11 •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Akhir dari ujian, Stella bersiap pulang kampung. Setelah berpikir panjang saat selesai ujian akhir semester. Bahasanya emang kek gimana gitu sih, tapi emang dia mau pulang ke rumah karena kangen banget sama Devan adiknya. UTS kemarin dia gak pulang karena liburnya nanggung, cuman 4 hari.

Ia juga pulang karena ingin tahu bagaimana keadaan serta kesehatan Devan selama dirinya pergi berkuliah selama satu semester lebih ini. Dengan hasil laboratorium kemarin yang menunjukan hasil positi terkena Leukemia stadium tiga, tidak mungkin dengan uang seadanya ia akan cepat sembuh, nyaris lebih baik ia melihat Devan sebelum terlambat.

Terlalu jauh berpikir sebelum berusaha? Sebaiknya kita mengenal lebih dalam sosok Stella ini yang banyak tak diketahui oleh orang lain termasuk orang tuanya sendiri.

Stella Natallie, kita akrab menyapa dia dengan nama Stella saja. Mahasiswa semester tiga dari Fakultas Hukum, Universitas X. Menjadi anak pertama yang katanya bahunya harus kuat dan menjadi jalan pembuka untuk kesuksesan adiknya kelak. Sifatnya tidak stabil; kadang dingin dan cuek, kadang cerewet, ceroboh namun pekerja keras.

Apakah Stella banyak mengeluh? Sewajarnya dirinya adalab seorang manusia akan mengeluh jika sesuatu yang dia dapatkan selalu tak sesuai ekspetasi. Ia bukan seseorang yang akan mengadu jika ada anak lain nakal atau mengganggunya. Sifat tertutup menjadi kunci mengapa segalanya tak bisa dia ungkapkan kepada orang terdekat.

Salah satunya, tertutup mengenai penyakit yang barusan ia dapatkan ---dan Hyunjae berhasil mengetahui rahasianya itu secara tidak sengaja. Stella tidak suka jika rahasianya ketahuan. Ia adalah seorang aktris yang tengah bermain peran akting di depan semua orang. Topeng senyuman atau wajah dingin itu harus tetap dia kenakan dibalik kesakitan yang selama ini didapatkan.

Kim Younghoon, menjadi sepupu sekaligus sahabat yang bisa ia percayakan selain teman-teman kampusnya yaitu Mina, Joochan, dan Mark. Lelaki dengan tinggi 183 cm itu selalu mengusilnya karena tahu jika Stella tidak pernah berinteraksi dengan mahasiswa/i di jurusan mereka.

Meskipun menjadi sahabat, Younghoon sendiri tidak bisa menebak sikap maupun sifat Stella. Katanya, semua itu sulit. Lebih dari seorang tsundere.

Kata Younghoon, "Sebaik-baiknya kita mengenal dia, kita tidak bisa menebak dengan tepat apa yang dia inginkan. Bahkan dirinya sendiri kadang tak bisa mengenalinya, itu yang dinamakan we need to know our self." Betul tidak?

Contoh nyata yang dikatakan Younghoon adalah keadaan sekarang di mana mereka bersiap untuk pulang ke tempat tinggal asal alias mudik. Ketika Stella membawa ponsel retaknya dan mengatakan masih berfungsi dengan baik, itu semua hanyalah kebohongan saja. Bagaimana bisa ponsel yang sekarang menyala selama 5 jam saja bisa dikatakan berfungsi baik? Sungguh aneh Stella ini.

"Dodol, itu hp lo ganti napa sih. Sumpah deh, kayak cermin retak parah dan gak bisa diganti. Mana hp lo kadang nyalanya pake disko," kata Younghoon.

"Ini sayangnya gue tau." Stella mengelus ponselnya bak itu adalah anak berharganya.

Sepupu gue udah gak waras, anjrit. Beneran Younghoon lihatnya aneh banget. "Sayang, sayang, pala lo peang!! Itu hp bukan orang dodol! Au ah. Buruan naik ke mobil gue. Motor gue lagi di service jadi kita pake ini dulu."

Kasihan si Mano, motornya Younghoon, kemarin ban depan bocor dan nyaris saja membuat sang pemilik yang tengah asik jalan-jalan jadi hampir kecelakaan di desa orang. Untungnya dia mendarat di kasur yang lagi di jemur di depan orang dan motornya banyak mengalami kelecetan membuat Younghoon mau tak mau harus memperbaiki hingga mulus kembali.

"Hoon," panggil Stella.

"Apa?" ketus lelaki itu.

"Jauhin gue dari oknum Hyunjae," kata Stella yang tengah menyeret satu kardus yang ia hendak bawa pulang ke rumah. "Pokoknya, jauh-jauhin gue sama dia. Kalau bisa buat selamanya."

"Telat, Bego. Sekali lo udah terikat sama dia, bakal susah dilepasin. Contohnya noh di bangku paling belakang," ujar Younghoon menunjuk dengan dagunya ke arah bangku belakang dekat bagasi dimana Hyunjae tengah berbaring sehingga sosoknya tadi tidak terlihat.

Stella membulatkan matanya dan terkejut. "LAH ANJIR NGAPAIN DIA IKUT MISKAH," teriaknya kencang sampai Younghoon bergerak mundur.

Kaca jendela mobil diturunkan sampai batas minimal. Sosok yang tadi duduk di bangku paling belakang mencodongkan diri ke depan. "Udah deh, Stella. Gue kan pernah bilang ke lo bakal ikut ke rumah lo nanti. Lagian kalau misal nginep, gue bisa tidur di hotel terdekat---jaga-jaga kalau diusir sama lo dari rumah."

"Sebelum masuk halaman rumah gue, bakal gue tendang lo kenceng sampai ngusruk ke jalanan."

Heran banget Younghoon sama dua orang yang pacaran ini, mesra engga gelud iya. Kerjaan setiap ketemu kayak kucing-kucingan. Tidak begitu mengherankan karena sejak pertama Hyunjae mengumumkan bahwa Stella adalah kekasihnya, yang terjadi malah hal yang tidak diharapkan oleh Younghoon sebelumnya.

Teror di dirrect message Instagram tidak pernah berhenti mengalir. Secara konsisten, setiap hari akan ada 4-5 pesan dari akun anonim yang mengungkapkan kebencian. Tidak hanya itu, kadang-kadang juga ada yang mengirimkan foto naked seolah Stella ini lesbian. Gila.

Kenapa Younghoon tau? Dia ini punya password Instagram sepupunya itu tanpa sepengetahuan Stella. Tambah heran Younghoon, kok bisa sih Stella bisa tahan sama komentar kejam kayak gitu?

"La, masukin kardusnya ke mobil. Buruan aelah, sebelum hujan kita harus otw ke sana," titah Younghoon untuk menghindari perdebatan.

"Itu makhluk diusir dulu gih. Takutnya mobil lo ada penampakan habis ini," kata Stella ogah masuk ke dalam mobil. "Soalnya dia ya mirip sama jelmaan setan---sodaranya setan kali."

Hyunjae tidak terima, langsung aja ngegas. "Kurang ajar, ganteng gini dibilang setan. Gue bakal tetep ikut ke sana, Stella Natalie. Sekalian ketemu adek lo, Devan, mana tau kita bakal klop gitu pas nanti pertama kali ketemu."

"Klop your eyes. Gak, gak, gak, pergi lo dari sini."

Stella beneran pengin ngusir Hyunjae cuman sayangnya yang punya mobil alias Younghoon gak tega juga usir temennya itu. Mana mereka janjian habis dari rumah Stella mau mampir ke rumah Younghoon, jalan-jalan di sana.

Akhirnya, Younghoon menolak permintaan Stella dan akan tetap membiarkam Hyunjae ikut dengan mereka ke rumah gadis itu.

"Sorry, La. Kali ini gue bakal tetep bawa seongok daging hidup ini."

Pernyataan itu jelas mengecewakan Stella dan membuat Hyunjae melemparkan tutup pulpen tepat mengenai kepala Younghoon karena dianggap seongok daging hidup.

"UDAH KALIAN JANGAN GELUD, CEPET SEMUANYA HARUS ADA DI MOBIL ATAU GUE TENDANG DARI MOBIL DAN MUTILASI."

Seruan Younghoon sangat menggelegar hingga terpaksa Stella memasuki mobil sang sepupu dan duduk di bangku tepat samping kemudi. Seremin anjir main mutilasi aja, biasanya bercandaannya Younghoon mentok bilang mau geplak kepalanya doang gak pake cara mutilasi-mutilasian.

Selt bet terpasang cukup baik, dan Younghoon yang sudah di dalam mobil pun melajukan kendaraannya berangkat menuju rumah Stella.

Tidak ada pembicaraan selama perjalanan karena mereka sibuk pada kegiatan masing-masing; Younghoon fokus ke jalanan, Stella mengecek pesan dari Devan, dan Hyunjae yang bermain permainan ponsel dengan sesekali melirik Stella. Hanya ada suara musik yang dimainkan, dan beradu dengan suara dari game yang dimainkan Hyunjae.

Perjalanan berakhir saat Younghoon bisa melihat rumah Stella berwarna biru dikombinasikan putih serta halaman kecil di depannya. Ada mama Stella yang tengah menyiram tanaman depan rumah mengenal mobil Younghoon. Wajah ramah wanita paruh baya itu menyambut mereka.

"Waduh, Younghoon main ke rumah ya. Kebetulan Devan juga bilang kangen main sama kakak sepupunya," sambut Sora, mama Stella.

"Eh- iya, Tante. Kangen main sama Devan."

Melihat Sora sangat antusias dengan kedatangan Younghoon membuat Stella berdecak kesal. Bahkan saat kepulangannya hampir satu tahun yang lalu, Sora terlihat biasa saja. Kenapa orang tuanya selalu cuek dengannya dan peduli kepada yang lain?

Wajahnya menjadi kusut, ia hanya mengucapkan salam dan membawa kardus yang dibawanya dari kota kampus ke dalam rumah. Saat itu juga, Hyunjae keluar dari mobil Younghoon dan dikenalkan oleh kawannya ke Sora. Tentu saja, wajah Sora semakin senang karena Devan pasti senang memiliki teman main baru selain Younghoon, Kevin, dan Seungyoun.

"Halo, Tante. Saya Hyunjae, temannya Younghoon dan– Aduh!" Younghoon menginjak kaki Hyunjae untuk tutup mulut dulu mengenai lelaki itu berpacaran dengan anak perempuan Sora. "–dan saya model majalah juga di kampus bareng Younghoon. Kita sahabatan, hehehe."

"Nak Hyunjae tampan sekali. Mari masuk ke dalam, anggap saja rumah sendiri. Gak perlu malu-malu," kata Sora mempersilakan tamunya masuk.

Diperlakukan dengan baik selayaknya seorang tamu bagi Hyunjae tidaklah aneh. Satu hal yang menurutnya aneh, Sora sama sekali tidak bergairah dengan kedatangan Stella yang bahkan liburan semester lalu tidak pulang karena bekerja. Aneh, benar-benar aneh bagi Hyunjae.

Rumah Stella bersih dan rapi. Kawasan perumahan sekitar sana memang kebanyakan memiliki dua maupun tiga lantai. Di sana karena tanah yang terbatas dan warganya memiliki banyak anggota keluarga membuat mereka rata-rata memiliki rumah yang demikian. Itu saja sekilas info yang Hyunjae dapatkan dari Sora melihat raut bingung cowok itu.

Bukan di ruang tamu, Younghoon mengajak Hyunjae untuk menemui Devan setelah mendapatkan izin dari Sora untuk menemui sepupunya itu. Sekaligus memperkenalkan siapa sih Devan, adik Stella yang sangat disayangi cewek itu.

Tiga kali pintu diketuk hingga terdengar suara Devan yang menyuruh mereka masuk, membuat Younghoon memutar kenop pintu dan membukanya. Tampak Devan sedang bermain playstation 4 meskipun terbaring di atas ranjang dengan selimut menutupi hingga batas pinggang.

"Kak Younghoon!" Devan berseru, meletakan stick dipegangnya dan mencoba berdiri dari duduknya.

"Eh, Devan duduk aja. Biar Kakak aja yang deketan sama kamu," kata Younghoon. "Perkenalkan, ini teman Kakak, namanya Hyunjae. Katanya sih dia iseng pengin ikut soalnya kemarin dia udah liburan lama banget di rumah."

Pintar sekali Younghoon berbohong jadi Devan pun tidak merasa curiga dan justru merasa senang. Hyunjae juga menganggukan kepala, mengikuti kebohongan kawannya tersebut.

Bisa bisanya gue ikutan bohong, batin Hyunjae.

"Kak, ini ada game baru. Kakak harus coba main! Keren parah deh pokoknya. Terus nanti kita battle di mobile legebd atau PUBG, mumpung ponselku baru, Kak. Akhirnya gak kesusahan lagi sama layarnya."

Devan menunjukan ponsel barunya di hadapan Younghoon dan Hyunjae. Alis Hyunjae menyatu, bukankah memang itu ponsel yang dibelikan Stella kepada anak lelaki muda tersebut? Ternyata ponselnya bermerk terkenal dan berbanding terbalik dengan ponsel cewek tersebut.

Ponsel Stella sudah hampir sekarat dan menolak ponsel pemberian Hyunjae, tapi kenapa dia rela dan mau memberikan yang mahal sekali untuk Devan? Sebenarnya, Stella itu orang yang seperti apa? Mengapa Hyunjae sangat susah mengenali apapun yang dipikirkan atau hal yang dilakukan olehnya.

Pun dengan Younghoon merasa aneh. "Bukannya hape kamu kemarin layarnya setengah gak bisa digerakin ya? Bahkan ukurannya lebih kecil daripada ini lho. Papa kamu beliin buat Devan ya?"

Devan menggeleng. "Bukan, yang beliin aku ponsel baru ya Kak Stella. Baguss banget, gak nyangka Devan bakal dibeliin merk yang keluaran terbaru beberapa bulan yang lalu," seru cowok tersebut kembali menunjukan ponselnya.

"Tunggu," Younghoon langsung teringat ponsel Stella yang ia lihat sudah rusak layarnya. "Kakak kamu pernah kasih tau gak kalau sebenernya layar ponselnya rusak?"

"Ponsel kak Stella rusak?"

Younghoon mengangguk.

"Serius?" Devan masih tidak percaya.

Pasalnya, Devan tahu jika ponsel milik sang kakak merupakan keluaran terbaru saat dibeli. Itu sudah lama, sejak kakaknya baru menginjak bangku SMA. Jika dipikir, sudah lima tahun artinya Stella bersama ponsel kesayangannya namun memang saat di bangku kuliah ponselnya sudah agak bermasalah.

Maka dari itu, sebagai seorang adik meskipun ponselnya ada kendala layar selama satu tahun belakang, bagi Devan itu tidaklah terlalu penting. Memang Devan menyukai game online dan tidak bersekolah karena ia home schooling dan sekolah online di luar negeri. Namun, untuk sekolah, ia biasa menggunakan laptop dan bukan ponsel.

Kalau Stella sangat sayang padanya dan lebih memilih untuk membelikan Devan ponsel baru saat ponsel milik diri sendiri rusak, Devan tidak bisa menahan haru dan ingin berterima kasih.

"Seberapa parah layarnya rusak?" Devan bertanya lagi, kali ini lebih serius.

"Daripada lo tanya gue, Van, mending minta oknumnya suruh ke sini dan kasih ponselnya. Bentar ya, gue panggilin dia terus lo kasih alasan yang bagus," kata Younghoon lalu keluar dari kamar Devan dan meninggalkannya bersama Hyunjae berdua.

Keadaan jadi canggung. Devan belum pernah mengobrol dengan orang asing. Selama ini hidupnya lebih banyak dihabiskan di dalam rumah ketimbang bermain dengan anak tetangga. Ia hanya memiliki satu teman, dia dari New Zeland bernama Hars. Hyunjae, meskipun seorang extrovert, tetap saja bisa canggung apabila tak ada topik obrolan.

Yeah, lama Younghoon memanggil Stella membuatnya berani membuka topik obrolan dengan adik Stella ini. Beneran gak tahan kalau cuman diam-diaman dan tak ada suara.

"Sakit sejak kecil?" tanya Hyunjae pelan, sedikit berhati-hati.

Devan mengangguk, "Iya, Kak. Aku punya Thalasemia dan penyakit jantung. Kemarin aku ada operasi untuk perbaikan katup jantung yang rusak. Emang dari kecil gak ada teman, kak Stella lah yang selalu ada buat aku. Dan sejak kelahiranku, orang tuaku sibuk mengurusku daripada kakak."

"Mengurusku daripada kakak? Maksudnya?"

"Orang tua kami selalu memberikan uang yang pas setiap bulan untuk keperluan kakak, dan lebih banyak pengeluaran dihabiskan untuk pengobatanku. Kakak lebih mandiri daripada siapapun. Pernah, aku lihat dia nangis tengah malam, tapi aku gak tau dia kenapa. Kalau aku tanya, dia selalu ngeles."

"Hampir satu tahun dia gak pulang, orang tua kalian kangen gak kumpul bareng berempat?"

Devan tersenyum kecil. "Boleh gak sih aku bilang gini? Sebenernya, mereka terlalu peduli sama putra bungsunya ketimbang sama putri sulungnya. Aku ngerasa gak berguna. Udah sakit-sakitan, dan sekarang bikin kakak gak merasakan kasih sayang orang tua kami. Kemarin pas Kak Stella sakit, aku minta buat ke rumah sakit sana, tapi Mama sama Papa menolak dan bilang aku harus fokus sana pemulihan aja," jelasnya dan terlihat sangat bersalah dengan ketidakadilan yang dialami Stella.

"Sstt, ini bukan salah kamu," kata Hyunjae mencoba bersikap tenang. "Kamu adik yang baik, buktinya memikirkan gimana keadaan kakak kamu selama ini. Sakit atau sehat itu takdir dari Tuhan, diterima dan dijalankan prosesnya sampai sembuh kembali. Sekarang kakak tau kenapa kakak kamu sayang banget sama adeknya, kamu sepeduli ini."

"Terima kasih---" Ucapan Devan terpotong, tepat saat Stella masuk dengan Younghoon.

"Devan, kamu panggil Kakak?" tanya Stella memposisikan diri duduk di samping sang adik. "Ada apa? Kakak tadi lagi beresin kamar makanya agak lama ke sininya. Berantem dulu sama Younghoon juga soalnya ngeselin."

"Yee, itu karena lo malah nyuruh gue usir kecoa. Dibilang gue takut sama itu serangga," balas Younghoon saat namanya dibawa-bawa.

Fokus Stella kembali beralih ke Devan. Cewek itu mengambil tangan adiknya yang terdapat sebuah bekas infus di bagian punggung tangan. Ia usap pelan, bersamaan dengan lengkungan terbit di kedua ujung bibirnya. Adik kakak yang hebat, rasanya ia ingin meneriaki kalimat tersebut keras-keras.

"Kak, boleh Devan pinjam hp kakak?" tanya Devan.

"Untuk apa? Hp Devan kan bagus," balas Stella.

"Gak pa-pa, kangen mainin hp kakak aja."

Lalu Stella mengeluarkan ponselnya dari saku baju bagian bawah, dan menyerahkannya kepada sang adik. "Nih, aneh banget kamu."

Devan menerimanya dengan senang meskipun terkejut karena benar layarnya retak parah. "Gimana pun, hp-nya kakak adalah salah satu hal yang aku sukai karena di sini kakak ajarin Devan banyak hal sebelum Devan punya hp sendiri," terangnya. "Tapi... kenapa bisa retak parah banget, Kak?"

"Kemarin jatuh, Dev. Jadi makanya retak gitu," bohongnya. Mana mungkin itu jatuh kemarin, ponselnya rusak karena ulah sang pembully.

"Kakak pake ponsel Devan aja gimana buat kuliah nanti? Biar Devan pake yang lama aja," ujar Devan.

"Enggak! Kakak pake ini aja udah cukup. Ponsel kemarin itu milik Devan, bukan punya kakak. Kamu gak boleh kasih ke kakak atau kakak bakal marah. Itukan buat hadiah ulang tahun kamu karena kakak gak bisa rayain kemarin."

Ugh, Devan jadi bertambah sedih. Memang saat ulang tahunnya tiga bulan lalu, Stella tak bisa datang untuk ikut merayakan karena sibuk berkuliah. Bukan salahnya pula mendapatkan ponsel baru. Tapi, apa boleh ia bahagia diatas penderitaan sang kakak yang baru diketahuinya? Adik macam apa dia.

"Kak, tapi ...,"

"Udah, gak ada tapi-tapian. Kalau kamu mau mainin ponselnya kakak, silahkan aja. Kakak mau lanjut beberes kamar sama kamar buat Younghoon sama Hyunjae buat nginep di sini."

"O-oke, makasih, Kak."

Stella hanya mengacak gemas rambut Devan sebelum sosoknya menghilang dibalik pintu.

Eratan tangan Devan semakin kencang pada ponsel kakaknya, menahan air mata yang masih terbendung di bawah kelopak mata. Stella sedikir berubah, entah bagaimana Devan merasakannya dari sikap kakaknya yang sedikit lebih dingin meskipun ada Younghoon. Sudah hal biasa Stella dan Younghoon beradu mulut di depannya, tapi ini berbeda, sangat.

"Kak Hoon, Kak Stella bohong 'kan?"

Younghoon hanya tersenyum, itulah jawaban yang ia berikan. Dan tidak mungkin Devan tidak tahu arti dari senyuman kecil di wajahnya.

"Ugh, aku benci diriku sendiri saat seperti ini. Kak Younghoon, Kak Hyunjae, tolong bantu aku. Tolong, buat Kakakku menjadi egois untuk sekali saja. Ya? Sekali, kalau bisa keegoisannya bisa sadarkan Mama sama Papa. Sampai mereka tahu, ada anak yang juga membutuhkan perhatian mereka."

Permintaan Devan disetujui oleh Younghoon dan Hyunjae, keduanya sangat mendukung rencana Devan. Hyunjae, entah kenapa dia pun ingin melakukan hal yang sama setelah mendengar cerita Stella dari adik lelaki tersebut. Dan ia pun mencoba menahan diri untuk tidak membocorkan fakta yang tengah Stella sembunyikan.

Penyakit leukemia cewek itu.

***

Wow, 2737 kata
Gak nyangka sepanjang ini :(

Semoga bisa lanjut secepatnya
Aku udah libur kuliah tapi proker masih jalan wkwkwkwwkwk ya udah deh

Salam, Matcha-Shib

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro