersih jika dibandingkan dengan yang lainnya.

"Jadi akan kemana kita?" Liam yang baru saja ingin mengagetkan Aresya langsung cemberut karena korban sudah menyadari langkahnya.

"Tidak bisakah kamu setidaknya membuatku senang dengan membiarkan aku mengagetkanmu?" Liam ikut duduk di sebelah Aresya.

Aresya menatap Liam datar. "Wah aku kaget." Liam menatap Aresya kesal. "Lalu apa? Guru mau aku berteriak dari tempat ini dan membuat orang-orang menyadari kita ada di sini? Lalu mau tidak mau kita akan terus ditatapi oleh orang saat kita keluar dari semak-semak sampai melewati mereka beberapa langkah. Belum lagi pandangan mereka yang bingung kalau pakaian kita tidak ada yang sobek atau tidak terluka gitu?" 

"Ya sudahlah ayo kita keluar dulu." Liam langsung kabur ke sisi yang memang tempat jalan keluar mereka.

"Jadi guru kok tukang kaburan dari muridnya. Ck ck." Aresya mengikuti langkah Liam dari belakang.

Mereka keluar dari semak-semak ke belakang gedung yang jarang dilewati orang. Aresya meletakkan lengannya di lengan Liam, mereka menjadi pasangan saat melakukan pekerjaan mereka agar tidak ada yang menganggu. Saat melewati kerumunan tentu saja pakaian Aresya mengundang banyak mata nakal dan mencemooh. Pakaian wanita yang seharusnya tertutup sampai mata kaki kini malah memperlihatkan kaki jenjang setiap kali berjalan. 

Aresya sudah terbiasa dengan tatapan itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia memakai pakaian yang "terbuka" seperti itu. Pakaian yang seperti itu membuat perhatian lebih mengarah kepadanya dengan begitu gurunya bisa bergerak lebih leluasa. Bahkan Aresya merasa nyaman dengan pakaiannya karena membuatnya bergerak dengan baik tanpa ada kain yang membatasi pergerakannya, yang terpenting ia menggunakan celana.

"Pakailah." Liam menyodorkan masker yang cocok dengan pakaiannya sekarang.

"Bar? Bukankah pasar gelap?" Aresya tetap menerima topeng dan memakainya.

"Ini adalah jalan masuknya. Kamu harus siap-siap. Kita tidak akan tahu apa yang ada di dalamnya dan ini ada dua ditempat yang ruangannya berbeda." Liam memasang topeng miliknya yang cocok dengan tuxedo berwarna merah tua yang lebih gelap dibandingkan gaun Aresya.

"Apa aku perlu mengalihkan perhatian?"

"Kita lihat nanti." Aresya dan Liam mengangguk bersamaan sebelum akhirnya Liam mendorong pintu bar.

Di dalamnya adalah bar seperti biasanya. Para lelaki yang mabuk itu menatap Aresya dengan tatapan penuh arti. Sedangkan Liam dan Aresya masuk dengan cuek tetapi Liam tetap mengawasi tindakan para lelaki itu terhadap murid satu-satunya itu. 

"Pesan satu bir dengan tomat krisan hitam." Bartender menatap Liam dan Aresya bergantian dalam diam.

"Mari," katanya sambil menunduk lalu berjalan keluar dari mejanya menuju pintu yang dekat dengan posisi kerjanya. Di dalamnya terlihat seperti rumah biasa sampai akhirnya bartender mendekati salah satu sisi dinding dan mengetuk beberapa kali. 

Tiba-tiba pintu terbuka, memperlihatkan seseorang dibaliknya. Ia dan Bartender saling bertatapan dan akhirnya melihat Liam dan Aresya yang berdiri dekat. "Silahkan masuk," katanya sambil memberikan tempat agar Liam dan Aresya lewat.

.
.
.
.
.

Jadi mulai sekarang saya akan update setiap 2x seminggu.

Ini dia list ceritanya:
1. The 7 Element Controllers

2. New Daily Life Royal Twins
3. A Little Hope [Revisi]

4. As Blue Sea

5. My Family is Perfect But I'm Not

6. Akar Merah

Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting.

Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~
Sampai jumpa kembali :3


-(08/06/23)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro