Penipu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab Penipu!

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11).

"Astagfirullah...." Adam mengusap wajahnya kasar lalu berjalan mengambil wudhu hendak sholat untuk meminta petunjuk kepada Allah.

Tidak tau kenapa Adam merasa jika Alisha memanglah jodohnya karena setiap ia berdoa meminta petunjuk wajah Alisha lah yang selalu muncul.

"Apa benar aku harus pulang dan menemui Alisha?" ucap Adam lirih.

"Sebaiknya aku pulang saja," ucap Adam kemudian.

Alisha memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Fira ia lantas mengetuk pintu rumah Fira.

"Assalamualaikum," ucap Alisha dengan suara lantang.

"Waalaikum salam," sahut Fira.

Fira melepas clemek yang bertengger di lehernya. Ia mencuci tangannya lalu berjalan cepat membuka pintu rumahnya. Dilihatnya sosok Alisha sedang berdiri di teras depan rumahnya. Ia tersenyum lalu menepuk bahu Alisha.

"Sha," panggil Fira.

"Eh Fir, kamu ngagetin saja."

"Alisha, masuk yuk," ucap Fira mempersilahkan Alisha masuk ke dalam rumah.

"Terima kasih," ucap Alisha tersenyum tipis. Ia berjalan membuntuti Fira masuk ke dalam rumah.

"Duduk dulu Sha."

"Aku tinggal ke belakang sebentar ya Sha," ucap Fira berlalu pergi.

"Iya Fir."

Alisha duduk di sofa, menunggu Fira yang sedang ke dapur mengambil minuman. Hanya beberapa menit saja, Fira sudah kembali dengan membawa nampan berisi dua gelas orange juice dan beberapa toples cookies buatannya.

"Minum Sha," ucap Fira mengangsurkan orange juice kepada Alisha.

Alisha mengangguk pelan sebagai jawaban. Alisha menyeruput sedikit orange juice itu lalu ia letakkan di atas meja.

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Fira penasaran.

"Begini, apa kamu tahu keberadaan Adam?" tanya Alisha.

"Lho kamu gak tau memangnya?"

"Tahu apa?" tanya Alisha tak mengerti.

"Bang Adam kan tinggal di pondok pesantren untuk sementara waktu. Memang dia gak kirim pesan ke kamu?" tanya Fira heran.

Alisha menggeleng gelengkan kepalanya. "Enggak, kalau dia kirim pesan ke aku mungkin aku enggak akan menemuimu sekarang."

"Ya sudah, boleh aku minta alamat pesantrennya?"

"Boleh... bentar aku gambarin denahnya karena letaknya gak jauh dari sini."

"Hemm terima kasih Fir," ucap Alisha lembut.

"Sama-sama, Sha."

"Tapi Sha kalau kamu mau ke sana kamu harus berhijab loh karena di sana kan tempat orang muslim."

"Hah, gimana dong? Kalau begitu antar aku kesana dong?" pinta Alisha.

"Kalau sekarang aku gak bisa Sha, bagaimana kalau besok?"

"Oke besok aku jemput ya, kalau begitu aku pulang dulu," pamit Alisha.

Keesokan harinya Adam mengemas pakaiannya lalu berpamitan kepada pemilik pesantren yang kebetulan teman baik ayah Adam.

"Paman, Adam pamit pulang dulu. Terima kasih banyak atas ijinnya untuk tinggal di sini," ucap Adam santun kepada seorang kiyai yang merupakan pemilik pesantren tersebut.

"Sama-sama Dam, kamu boleh kesini kapan pun kamu mau. Paman senang sekali jika kamu bisa sering di sini."

"Insyaallah paman. Kalau begitu Adam pamit dulu paman. Assalamu'alaikum."

"Walaikum salam."

Adam pulang ke rumah disambut dengan pelukan hangat sang ibu. Siti begitu senang melihat Adam pulang.

"Assalamu'alaikum," ucap Adam menghampiri ibunya.

"Walaikum salam," jawab sang ibu tersenyum bahagia.

"Adam," ucap sang ibu sembari memeluk sang putra dengan sayang.

"Segeralah berganti pakaian Dam, Ibu akan menyiapkanmu makanan," titah sang ibu.

"Iya Bu, Adam ke kamar dulu."

Adam masuk ke dalam kamar mengganti pakaiannya lalu mencari keberadaan ponselnya yang sudah sebulan lamanya ia simpan di laci. Adam membuka laci lalu menancapkan charger pada ponsel serta menghidupkan ponselnya. Notifikasi ratusan panggilan masuk dan juga ribuan pesan dari Alisha masuk memenuhi beranda ponsel Adam. Ia pun berinisiatip membalas pesan Alisha nanti usai sarapan.

"Makanannya ibu memang paling enak ya," ucap Adam.

"Ah kamu bisa saja Dam," ucap Siti sembari tersenyum.

Fahri baru saja datang bersama Ilham. Ia lantas memberitahu tentang Alisha kepada Ilham dan Siti.

"Bisakah kita mengobrol sebentar bi?" pinta Fahri.

"Boleh, ada apa Fahri?" tanya Siti.

"Bi maaf sebaiknya bibi menasehati Adam untuk menikah dengan Alisha."

"Kenapa memangnya Ri?"

"Alisha itu mantan pasien gangguan jiwa. Dia adalah pasien saya."

"Maksud kamu Alisha gila?" tanya Siti.

Fahri menganggukkan kepalanya pelan. "Iya bi, itu benar."

"Selain itu dia adalah wanita non muslim."

"Apa?"

"Masyaallah Adam."

Siti marah dengan Adam karena ia merasa tertipu.

"Kamu keterlaluan, Dam. Bahkan demi dia kamu rela membohongi ibumu sendiri. Ibu yang telah mengandung dan melahirkanmu!" desis Siti dengan tatapan tajam.

Adam menunduk, ia benar-benar sedih mendengar perkataan sang ibu. Ia juga merasa bersalah kepada Siti.

"Maafin Adam, Bu." Adam bersimpuh di hadapan sang ibu.

"Adam yang salah, Adam enggak bermaksud bohong sama ibu. Adam hanya nunggu waktu yang tepat untuk cerita ke ibu." lanjut Adam kemudian.

"Dan Adam juga minta maaf karena Adam sudah terlanjur mencintai Alisha bu. Adam enggak bisa melupakan Alisha begitu saja," Beber Alisha.

"Apa? KAMU TIDAK BISA MELUPAKANNYA?" marah Siri.

Adam menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Ckk benar benar keterlaluan kamu Dam," ucap Siti mencebikkan bibirnya.

"Tapi Bu...." ucap Adam menggantung.

"Tapi apa lagi Dam?"

"Kamu bilang apa lagi?" cecar Siti.

"Tolong kasih Adam kesempatan untuk jelasin dulu Bu."

"Apa lagi yang mau di jelaskan Dam? Semuanya sudah jelas kan? Dia seorang non muslim dan dia gila," ketus Siti.

Adam menghela nafas dalam lalu mencoba menjelaskan kepada sang ibu. "Bu, tolong jangan bicara seperti itu. Tolong dengarkan Adam dulu," pinta Adam.

"Alisha tidak gila bu, ia hanya mengalami trauma karena kakaknya meninggal. Dan soal agama sekarang ini Alisha memang masih non muslim tapi Alisha sedang belajar agama islam Bu," jelas Adam kemudian.

"Kalau sampai kamu tetap menikah dengan Alisha kamu akan menerima konsekuensinya. Angkat kaki dari rumah ini karena paman tidak bisa menolerirnya lagi!" ancam sang paman.

Mendengar penjelasan Adam membuat Siti iba. Tapi Siti todak bisa memberikan restunya kecuali Alisha masuk islam.

Mendengar pertengkaran Adam dan dan sang bibi membuat Fahri menyesal.

"Astaga.... apa yang telah aku lakukan?" Gumam Fahri pelan.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" desisnya.

Bersambung....

Wohaaaa...

Gimana menurut kalian?

Kira-kira apa yang terjadi selanjutnya ya?
Sangat menegangkan!
Kira-kira Adam bakal ketemu Alisha engga?
Akankah Adam mempertahankan Alisha?
Sumpil author Sha gemes banget nih sama mereka.
Cekidot pantengin terus ya!

Jangan lupa Vote dan komen!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro