Bab 4 Khitbah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيْعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلاَ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ، حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ أَوْ يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ.

"Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam melarang seseorang membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang seseorang meminang wanita yang telah dipinang sampai orang yang meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya."

Tiga hari telah berlalu, setelah pulang dari kampus Ara selalu mengurung diri di dalam kamarnya. Allah rasanya hari begitu cepat berganti, malam ini pertemuan pertama dengan Ikhwan yang sudah meminangku pada bang Azka. Apakah Ara sanggup untuk mengubur rasa cintanya pada Muazzam, apakah hanya sampai saat ini saja perjuangan cintanya.

Dengan langkah yang gontai, Ara keluar dari kamarnya untuk sekedar mengambil air minum yang sudah habis dikamarnya. Melihat raut kebahagiaan di wajah kedua orang tuanya membuat Ara tidak tega untuk membatalkan acara hari ini, tapi apakah mereka perduli pada kebahagiaan Ara saat ini. Azka yang melihat adiknya melamun di tangga terakhirpun akhirnya menemuinya, panggilan Azka tidak dihiraukan sama sekali oleh Ara. Azka berpikir apa yang membuat adik kesayangannya itu dilema seperti saat ini ?

"Dek," ucap Azka sambil menepuk pundak adiknya perlahan, sontak membuat sang empunya mengerjap terkejut pada sosok disampingnya itu.

"A,,abang ngapain disini ? Bukannya hari ini ada acara penting dikantor ya?" tanya Ara dengan nada yang terdengar lirih.

"Tidak mungkin Abang kerja disaat malam ini adalah hari bahagiamu, apalagi kedua belah pihak keluarga akan bertemu untuk mendengar jawaban dari pinangan tersebut," ucap Azka dengan senyuman diwajahnya, walaupun terkadang sifat Azka menjengkelkan tetapi lelaki itu sangat menyayangi keluarganya. Apalagi adik kesayangannya itu adalah sumber dari kebahagiaannya.

"A,, abang apakah acara malam ini bisa diundur lagi ? Ara belum siap untuk bertemu dengan Akhi itu. Walaupun Ara sudah menerimanya, alangkah baiknya yang memberitahu pada keluarga Akhi itu adalah Abi dan Ummi," ujar Az-Zahra dengan lirih.

"Kenapa kamu tiba-tiba ingin mengulur waktunya dek, rasanya Abang tidak percaya dengan jalan pikiranmu sekarang. Dimana Az-Zahra yang dewasa, dimana Ade kesayangan Abang yang selalu menuruti semua ucapan Abang!" ucap bang Azka dengan intonasi yang tinggi membuat seluruh keluarga melihat pertikaian kedua kakak beradik itu.

Ummi dan Jiddah yang melihat Ara terpojokkan oleh ucapan Azka pun akhirnya menghampiri mereka berdua, Jiddah memeluk Ara sementara Ummi menarik tangan bang Azka dan membawanya entah kemana. Ara menumpahkan isi hatinya pada Jiddah, diusianya yang sudah tidak muda lagi tetapi kasih sayangnya tidak pernah luntur sama sekali pada Ara dan Azka.

"Cup, cucu Jiddah jangan menjadi lemah seperti ini. Sekarang coba jelaskan permasalahan kalian biar kami memberikan solusi yang baik, Farida bisa ambilkan air untuk adik iparmu ini," ucap Jiddah memberikan sedikit ruang agar Ara mau jujur padanya.

"Na'am Jiddah, biar Farida mengambilkan airnya dulu." Farida berjalan menuju dapur untuk membuatkan lemon tea.

"Ara hanya belum siap untuk bertemu dengan Akhi itu Jiddah, tapi bang Azka malah marah-marah seperti tadi. Apa ada yang salah ketika Ara belum siap dengan perjodohan ini." Tangis Ara pecah dipelukan Jiddahnya, dadanya terasa sesak saat mendengar ucapan abangnya itu. Apakah sepatal itu kesalahan yang diperbuat oleh Ara? Ya rabbi jika memang sudah jalan hidup Ara seperti ini, semoga lelaki yang menjadi calon suaminya itu lebih baik dari pada Azzam.

"Tenanglah nak, ini hanya pertemuan biasa saja. Jika memang saat Ara melihat lelaki itu tidak cocok, kamu masih bisa menolaknya secara baik-baik," ucap Jiddah dengan penuh kehangatan. Sementara di taman belakang bang Azka sedang dimarahi oleh Ummi sampai-sampai sepupu pada tertawa melihat bang Azka dijewer oleh Ummi.

"Tidakkah kamu bisa bersikap lembut pada Ara, Ka. Dia itu adalah kesayangan Ummi dan Abi, seenaknya saja meninggikan ucapanmu depan kami semua!" ucap Ummi dengan nada ketus.

"Aw, ampun Ummi. Azka tadi hanya kaget saja saat Ara ingin membatalkan perjodohan ini, apalagi Azzam lelaki itu udah benar-benar mencintai Ara."

"Iya Ummi tahu, tapi engga cara seperti ini juga Azka. Untung saja Abimu itu saat ini sedang meeting menggantikan kamu yang tidak masuk kerja saat ini, sekarang Ummi ingin kamu meminta maaf dan membujuk Ara agar tidak kembali bersedih cepat!" ucap Ummi dengan penekanan disetiap ucapannya.

"Huh untung saja sayang, coba kalau engga udah Azka biarin aja tuh Ara," ucap bang Azka sambil berjalan menjauhi ummi yang masih berdiri di taman belakang.

"Azka, Ummi dengar setiap ucapanmu ya!" Teriak Ummi membuat bulu pundak Azka berdiri.

💐💐💐💐

Ditempat lain pikiran Radit saat ini sedang kacau, bagaimana tidak anak buahnya memberitahu jika malam ini akan ada acara khitbah dikediaman rumah Az-Zahra. Hatinya terbakar api cemburu karena tidak bisa mendapatkan cinta dari Ara, tapi lelaki mana yang akan menjadi pendamping hidup Az-Zahra.

"Arghh,, ini engga bisa dibiarin. Zahra itu hanya milik gue, engga ada seorang lelaki pun yang bisa mendapatkan Zahra selain gue. Lihat saja pernikahan kalian akan gagal, tenang saja Zahra sayang sebentar lagi saya akan mendapatkanmu dengan cara apapun itu."

Radit mengambil kunci mobil dan ponselnya lalu lelaki itu keluar dari apartemennya untuk sekedar mencari udara segar, Ia tidak rela jika wanita yang selama ini dicintainya menjadi milik orang lain. Sebuah ide gila muncul di dalam benaknya, Radit langsung menelpon anak buahnya untuk sekedar bertemu di tempat biasa.

💐💐💐

Malam harinya keluarga Azzam sudah sampai dikediaman Az-Zahra, kedua orang tua Ara menyambut hangat kedatangan calon besannya itu. Memang kedua keluarga itu sudah kenal satu sama lain, setelah bersalaman dengan kedua orang tua Azka. Kedua mata Azzam menyusuri ruang tamu dimana semua orang telah hadir kecuali, Az-Zahra yang belum berada di tempat itu.

Azka menghampiri Azzam dan memberikan pelukan pada sahabatnya itu yang sebentar lagi akan menjadi adik iparnya, Abi menyuruh Farida untuk memanggil Ara di dalam kamarnya. Dengan senang hati istri dari Azka pun berjalan menuju kamar adik iparnya itu, setibanya di depan pintu kamar ternyata Az-Zahra sudah berdiri dengan balutan gamis berwarna lavender tak lupa Khimar berwarna hitam yang membuat Ara semakin anggun.

"Masya Allah, cantik sekali kamu Ara. Pasti nih calon suami kamu akan semakin jatuh cinta, ayo kita kebawah semuanya sudah menunggu kamu dibawah," ucap Kak Farida sambil merangkul bahu Ara dan melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

Sepanjang jalan menuruni anak tangga Ara selalu menundukkan pandangannya, kedua orang tua Azzam tersenyum saat melihat kedua wanita berbeda usia itu menuruni anak tangga. Sementara Azzam sejak tadi merasakan irama jantungnya berdegup sangat kencang, dengan memakai kaos berwarna biru tidak lupa dengan Jake kulit berwarna coklat yang dipakai olehnya. Aura ketampanan Azzam malam ini semakin meningkat, siapa saja yang melihatnya malam ini pasti akan terpesona.

Saat Ara sudah sampai diruang tamu, Ummi menghampirinya dan membawa Ara pada bangku disamping Abi. Ummi terus saja menggenggam jari Ara dengan erat, seakan menyalurkan kekuatan pada putri semata wayangnya itu.

"Masya Allah, Zam, kamu engga salah pilih memberikan calon menantu secantik ini pada Ummah. Bi, lihatlah betapa cantik parasnya calon menantu kita," ucap Ummah pada Abi dan Azzam.

"Ummah, sudah jangan memuji calon Azzam secara berlebihan," ucap Azzam dengan senyuman.

Azzahra yang mendengar suara tidak asing ditelinga nya sontak langsung memandang seseorang dihadapannya itu, pandangan keduanya beradu. Ya rabbi, kejutan apa lagi yang engkau berikan pada hambamu ini. Ketika Ara sudah memasrahkan semua jalan takdir ini sesuai dengan kuasamu, tapi engkau malah mempertemukan kami berdua malam ini.

"Assalammualaikum Az-zahra, bagaimana kabarmu?" ucap Azzam dengan senyuman dibibirnya.

"Wa,, waalaikumussalam, kabar Ara baik. Abi, Ummi, bisakah kalian menjelaskan ini semua. Kenapa ada keluarga Pak Azzam malam hari ini ?" tanya Ara dengan muka polosnya.

"Mangkannya jangan terlalu lama mengurung di dalam kamar, kedua orang tua Azzam malam ini datang dengan niat baik untuk mendengar jawaban atas khitbahnya terhadapmu beberapa waktu lalu yang Abang sampaikan. Apakah kamu lupa, dek?" tanya Azka pada adik kesayangannya itu.

"Iya memang Ara sudah mempunyai jawaban atas khitbah itu, tapi kenapa ada keluarga Pak Azzam disini ? Dan dimana Akhi yang akan melamar Ara ?" Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari bibir manis Az-Zahra.

"Aduh adik Abang yang paling cantik tapi otaknya lemot, jadi gini beberapa waktu lalu memang Abang sudah bertemu kembali dengan Azzam. Dan dia melamarmu langsung ke Abang, bahkan Abi dan Ummi sudah Abang beri tahu terlebih dahulu. Sengaja kami semua merahasiakan siapa lelaki yang akan menjadi calon suamimu itu," ucap bang Azka dengan senyuman seakan mengejekku.

"Astagfirullah Abang, engga usah pakai disebut juga kalau Ara lemot!" Ketus Ara dengan muka yang ditekuk.

"Walaupun kamu lemot tapi saya mencintaimu karena Allah, Az-Zahra. Maukah kamu menjadi calon ibu dari anak-anak saya kelak," ucap Azzam dengan senyuman.

"U,, ummi," lirih Ara dengan menatap kedua orang tuanya.

"Semua jawaban ada di kamu, nak, apalagi calon suamimu ini baik hati dan akhlaqnya sangat mulia. Ummi yakin kalian berdua akan menjadi suami istri yang satu sama lain menutupi kekurangannya masing-masing bahkan bisa mendidik penerus bangsa dan agama dengan baik, umur Ummi dan Abi memang sudah tua hanya tinggal Ara saja yang belum menikah. Kami ingin disisa masa tua melihat Ara hidup bahagia," ucap Ummi dengan senyuman tak lupa usapan di pipinya.

"Baiklah Ummi, Bismillahirrahmanirrahim. Saya Az-Zahra dengan ini menerima lamaran Bapak Muazzam Al firdaus untuk menjadi calon imam Ara."

Semua orang mengucap hamdallah, Azzam sampai meneteskan air mata bahagianya itu. Penantiannya selama ini akhirnya tercapai juga, walaupun merasakan perang batin untuk mengungkapkan isi hati pada Azka akhirnya semuanya usai sudah. Tinggal selangkah lagi tujuannya untuk menjadikan Az-Zahra seutuhnya menjadi istri Azzam.

"Barakallah, selamat ya Zam. Akhirnya antum bukan lagi menjadi sahabat ane, melainkan adik ipar. Oh iya ane mohon jangan sakiti hati Ara, jika dia punya salah bimbing menjadi istri yang Soleha. Antum sangat pantas mendapatkan hati adik ane," ucap Azka sambil memeluk Azzam menuangkan rasa bahagianya.

Ummah menautkan cincin emas dijari manis Ara, sementara Ummi menautkan cincin perak dijari manis Azzam. Setelah acara tukar cincin selesai, selanjutnya disambung dengan acara persiapan pernikahan yang akan dilaksanakan sebulan kedepan.

Kedua orang tua Azzam malam hari ini memang hanya melamar Ara secara formal dan tertutup, niatnya dua Minggu dari sekarang mereka semua akan kembali untuk membawa seserahan berikut dengan kebutuhan yang akan diperlukan untuk kedua mempelai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro