Bab 3 Jawaban atas Doa Di sepertiga Malam

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dalam hadits disebutkan, dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Tiga golongan; Allah pantas menolong mereka. (Di antaranya), seseorang yang menikah untuk menjaga kehormatan dirinya.” (Hadits hasan, Shahihu al Jami’, 3050)

💐💐💐💐💐

Dering ponsel Azzam membuyarkan pikirannya, Ummi Zahira yang dari tadi melihat anaknya melamun sambil memangku laptopnya hanya menggelengkan kepalanya. Sudah beberapa hari ini putra kesayangannya terlihat sibuk dengan beberapa berkas hasil kerja keras anak didiknya itu, Ummi sudah menegur Azzam untuk tetap mementingkan kesehatannya. Walaupun anaknya itu seorang dosen, tetapi kesehatan adalah hal yang paling utama.

Azzam langsung meraih ponselnya dan menekan tombol hijau tanpa melihat siapa yang menelponnya di pagi hari.

"Assalammu'alikum, Afwan dengan siapa ?" Tanya Azzam pada seseorang disebrang sana.

"Ck,, Azzam, ini saya Azka. Hanya menyampaikan ucapan Az-Zahra sewaktu sarapan tadi, untuk membahas perihal khitbahmu itu. Ara bilang dia sudah mempunyai jawabannya, dan Abi bilang tiga hari dari sekarang kami mengundang keluargamu untuk datang kerumah," ucap Azka lalu memikirkan ekspresi sahabatnya itu.

"Benarkah itu Ka, oke In Syaa Allah malam Ahad nanti Ana bersama keluarga akan datang kerumah antum. Dan katakan pada Ara, saya akan tetap menunggu dia sampai kapanpun itu."

"Baiklah, nanti akan ana sampaikan padanya. Kalau begitu saya pamit dulu karena ingin berangkat kerja sambil mengantar Ara ke ketempat kajian , Assalammu'alikum."

Setelah Azka mematikan sambungan telponnya, Azzam langsung menghampiri Ummi Zahira lalu memeluk dan menciumi pipinya.

"Sepertinya anak Ummi sedang bahagia saat ini, katakanlah nak ada kabar bahagia apa sampai-sampai kau seperti anak kecil," ucap Ummi Zahira sambil mengusap kepala Azzam.

"Alhamdulillah, ummi doa Azzam disepertiga malam tidak sia-sia. Ara sudah mendapatkan jawaban atas khitbah ini, keluarga Azka meminta kita untuk datang kerumahnya tepat tiga hari dari sekarang, doakan Azzam ya ummi semoga dialah jodoh yang telah Allah siapkan untuk putramu ini," ucap Azzam dengan muka yang sulit untuk diartikan.

"Maa Syaa Allah, Tabarakallah nak, semoga apa yang kamu doakan di sepertiga malam Allah kabulkan dalam waktu dekat. Ummi jadi tidak sabar ingin melihat calon menantu Malam ahad nanti, yasudah kalau begitu kamu siap-siap untuk pergi ke kampus bukannya hari ini ada jadwal mengajar ya?" Tanya ummi pada anak semata wayangnya.

"Astagfirullah, hehehe Azzam lupa Ummi.  kalau begitu Azzam siap-siap dulu yah. Ridhoi jalan Azzam untuk melangkah menuju bahtera rumah tangga ya ummi," ucap Azzam sebelum naik ke lantai dua dimana kamarnya itu berada.

"Tentu sayang, ummi akan mendoakan yang terbaik untuk Azzam. karena kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan ummi juga," lirih Ummi sambil menghapus air matanya yang terjatuh.

💐💐💐

Sementara ditempat lain, Az-Zahra tengah berlari di koridor kampus sambil membawa hasil skripsi yang sudah disusun dan tak lupa memasang jam tangannya. Jika bukan karena mobil Azka yang mogok pasti dirinya tidak akan telat bimbingan seperti ini, apalagi hari ini setelah sebelumnya menghubungi dosen killer itu untuk bertemu sekedar memeriksa hasil penelitiannya yang sudah tuntas. Andai saja Ara bisa meminta pada dosen-dosen lainnya untuk membimbingnya dia tidak akan menjadi seperti ini, semua dosen sudah memiliki jadwal bimbingan dengan mahasiswa/i lainnya.

Hanya tinggal Dosen kiler itu saja yang mau menjadi dosen pembimbing nya, sesampainya di kantin Ara langsung mendapat senyuman dari kedua sahabatnya yang sudah menunggu sejak tadi, sementara di belakang kedua sahabatnya itu sudah ada laki-laki yang mencintai Ara terang-terangan sejak semester awal.

"Ra, itu Radit dari tadi memperhatikan kamu tuh. Dari kemarin dia menanyakan kamu terus bahkan nih ya, lelaki itu ada niatan langsung datang ke rumahmu untuk melamar," ujar Tasya salah satu sahabat Ara, sementara Dini hanya menganggukkan saja ucapan temannya itu.

"Benar banget tuh Ra, apa sih kekurangan dari Radit. Dia udah baik, tampan, man-," ucapan Dwi terpotong karena Ara.

"Dia memang baik, tampan, dan pintar. Tapi apakah akhlaknya juga baik seperti yang kalian ucapkan, Ara tidak mau salah memilih calon suami untuk masa depan. Apalagi mencari calon imam pilihan itu ibarat cerminan diri kita sendiri, dan satu hal lagi bahwa Ara tidak mempunyai perasaan apapun pada Radit. Hanya sebatas teman tidak lebih dari itu, jadi Ara mohon untuk tidak membahas masalah ini lagi!" Perintah Ara.

Menikah adalah ibadah terlama kita sepanjang hidup dan seorang suami merupakan pemimpin yang akan membimbing kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT oleh karena itu sangat penting memilih calon suami sesuai dengan syariat Islam.

Nabi SAW bersabda:

إِذَا أَتَا كُمْ مَن تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُن فِتْنَةٌ فِى اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ

“Jika ( seorang lelaki) datang ( untuk meminang anak perempuan kamu) dan kamu berpuas hati dengan agamanya serta akhlaknya, nikahkanlah ia ( dengan anak perempuan kamu). Jika hal itu tidak kamu lakukan maka akan terjadi fitnah di (muka) bumi.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA).

💐💐💐

Azzam yang baru saja sampai di kampus lalu berjalan memasuki ruangan dosen untuk mengambil buku yang akan dia bawa ke kelas, sementara Fathur sahabat dari Azzam melihat lelaki itu yang baru saja sampai dengan jahilnya merangkul dari belakang dengan senyuman di bibirnya.

"Tumben zam, antum baru sampai? Biasanya sebelum ana sampai ruangan antum sudah ada di sini, malah sudah siap-siap untuk di temui sama calon istri antum?" Tanya Fathur sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Aduh Thur, ana tadi kesiangan sebelum berangkat kesini dapat telpon dulu dari seseorang. Masih pagi antum udah gibah aja, lebih baik urusi sana Andini. Katanya antum mau khitbah dia masa sampai saat ini belum juga, nanti kalau udah ditikung dalam sepertiga malam orang lain baru tahu rasa," ucap Azzam langsung berjalan dengan sedikit berlari sebelum melihat kemarahan sahabatnya itu.

"Azzam, Tunggu kamu!!" Teriak Fathur dari ruangan dosen sementara Azzam hanya tertawa disepanjang lorong menuju kantin untuk sekedar mencari sarapan.

Saat kedua kakinya melangkah memasuki kantin, sayup-sayup Azzam mendengar percakapan ketiga mahasiswinya itu. Senyuman terukir di bibirnya, bahagia sekali saat mendengar pembicaraan Ara dengan sahabatnya. Akhlaq mulia yang sudah tertanam dari diri Ara sejak kecil sesuai dengan didikan kedua orang tuanya, membuat Azzam kagum dengan anak didiknya itu.

Fathur yang baru saja memasuki kantin melihat sahabatnya yang berdiri tidak jauh dari tempat duduk Ara, dengan senyuman jahil Fathur menghampiri meja Ara dan membuat sedikit drama dengan mahasiswinya itu.

"Assalammualaikum Ara," ucap Fathur dengan senyuman di bibirnya.

"Wa'alaikumusalam, Pak Fathur ?" tanya Az-Zahra tidak percaya saat melihat sahabat dosen pembimbingnya itu ada di hadapannya.

"Iya Ara, gimana skripsi kamu apakah sudah mendapatkan ACC dari Azzam?" tanya Fathur sambil memasukkan kedua tangan di sisi saku celananya.

"Sudah sampai tahap Bab 4 Pak, sekarang rencana mau bimbingan lagi untuk Bab 5. Doakan kami agar cepat selesai dan dapat mengikuti wisuda tahun ini."

"Aamiin, kalau begitu semangat ya Ara, tenang saja nanti pak Azzam pasti mempermudah calon istrinya untuk segera lulus kok. Benar tidak Azzam ?" tanya Fathur kepada sahabatnya sambil menaikan kedua alis.

"Sebentar, kok pak Fathur bilang ke Ara calon istrinya Pak Azzam ?" tanya salah satu sahabat Ara.

"Sudah-sudah jangan di dengarkan ucapan Pak Fathur, beliau memang selalu seperti ini. Oh iya setelah ini Ara, kamu bisa ke ruangan saya untuk bimbingan dan saya periksa hasil dari kerjaan kamu!" Perintah Azzam lalu meninggalkan meja dari mahasiswinya itu.

"Yaelah Zam, baru juga sebentar malah udah mau ditinggalin aja itu meja. Lagi tanggung nih," ucap Fathur dengan terkikik.

"Lebih baik kita mencari sarapan di tempat lain saja, mulutmu lemes sekali sih Thur. sudah tahu ana sengaja tidak memberitahu Ara masalah niat baik saya, antum malah bilang calon istri segala. Sengaja ana mempermudah Ara untuk penelitian dan mengurus skripsinya tapi antum argh." Azzam meremas kuat bahu Fathur hingga sahabatnya itu meringis kesakitan.

"Aww, Zam sakit loh ini," ucap Fathur dengan ringisan di wajahnya.

Azzam langsung melepaskan tangannya dan meninggalkan area kantin tanpa sepatah kata apapun pada Fathur. Sedangkan ditempat lain, Ara memikirkan perkataan dari Pak Fathur perihal calon istri dosennya itu. Tetesan air mata membasahi pipi Ara, entah kenapa saat mendengar ucapan calon istri terbesit rasa tidak suka jika Pak Azzam akan menikah sebentar lagi, ada apa dengan perasaannya itu. Memang selama hampir 6 selalu bersama dengannya untuk sekedar bimbingan saja, tapi perhatian dan kelembutan dari Pak Azzam itu tidak bisa untuk dilupakan walaupun sebelumnya Ara berpikir bahwa dosennya itu sangatlah killer.

"Ra, kamu engga apa-apa?" tanya Tasya pada sahabatnya itu.

"Eh, engga kok, tadi cuman kelilipan aja. Oh iya Dwi, kemarin bimbingan sama Pak Azzam sudah sampai Bab mana ?" tanya Ara merubah topik pembahasan.

"Masih di Bab 3 Ra, dari kemarin selalu salah. Tapi Dwi sangat kagum loh sama Ara yang sudah menyelesaikan seluruh penelitian ini, bahkan sudah mau ke tahap akhir," ujar Dwi dengan senyuman.

"Yaiyalah orang kamunya aja malas-malasan untuk revisi, berbeda halnya dengan Ara yang memang niat untuk segera lulus."

"Ye orang kamu juga Sya, di Bab 4 belum tuntas kan!" ucap Dwi dengan nada ketus.

"Sudah-sudah, kalian ini selalu saja debat masalah kecil. Yang terpenting niat kita sama, untuk lulus dan ikut wisuda tahun ini," ucap Ara melerai perkelahian kedua sahabatnya.

💐💐💐

Setelah meninggalkan kantin Azzam langsung saja mengoreksi beberapa hasil analisis dari mahasiswi yang lainnya, fokusnya mulai teralihkan saat memandangi Poto Az-Zahra yang ada dalam pigura di sudut meja sahabatnya itu.

"Zam, bagaimana dengan jawaban dari Ara? Apakah dia sudah menjawab dari khitbahmu?" pertanyaan demi pertanyaan terucap dari mulut Fathur yang penasaran.

"Doakan saja nanti malam Ahad saya dan keluarga akan mensahkan acara khitbah ini, sebelumnya ana hanya meminta izin pada kakaknya saja. Dan baru akan mendapatkan jawaban setelah acara khitbah itu berlangsung, ana sudah melaksanakan shalat istikharah namun jawaban yang Allah berikan hanyalah bayangan wajah ayu Azzahra."

"Ana doakan semoga berhasil acaranya, biar antum engga kesepian lagi kalau memeriksa hasil laporan analisis mahasiswi antum," Fathur tertawa melihat perubahan ekspresi sahabatnya itu.

Azzam memang tipe orang yang tidak terlalu terbuka pada siapapun kecuali Fathur sahabatnya semenjak lulus dari pondok pesantren hingga mereka berdua kembali menuntut ilmu yang sama di Kairo, lelaki itu yang selalu menemaninya dalam suka dan duka. Oleh sebab itu Azzam tidak pernah canggung untuk mencurahkan isi hatinya pada sahabatnya itu, sementara di tempat lain Dini dan Dwi mereka melihat perubahan ekspresi Az-Zahra saat akan memasuki ruangan dosen pembimbingnya itu.

Ara sedikit ragu untuk memasuki ruangan itu, karena beberapa waktu perempuan itu pernah mendengar perbincangan Azzam dengan Fathur saat membahas tentang khitbah. Alasan utama yang membuat Ara menerima pinangan dari ikhwan yang mengajukan khitbah pada kakaknya itu tanpa pikir panjang pun dia terima, bukan karena dia tidak mencintai Azzam tetapi mencoba mengikhlaskan yang belum menjadi miliknya.

Kecewa itulah pasti yang Ara rasakan saat ini, tetapi untuk apa dia bersedih berlarut-larut jika Allah tidak mengijinkan mereka bersatu. Dengan hembusan napas perlahan, Ara dan kedua sahabatnya memasuki ruangan Azzam dengan pandangan yang menunduk.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم

Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro