5. tree house.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lea!"

Lea menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Irsyad sang pemilik suara. Langkah kakinya terhenti sembari menunggu Irsyad yang menghampirinya dan menunggu apa yang ingin pria itu sampaikan.

"Lo malam nanti sibuk, nggak? Jalan yuk!" Irsyad berucap spontan, membuat Lea mengernyit bingung.

"Lo ngajak gue jalan?" Lea menunjuk dirinya sendiri. Memastikan telinganya tidak salah dengar.

Irsyad menangguk mantap. "Mau, kan?"

"Ke mana?"

"Tempat yang nggak bikin lo boring pokonya. Mau kan, lo?" Irsyad terlihat antusias.

Lea mengangguk pelan, setuju dengan ajakan Irsyad. Lagipula, ia tidak ada acara malam ini. Sementara Irsyad, tersenyum bahagia melihat respon Lea.

"Jam tujuh malam nanti gue jemput lo. Lo adiknya Zidan, kan?" Lea hanya mengangguk sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan Irsyad dengan senyum yang masih terpatri sampai sebuah tepukan di bahu kirinya menyadarkan.

"Lo suka sama tuh cewek?" Beno bersuara.

Irsyad hanya tersenyum lebar menganggapi pertanyaan Beno. Membuat Beno dan kedua teman yang datang bersamanya bergidik ngeri.

"Dih ... kerasukan, lo!" cetus Gema.

Mengabaikan cercaan ketiga temannya, Irsyad berlalu sebelum berkata, "Udah ayo! Gue teraktir lo semua."

Ketiga temannya antusias. Bagaimanapun, gratisan tetap nomer satu.

*****

Sekolah kini sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar dikarenakan semua guru sedang rapat.

Hal yang dilakukan oleh Lea hanya duduk di taman belakang sekolahnya sembari mendengarkan lagu yang keluar dari earphone yang ia kenakan.

Bersama dengan sebuah buku sketsa dan sebuah pensil. Lea mulai menggambar setangkai bunga mawar dan menuliskan beberapa kalimat di bawah gambarnya.

Setelah selesai ia merobek kertas sketsa tersebut dan membuangnya. Hal yang selalu Lea lakukan setelah selesai menggambar.

Kembali bersandar pada bangku taman dan sesekali bersenandung. Seketika sekelibat bayangan tentang dirinya yang ditampar oleh Fasha, papanya, berputar di otaknya. Lea pun tertawa miris melihat dirinya yang benar-benar buruk.

"Gue boleh duduk di sini?" Alfa berucap dan datang secara tiba-tiba yang membuat Lea terlonjak kaget.

Lea menatap tak suka ke arah Alfa. "Lo itu emang kaya setan, ya? Muncul di mana-mana."

Alfa hanya tertawa mendengar ucapan Lea, yang membuat Lea menjadi semakin kesal. "Lo bisa nggak si, sehari aja, jangan bikin gue kesal?"

"Enggak." Alfa menjawabnya dengan santai.

Alfa kini menarik sebelah earphone yang dikenakan oleh Lea dan memasangnya di salah satu telinganya, yang membuat Lea mendengus kesal kearahnya.

"Lo suka Billie Eilish?" tanya Alfa dan Lea pun mengangguk.

"Billie Eilish pernah gak jadi dirinya sendiri, dan itu yang gue rasain sekarang."

Seketika Lea sadar apa yang akan ia ucapkan. Ia segera menatap kesal kearah Alfa. "Lo itu pakai pelet apasi? Kenapa setiap sama lo gue selalu ngomong jujur?"

Alfa yang mendengar pertanyaan Lea hanya tertawa. Menurutnya Lea itu lucu. Wajahnya sangat polos tapi kelakuannya begitu nakal.

"Rambut lo emang aslinya merah apa gimana?" Alfa mengalihkan pembicaraan.

Lea pun menyentuh rambutnya kemudian melihatnya. "Aslinya blonde. Gue cat jadi merah biar keliatan kaya singa."

"Nggak cocok sama muka lo. Jatuhnya bukan kaya singa, malah kaya anak kucing," ujar Alfa yang lagi-lagi membuat Lea kesal.

"Lo nanti malam ada acara? Mau gue ajak jalan," ujar Alfa.

"Nggak bisa. Udah ada janji sama Irsyad," jawab Lea yang membuat ekspresi wajah Alfa berubah.

"Oh," ucap Alfa.

Sial, Alfa cemburu.

*****

Sepulang sekolah lagi-lagi Lea dibuat malas oleh dua pria yang kini berebut ingin mengantarnya pulang, padahal dirinya sudah menolak keduanya. Siapa lagi jika bukan si ketua OSIS dan kapten basket?

"Lo nanti malam mau jalan, kan, sama Lea? Sekarang biar gue yang antar Lea pulang!" ucap Alfa yang masih menarik tangan Lea.

"Eh, nggak bisa gitu! Gue duluan yang ketemu Lea. Main nikung aja lo kayak pembalap!" balas Irsyad tak mau kalah.

"Berisik anjing!" bentak Lea yang membuat kedua pria itu diam.

"Kalau lo berdua masih ribut, gue nggak bakal mau ketemu lo berdua lagi," ancam Lea. "Dan lo," ucapnya sembari menunjuk Irsyad. "Kalau lo masih bacot. Gue nggak bakal mau jalan sama lo nanti malam."

Kedua pria itu diam sesaat. Sampai akhirnya Alfa kembali membuka suara, "Jadinya lo pulangnya sama gue kan?"

Mendengar ucapan Alfa, Irsyad kembali mengeluarkan suaranya dan menarik tangan Lea. "Enak aja. Lo mending urusin anak-anak OSIS yang banyak pansos sana."

Lea rasanya benar-benar ingin menenggelamkan dirinya kedasar bumi saat ini juga. Belum lagi kedua tangannya yang ditarik ke kanan dan ke kiri.

"Minggir lo berdua!"

Suara berat tersebut membuat Alfa dan Irsyad melepaskan tangan mereka dari pergelangan tangan Lea.

Zidan datang tiba-tiba, kemudian menarik tangan Lea membawanya ke parkiran sebelumnya berujar, "Lea pulangnya sama gue."

Lea kini sedang menunggu Zidan mengeluarkan motornya. Tidak butuh waktu lama, motor Zidan kini sudah terparkir di samping tubuh Lea.

"Naik," ujarnya dan Lea pun segera menaiki motor itu.

Motor kini sudah meninggalkan sekolah. Membelah padatnya jalanan ibu kota. Bukannya menuju arah rumah. Zidan justru membawa Lea kearah tempat yang paling Lea benci.

"Turun, Lea." Zidan bersuara yang membuat Lea mau tidak mau turun dari motor kakak laki-lakinya itu.

"Lo kenapa bawa gue ke sini?" tanya Lea.

Bukannya menjawab. Zidan justru membawa Lea memasuki daerah hutan tersebut. Membawanya menuju tanah lapang yang terdapat sebuah rumah pohon.

"Remember this?" tanya Zidan sembari menunjukan sebuah bola basket kepada Lea.

Lea hanya mundur ke belakang, membalikan badannya dan berucap, "Gue mau pulang aja."

Baru saja membalikan badan. Zidan sudah menarik tangan Lea yang membuat dada gadis itu bertabrakan dengan dada Zidan.

Lea hanya bisa menangis ditempatnya. "Mau lo itu apa si, Dan?"

Zidan menarik dagu Lea dan tatapan mata mereka pun bertemu. "Stop jadi orang lain, Lea!"

"Lo yang bikin gue kaya gini! Lo yang ninggalin gue, Dan!" ucap Lea masih dengan air mata yang terus mengalir.

"Lo tau apa yang gue benci dari lo?" Zidan berucap lemah. "Gue benci lo yang selalu bertindak untuk bikin orang lain ngebenci lo, Lea!"

"Gue mau pulang," ujar Lea dengan nada lemah.

"Lo inget sama rumah pohon itu?" Zidan menunjuk kearah rumah pohon yang terlihat tidak terawat.

"Rumah yang selalu jadi tempat gue pulang kalau gue abis berantem., dan lo, lo orang yang selalu ngobatin luka-luka gue disana."

"Gue mau pulang," lirih Lea.

"Lo masih ingat isi rumah pohon itu?" tanya Zidan lagi. "Isinya gambar-gambar lo. Gambar muka gue, muka Mama dan Papa, muka kita. Lo kan yang selalu gambar itu dan nempelin di rumah pohon itu?"

"Stop making everyone hate you!"

Lea hanya diam. Tidak menjawab apa-apa. Tubuhnya lemas. Ia memang merindukan masalalunya, tetapi dirinya tidak ingin mengulang masalalu itu.

"Gue bukan Lea yang selalu menggambar di rumah pohon itu," ujarnya.

Bersambung...

W udh jd anak sma dong😎

Gak bisa bersin tuh rasanya sakit banget anjir :(

Sesuai yang gue bilang. Gue bakal fokus kecerita ini dulu baru kecerita yang Mrs.Robot.

Follow instagram:
@rizqia08
@senjaberakhir_

ID Line:
itsqia_

Next? Vomment.

Sunday, Juli 14, 2019
11.22 AM

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro