6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Wahhh calon mantu bunda, sini sini masuk." Ajak Bunda pada Askara

Sementara Arumi tetap didepan pintu, karena hanya Askara yang Bundanya ajak masuk kedalam.

"Lohh kamu ngapain tetep disitu dek ?" Tanya Papa yang tak sengaja melihat putrinya tetap di depan pintu

"Bunda tuh pa, yang anaknya kan aku. Tapi yang disapa duluan sama yang disuru masuk malah Askara. Huhuhuu, Arumi terlupakan oleh bunda." Ucap arumi dramatis sambil memeluk papa nya

"Loh kamu siapa ? Kita nggak kenal ya Bun ?" Tanya papa pada Bundanya sambil melepas pelukan Arumi

Arumi merengut kesal, karena Papa dan Bundanya mengerjainya.

"Papa awas ya, nanti Arumi tandain. Jatah ikan bakar bakalan Arumi habisin, gak akan adek bagi ke papa." Ucap Arumi sambil menyilangkan tangannya didada

"Makan aja, masih banyak makanan yang lain kan ya Bun ?" Ucap Papa

"Kalo Papa pengen ikan bakar, nanti Askara bagi. Tenang aja pa." Ucap Askara sambil menaik turunkan alisnya

"Nahh cocok ini. Pantesan ya Bun, kita lebih sayang Askara." Ucap Papa

"Papa sama Bunda ihhhhh. " rengek Arumi

"Kasian deh kasian, saatnya akui kekalahan sayang." Ucap Askara sambil memeletkan lidahnya pada Arumi

"Hiyaaaa awas kamuuu aku serang nanti hiyaaa." Teriak Arumi sambil menerjang Askara dan menjatuhkannya ke sofa

"Uhuk uhukk ampun ampun, tenaga kuda ini mah. Papa, Bunda bantuin." Teriak Askara

"Lawan Aska lawan !" Teriak Bunda

"Terus hajar dek terus ! Kanan kanan yakk !" Teriak Papa

"Ssttt Papa harusanya dukung Askara." Ucap Bunda

Papa menepuk keningnya,
"Iya papa lupa. Ayo Askara bangkit ! Kalahkan Arumi !"

"Hiyaaa." Askara pun akhirnya bisa membalikkan posisi menjadi Arumi dibawah

Askara mulai menggelitiki Arumi, hingga Arumi berteriak ampun dan meminta lepaskan.

"Assalamualaikum."

"Hebat calon mantu Bunda lanjutkan !" Teriak Bunda

"Assalamualaikum. Permisi."

"Ahahahah iya iya ampun." Ucap Arumi menyerah

Akhirnya Askara pun membebaskan Arumi dengan terpaksa.

"Kalian ini lucu sekali." Ucap Bunda

"Papa sama Bunda tuh yang lucu, mana ada lebih milih Askara ketimbang anaknya sendiri." Ucap Arumi masih tergeletak di sofa sambil terengah

"Permisi." Barulah panggilan ketiga ini mengalihkan pandangan mereka pada beberapa orang di depan pintu

"Ohhh kalian sudah datang ? Mari - mari, masuk." Ucap papa saat mengetahui jika yang datang adalah keluarga dari Ansel atau Naren.

"Ohh lama sekali kita tidak pernah bertemu. Apa kalian sudah datang sejak tadi ?" Tanya Bunda pada Ibu Ansel

"Waktu yang cukup untuk melihat kehebohan kalian barusan." Jawab Ibu Ansel deselingi tawa

"Ohh maaf sekali lagi."

"Tidak apa apa, kami ikut terhibur melihat tingkah kalian. Ahahahha." Ucap Papa Ansel

"Ahahahah. Apa ini Naren ?" Tanya Papa

Sejak tadi Ansel hanya terdiam dibelakang kedua orang tuanya.

Ya. Ansel juga ikut melihat kehebohan yang baru saja terjadi. Dan ia menjadi teringat masa lalunya.

"Ansel." Panggil Papanya

Ansel tersadar dan segera memberi salam pada Papa dan Bunda Arumi

"Wahh tampan sekali kau nak. Lama tidak bertemu." Ucap Bunda

"Ekhmm." Deheman yang berasal dari Askara membuat Arumi menahan tawanya

"Mampus, awas ntar kamu tersingkirkan." Bisik Arumi pada Askara

Dengan cepat Askara mengapit kepala Arumi di keteknya sambil menatap sengit.

"Eehheh ampun sayangg, kesabaran setipis tisu ahahahhaha."

Barulah Askara melepaskan Arumi.

"Arumi, Askara beri salam pada orang tua Naren." Ucap Papa Arumi

Arumi pun memberi salam, diikuti oleh Ansel.

"Ini siapanya Arumi ?" Tanya Ibu Ansel

"Pacarnya tante." Jawab Askara

"Wahh Arumi sudah punya pacar ? Mundur An, Arumi udah punya pacar. Ahahahha." Ucap Ibu Ansel pada anaknya

"Bu." Tegur Ansel

"Kan dulu katanya kamu pengen nikah sama Arumi kalau sudah besar. Ahahahha emang ya kalo masih anak - anak tuh omongannya ngelantur." Lanjut Ibu Ansel

"Iya tante, ngelantur banget. Yang bener itu Askara dan Arumi yang bakalan nikah. Iyaa nggak ?" Tanya Askara pada Arumi

Arumi melotot pada Askara, sambil terpaksa tersenyum menjawabnya.

"Emmm mari - mari dicicipi kuenya, semalem aku buat sendiri loh bu." Ucap Bunda mengakhiri keabsurd an ini

"Pasti enak kalau kamu yang bikin."

"Tidak diragukan lagi." Ucap Papa Ansel

"Bun, aku bersih - bersih dulu ya." Pamit Arumi

"Iyaa gih, terus cepet kesini lagi. Askara, kamu mandi diruang tamu kayak biasanya ya. Terus ikut kesini jugak kalo udah selesai." Jawab Bunda

"Iya bun."

***

"Sayang ? Mau turun nggak ?" Tanya Arumi pada Askara melalu sambungan telepon

"Aku ntar aja kalo udah mau makan. Kamu turun duluan gapapa. Lagian aku disana mau ngapain jugak ?" Tanya Askara

"Yaudah deh aku mau me dapur aja, mau nyiapin makanan. 10 menit lagi, kamu turun yaa ?"

"Iyaa sayang siaappp."

Sambungan telepon pun terputus.

Arumi menuju dapur dan membantu Bunda nya memanasi beberapa kuah seperti bakso, ayam pedas dan rawon.

Tak lama, terlihat Askara yang juga ikut menyusul ke dapur dengan wajah yang ditekuk.

"Kenapa ?" Tanya Arumi

"Bun ? Itu Ibu nya Ansel emang nyebelin ya ?" Tanya Askara pada Bunda

"Emang kenapa ?" Bunda balik bertanya

"Iyaa, masa pas aku tadi kedepan yang di tanyain apa hayo bun ? Dia tanya kapan putus sama Arumi. Bikin emosi aja." Jawab Askara

"Ahahahhahaha..." tawa Arumi

"Malah ketawa nih anak." Ucap Askara

"Dia orangnya emang gitu. Dulu aja dia mau ngejodoh - jodohin Naren sama Arumi. Bunda cuman senyum tapi gak jawab iya."

"Hah ? Beneran Bun ?" Tanya Askara

Bunda mengangguk.

"Kok kamu gak cerita ?" Tanya Askara pada Arumi

Arumi menggelengkan kepalanya. Kemudian berkata,
"Aku juga gatau kalo soal itu."

"Bunda jangan sampe mau ya. Inget, Arumi udah punya Askara. Oke Bun ?" Ucap Aska

Bunda hanya geleng - geleng kepala atas sikap calon mantunya itu.

Tapi, Papa dan bunda Arumi bersyukur karena Askara sudah menganggap mereka sebagai orang tuanya sendiri. Begitupun sebaliknya.

Setelah semua lauk dan sayur tertata rapi, piring pun sudah di tata di meja makan. Barulah, Bunda nya memanggil keluarga Ansel untuk makan bersama.

"Makannya sebelah aku. Gaboleh deket - deket Ansel." Pesan Askara

"Iyaa iyaaa."

















Next ?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro