11: His Assassin In a Skirt

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

| UNEDITED |

"Peter bajingan." Cayne berbicara kepada dirinya sendiri dengan nada benci bercampur terkesan. Menginjakkan kakinya di bar miliknya, Cayne berhenti seketika saat melihat Peter bersama dengan Jilly sedang minum bersama. Isalit belum buka dan baru akan buka pintu satu jam lagi dan di sini dia melihat kedua orang yang ia benci dan cinta duduk bersamaan.

Dia sudah memperingatkan Peter untuk tidak mendekati Jilly ataupun menghubunginya. Tapi lihatlah apa yang ia lihat saat ini dengan mata kepalanya sendiri.

Mereka masih berbicara dengan santai, belum mengetahui keberadaan Cayne di depan pintu. Merasa sudah muak melihat mereka berbicara, Cayne akhirnya berjalan menghampiri mereka dengan langkah berat.

"Having fun, you two?" Cayne bertanya, berdiri di belakang mereka. Matanya menatap Peter dengan tatapan membunuh. Tapi ia di balas dengan cengiran yang menantang.

"Ya, gue baru aja ngajak Julliane untuk kencang. Dan coba lo tebak apa jawaban dia?" Peter berkata dengan senang yang di buat-buat hanya untuk membuat Cayne kesal. Cayne masih menatapnya, menunggu Peter untuk melanjutkan. "Dia bilang iya. Dan kita akan kencan malam ini juga."

"Enggak ada!" Cayne melarangnya. "Gak ada ya yang namanya lo kencang sama kekasih gue. Lo mau cari masalah?" Cayne menantangnnya. Enak sekali mulut itu berbicara kalau dia akan mengajak cintanya kencang. Dia pikir dia bisa seenaknya saja berbuat yang dia inginkan di bawah atas milik Cayne sendiri?

"Oh, Cayne. Jawaban lo sama dia gak sama tuh. Jadi yang berhak memutuskan adalah Julliane tersayang gue ini." Peter menghadap ke Julliane dan menggenggam tangannya di hadapan Cayne secara terang-terangan. Dia juga mengecup tangan Jilly dengan lembut dan tersenyum manis.

"Lo udah selesai?" Cayne bertanya kepada Peter.

"Iya." Peter menjawabnya. "Gue tunggu lo nanti malam." Peter lagi-lagi mengecup punggung tangan Jilly, lalu dia bangun dari kursi dan pergi meninggalkan Isalit mengetahui dirinya tidak terlalu disambut dengan sang empunya.

"Kencan, huh?" Cayne menjadi gusar mengetahui kalau Jilly akan pergi kencan bersama Peter, terlebih yang mengajaknya adalah Peter.

"Ya. Dinner gratis di restoran bintang 5. Siapa yang mau menolak itu, Cayne?" Jilly menyerukan bahunya dengan tidak peduli. Terutama dia sangat tidak peduli dengan alasan Peter mengajaknya berkencan. Dia hanya ingin pergi selama dia tidak memiliki pekerjaan yang harus ia lakukan di waktu yang bersamaan.

Jilly bangun dari kursi, tapi di halang oleh tubuh Cayne. Dia menatap Cayne dengan bosan. "Boleh gue pulang supaya gue bisa rapi-rapi sekarang buat kencan gue?" Jilly berkata kepada Cayne dengan nada yang datar dan masih dengan ekspresi yang sama.

"Demi Tuhan, Jilly. Lo gak bisa liat kalo gue masih cinta sama lo dan gue mau lo kembali ke pelukan gue lagi?" Cayne mengeluarkan rasa frustasinya. Dia bosan, kesal, dan juga gerah melihat Jilly yang setiap ada kesempatan pasti berdekatan dengan pria lain. Dan itu membuat dirinya tambah marah saat pria konyol itu menciumnya. Dan apa Jilly tahu betapa sakit yang ia rasakan saat melihat itu?

"Gue tau, Isa. Tapi apa lo bisa nyalahin gue saat gue yang di khianati satu keluarga sama kekasih yang gue cintai?" Jilly membalasnya dengan nada kesal. Dia mendorong tubuh Cayne menjauh, membuat ruang untuk dirinya berjalan.

-

Di temani dengan gelas yang berisikan Jamieson, Cayne merajuk di rungannya. Dia duduk di kursi kebesarannya, memegang gelas minuman, dan juga laptop yang sedang memutar film kesukaannya yaitu Toy Story. Walaupun dengan film yang menghibur, tetap saja Cayne tidak fokus dengan itu. Pikirannya melayang-layang memikirkan Jilly yang sedang berkencang. Ingin sekali dia meluapkan amarahnya saat ini dengan memecahkan semua gelas yang bisa ia lihat di sekitarnya.

Sebuah ketukan di pintu memecahkannya dari pikiran berbahayanya. Cayne mengalihkan tatapannya ke pintu dan bertanya siapa yang mengetuk pintunya dan mengganggu momennya. "Ada apa, Jake?" Cayne bertanya dengan malas. Matanya tidak menatap dia, melainkan ke layar laptopnya sekarang.

"Bos, ada kerusuhan di depan. Gue rasa mereka lagi make." Jake memberitahu Cayne keadaan yang sedang terjadi di bar miliknya. Dia bahkan sudah mematikan layar CCTV karena dia sedang malas untuk menontoni orang-orang tidak jelas yang datang hanya untuk mabuk saja. "Mereka bilang mereka juga ingin bertemu dengan Julliane."

Darah Cayne langsung membara mendengar pasa pemabuk itu ingin bertemunya dengan cinta. Mereka pikir siapa mereka seenaknya saja ingin bertemu dengan Jilly dihadapan Cayne.

"Oke, gue akan ke depan." Cayne memastikan. Dia juga tidak mau kalau bar-nya dijadikan masalah oleh kepolisian setempat. Jadi dia perlu mengamankan dan memastikan setiap kelakuan pelanggan yang masuk.

Menaruh gelas minumannya, Cayne akhirnya bangun juga dari kursi kuasanya. Dia mengambil jaket kulit miliknya sambil dia berjalan keluar dari kantor. Dia sudah terbiasa menghadapi pemabuk yang seperti ini, mencari Jilly sebagai pelampiasan mereka.

Cayne sudah bisa melihat kerumunan di tengah-tengah ruangan saat dia keluar dari kantornya. Ada sebagian orang yang tidak peduli dan banyak orang yang malah menyemangati mereka untuk terus melanjutkan. Cayne mengambil langkah kaki besar agar cepat sampai di kerumunan tersebut. Dia membelah orang untuk bisa berjalan dan berada di depan. Saat dia sudah berdiri di barisan paling depan, dia melihat bukan dua tapi empat pria yang saling bertarung satu sama lain.

Cayne mengambil kerah baju salah satu pria yang berkelahi dengan mudah dan melemparnya menjauh dari yang lainnya. Dengan begitu mereka semua memperhatikannya. Perkelahian pun mereda dan para penonton kembali ke aktivitasnya masing-masing. Bahkan dia melihat salah satu bartender-nya yang mencoba untuk melerai, tapi gagal.

"Mau lo apa?" Cayne bertanya langsung tanpa basa-basi kepada mereka berempat. Cayne hampir lolosa salah satu dari mereka. Tidak bisa dia seenaknya membuat keributan dan pergi begitu saja.

"Gue tanya. Mau kalian apa nyari-nyari kekasih gue?!" Kali ini Cayne berteriak agar mereka menjadi, jangan malah menjadi pengecut didepannya. "Gak punya mulut kalian?" Cayne menunggu dan terus menunggu. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawabnya. Beraninya hanya bermain fisik saja dan sekalinya tertangkap malah menjadi pengecut.

"Kalo kalian gak ada urusan lagi di sini, mending pergi dari sini." Cayne membalikkan badannya dan memanggil salah satu penjaganya. "Lo pastiin mereka gak bisa masuk lagi ke bar ini atau lo yang gue pecat." Cayne mengancam orang yang tidak bersalah. Tapi dia tidak peduli, dia tidak bekerja sesuai apa deskripsi pekerjaannya.

Penjaga tersebut dengan sigap langsung memboyong mereka keluar dari Isalit bar. Karena dia masih ingin menyimpan pekerjaannya ini. Suasana kembali normal seperti tidak terjadi apa-apa beberapa waktu lalu. Dan waktu yang tepat, karena dia melihat Jilly memasuki bar. Dia tidak akan tidak menangkap sosok Jilly dimanapun. Karena dia sangat mengenal bagaimana cara berpakaian Jilly. His assassin in a skirt.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro