BAB 1 Az- Zahra alfathunsyifa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Assalammualaikum guys,
Adakah yang rindu sama penulis amatir 😂😂..
Selamat menjalani puasa yah guys, semoga wabah covid -19 ini cepat hilang dari bumi ini.
Yuk silahkan dibaca jangan lupa vote and comment guys.
💐💐💐💐💐

"Dengan lewat sholat istikharah ini, aku menyerahkan semuanya pada Allah Swt.
Karena jodoh, maut dan rezeki semuanya sudah ketetapannya"
Az-Zahra

Seorang lelaki tengah duduk di depan punghulu dan para saksi untuk melaksanakan janji suci kepada Allah dan menyempurnakan agamanya untuk mempersunting wanita pilihan hatinya, dengan gamis tak lupa sorban bermotif hitam putih yang senada membuat pancaran aura pada wajahnya semakin bersinar, lantunan  surah Ar-Rahman sebagai mahar tambahannya, suara merdu membuat para tamu terpesona olehnya.

Penghulu dan para saksi sudah bersiap untuk kelangsungan acara akad nikah ini, lelaki itu dengan tangan bergetar menggenggam tangan kanan Abi Argan sebagai wali nikah dari putrinya itu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Az- Zahra Alfathunsyifa Binti Bapak Argan Ghifari dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai," dengan satu tarikan nafas lelaki itu dapat menyelesaikan akad nikahnya.

"bagaimana saksi SAH," tanya penghulu

"SAH"

"SAH" para saksi mengucapkan Sah.

Semua para tamu undangan dan kerabat dari keluarga Argan Ghifari tersenyum bahagia, akhirnya putri kecilnya yang penuh senyuman dan  itu akhirnya dipinang oleh lelaki yang soleh seperti di hadapannya saat ini.
Seorang perempuan menuruni anak tangga di damping oleh Ummi Wulan, perempuan itu menundukkan pandangannya dan mengikuti langkah kaki Ummi. Semua para tamu menatap dua orang wanita berbeda usia itu dengan pandangan yang berbeda-beda, pria yang sudah sah menjadi suaminya itu hanya bisa tersenyum saat sang istri sudah ada di sampingnya. Azka dengan jahilnya menepuk pundak perempuan itu.

"Ra, masa engga mau lihat wajah suamimu sih," gadis itu hanya menatap kakak kesayangannya dengan sinis.

Saat Umminya meninggalkan putri dengan menantunya itu, gadis itu membalikkan badannya menghadap sang suami. Pandangannya masih menatap lantai dan perlahan menatap wajah suaminya itu, matanya menatap terkejut dan bibirnya terasa kelu saat melihat siapa yang menjadi suaminya saat ini. Dengan perlahan gadis itu berjalan mundur dan sambil menggelengkan kepalanya, Azka langsung memegang pundak adiknya itu.

****

"Ummiii!" teriak gadis itu dengan wajah yang dibanjiri oleh keringat, dadanya terasa berdegup dengan kencang. Ara meraih gelas yang ada disampingnya lalu meneguknya hingga tandas.

"Astagfirullah, kenapa sih Ara sampai kebawa mimpi seperti ini, harus banget yah," monolog Ara pada dirinya sendiri. Dering ponsel berbunyi, Ara langsung meraihnya dan melihat siapa yang menelponnya di malam hari seperti ini.

"Assalammu'alaikum, Dek," ucap seseorang disebrang sana.

"Wa'alaikumussalam, bang Azka ada apa?" tanya Ara.

"Begini Dek, kamu kapan pulang dari rumah Jiddah?"

"Insya Allah, minggu depan bang. Emang ada apa tumben nanya kapan Ara pulang?"

"Begini dek, ada seorang ikhwan yang datang kerumah menemui Ummi, Abi dan Abang. Dia temen Abang pas masa kuliah di kairo, dan dia mau datang dengan keluarganya untuk melamar mu menjadi ibu bagi anak-anaknya, Abang sih engga memaksa kamu untuk menerimanya. Tapi alangkah baiknya kamu meminta petunjuk dulu pada Allah mengenai pinangan ini, Dek,"

"Bismillahirrahmanirrahim," Ara menghela nafasnya dan kembali berbicara "Ara minta waktu 3 hari untuk shalat istikharah bang, jika sudah ada jawabannya Ara akan secepatnya memberitahu pada Abi,Ummi dan abang yah," ucap Ara dengan mengusap wajah gusarnya.

"Baiklah Dek, nanti abang akan sampaikan pada ikhwan itu yah, oh iya salam sama Jiddah dan kakak ipar mu nanti abang akan datang menjemput kalian sambil menemuinya. Kalau begitu abang tutup dulu yah, Dek, Assalammu'alaikum," sambungan telpon terputus terlebih dahulu sebelum Ara mengucapkan salam.

Ara memikirkan siapa sebenarnya teman dari abangnya yang datang untuk meminangnya, padahal selama ini dia selalu tahu teman-teman bahkan partner kerja dari abangnya itu. Ara bangun dan langsung mandi untuk membantu kakak iparnya dan Jiddah memasak sarapan pagi ini, perempuan itu memasuki kamar mandi untuk memulai ritual pagi harinya sebelum beraktivitas. Setelah selesai Ara berjalan menuruni anak tangga dengan senyuman khasnya, Afika keponakan tersayangnya itu berlari menghampiri Ara dengan botol susu yang di pegangannya.

"eh, ada keponakan aunty si gembul nih, dimana Jiddah dan Ummi kamu?" tanya Ara pada keponakannya itu.

"Mba disini dek, oh iya ayo kita sarapan tadi Jiddah dan mba sudah membuatkan sup ayam untuk kamu. Semalam Abinya menelpon Fika katanya dia akan datang minggu depan untuk menjemput kita," ucap Farida pada adik iparnya.

"Iya mba, tadi pagi juga bang Azka telpon. Mba aku bingung saat ini harus menjawab apa pada bang Azka," lirih Ara sambil berjalan menuju dapur bersama kakak iparnya.

Jiddah sudah duduk di bangku meja makan dengan senyuman di bibirnya, walaupun wajahnya sudah tidak muda lagi. Tetapi kecantikannya di wajahnya tak pernah pudar, sama seperti Umminya dirumah yang sudah hampir memasuki umur 48 tahun tetapi awet muda. Jiddah menepuk kursi di sebelahnya, Ara berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya. Sarapan pagi ini di hiasi oleh canda dan tawa dari Afika.

Setelah selesai sarapan, Jiddah meninggalkan ruang makan untuk menyirami tanaman kesayangannya itu, Ara mengikuti Jiddah untuk mengutarakan isi hatinya saat ini. Sejak kecil Ara memang sudah sangat dekat dengan Jiddah, karena memang Jiddah sangat menginginkan cucu perempuan dari Wulan putrinya. Kelahiran Ara saat itu sangat ditunggu-tunggu oleh dirinya, Azka memang sangat cuek dan dingin saat menginap di rumahnya berbeda dengan Ara cucu kesayangannya.

"Jiddah," panggil Ara pada perempuan yang sudah mulai menua itu.

"Ara, mengapa wajah cucu Jiddah kusut seperti cucian baru diangkat?"

"Astagfirullah, Jiddah, masa cucu cantik seperti ini dibilang kaya cucian baru diangkat sih," Ara mulai merajuk pada neneknya itu.

"Bagaimana keputusanmu, nak, kapan kamu akan mengikuti jejak Azka untuk menikah?"

"Itu yang saat ini sedang Ara pikirkan, selepas subuh Kak Azka telpon ada seorang Ikhwan yang melamar kerumah. Tapi yang Ara belum mempunyai jawaban apapun Jiddah," lirih Ara.

"Bolehkah Jiddah memberikan saran padamu, nak,"

"Silahkan Jiddah,"

"Jika ada seorang ikhwan datang membawa niat baik untuk menyempurnakan agamanya. Alangkah baiknya kamu mempertimbangkan terlebih dahulu, dalam artian begini. Islam mengajarkan untuk kita memilih calon imam yang baik, 4 hal yang harus kamu tahu diantaranya adalah ; 1. Mengenai agamanya yaitu taat pada Allah dan Rasul-Nya.
2. Ketampanannya tidak akan dipungkiri jika faktor fisik adalah poin ke dua dalam memilih pasangan hal ini juga diperbolehkan oleh Rasulullah SAW yang akan menjadi faktor penunjang kehidupan keluarga.
3. Nasab atau silsilah keluarganya karena keluarga berperan besar dalam mempengaruhi ilmu, akhlak dan keimanan seseorang.
4. Harta, Rasulullah menganjurkan agar memilih pasangan hidup yang setara dalam agama dan status sosial, Jiddah anggap kamu sudah mengerti semua ucapan ini,"

"Ara paham Jiddah, makasih atas saran yang diberikan pada Ara,"

"Jiddah sangat menyayangimu, Nak, sekarang tinggal kamu menetapkan hati melalui shalat istikharah."

"Baik Jiddah, Ara akan melaksanakan semua saran terbaik ini. Ara sangat menyayangi Jiddah," Ara memeluk Jiddah dan menciumi pipinya.

"Jiddah akan memberikan saran pada cucu-cucu, agar tidak salah dalam melangkah. Jiddah juga menyayangi Ara dan Azka,"

Keduanya berbincang dengan hangat, memang guru yang terbaik adalah orang tua apalagi sejak kecil Ara dirawat oleh Jiddah karena kedua orang tuanya jauh dan sibuk dalam dunia kerja masing-masing. Menginjak sekolah madrasah tsanawiyah akhir Ara baru kembali berkumpul dengan Azka dan kedua orang tuanya, kasih sayang Ummi Wulan dan Abi tetap sama pada kedua putra dan putrinya. Azka sangat menyayangi Ara bahkan manja dan jahilnya selalu dirindukan oleh dirinya ketika jauh dari adik kesayangannya itu.

Azka memang sudah berkeluarga dan mempunyai putri kecil yang sangat mirip dengan adik kesayangannya itu, Azka menjabat menager di perusahaan yang di pimpin oleh Abinya dalam bidang properti. Sifat dari Abi lebih menurun ke putra sulungnya yang gigih untuk menjadi penerus dari perusahaannya itu, tetapi tidak dipungkiri jika Azka sangat dermawan terhadap sekelilingnya karena sifat dari Ummi nya yang menyayangi sesama.


💐💐💐💐💐

Selamat berpuasa dari dosen kilernya Ara 😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro