[dix-neuvième]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[ ava speaking ]

Nina mengaduk es tehnya di hadapanku. Dia berhasil diterima di UGM juga jurusan Manajemen. Kami satu fakultas deh.

Aku menoleh ke sekitar. Aku tidak melihat Sim.

"Udah lah Va, move on aja." Nina mendorong gelasnya menjauh. "Banyak cowok yang lebih ganteng, kayak Rafa. Lo denger soal dia nggak?"

Rafa itu, fyi, ketua angkatanku. Dia lumayan ganteng, tapi menurutku tidak seganteng itu.

"Gue kenal, kali," sahutku. "Gue cuma penasaran. Sim tuh selalu makan di sini, Na. Masa sekarang nggak ada?"

"Ya udah, Va. Lo cari cowok lain aja. Hidup lo berputar di sekitar Sim, tau nggak?"

Aku menunduk sambil menatap kuah soto yang tadi kusantap. Apa memang duniaku hanya berputar di sekitar Sim?

Mungkin saja. Folder berisi foto Sim belum kuhapus-hapus dan sering kubuka setiap kali aku butuh semangat. Tanpa benar-benar aku sadari, aku sudah jatuh cinta pada cowok itu.

Simothy, aku kangen dia.

"Ya udahlah, ntar kita jalan-jalan deh, biar lo lupa sama Sim." Nina mengangkat tasnya. "Udah jam segini, eh. Gue ada kelas."

Aku ikut membereskan barangku. Mungkin aku memang butuh jalan-jalan dan melupakan cowok itu.

Aku mengikuti Nina berjalan ke arah taman di FISIPOL (aku tidak tahu apa namanya). Saat kami melewatinya, mataku terpaku pada satu--dua, tepatnya--sosok. Sim dan cewek lain.

Mereka terlihat begitu akrab, begitu dekat. Apa itu pacar Sim?

Sim dan cewek itu berjalan ke arahku dan Nina. Aku, entah kenapa, terpaku di sana, tidak bisa berpaling atau bergerak. Ada bagian dari hatiku yang terasa... mati, mungkin. Retak, patah, apa pun sebutannya.

Tatapan Sim menyambut tatapanku. Dia terlihat terkejut, seketika berhenti. Tapi tak berapa saat kemudian, dia tersenyum dan mengangkat tangannya.

"Ava!"

Aku berpaling, pura-pura tidak melihat atau mendengar sapaan itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro