S e m b i l a n b e l a s

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

19. Sakit

Kenzie menatap beberapa pesan masuk dari Rara. Cowok itu melirik ke arah Kiara yang masih tertidur di tempatnya.

Buru-buru, cowok itu bangun, kemudian menghubungi Rara yang jauh di sana.

"Zi, bisa ketemu? Ada yang mau gue omongin. Gue di depan gang kontrakan lo."

Kenzie mematikan ponselnya tanpa mengatakan apa-apa. Jujur, bayangan semalam masih teringat jelas di kepalanya.

Hampir saja. Ia hampir saja merusak gadis itu.

Ia melirik ke arah Kiara lagi. Tanpa aba-aba, Kenzie memilih meraih jaket kemudian berjalan keluar dari kontrakan.

Di depan gang sana, Rara berdiri seraya menatap ponselnya sendiri.

Kenzie berjalan ke arahnya. Ia sedikit canggung, mungkin.

"Ada apa, Ra?"

"Eh, gue kira lo gak akan mau ketemu sama gue," ujar Rara basa-basi.

Kenzie menghela napasnya pelan. Ia menatap khawatir ke arah kontrakannya, ia takut Kiara tiba-tiba keluar dan melihatnya bersama Rara.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Kenzie.

"Soal kemarin malem, gue minta maaf."

Kenzie mengangguk pelan. "Gue juga minta maaf udah sentuh setengah tubuh lo. Jujur, gue gak bisa kontrol diri gue kemarin," jawab Kenzie.

"Gak papa. Oh iya, lo udah sarapan? Gak sekolah?" tanya Rara.

"Kayaknya hari ini gue gak sekolah. Gue mau ke bengkel aja," jawab Kenzie.

Rara tersenyum dan mengangguk. Gadis itu menatap leher Kenzie yang terdapat bekas kecupan  Rara kemarin. "Zi, leher lo …."

Kenzie sontak menyentuh lehernya. "Kenapa?" tanya Kenzie panik.

"Ada bekas …."

"Kakak, ngapain di sini?"

Kenzie terperanjat kaget. Cowok itu berbalik, di belakang sana … Kiara berdiri dengan cardigan yang gadis itu kenakan.

Kiara melingkarkan lengannya pada lengan Kenzie posesif. Ia memberanikan diri menatap Rara, "Kakak habis dari mana mau ke mana? Kenapa bisa sama Kak Kenzie?" tanya Kiara.

"Gue …."

Kiara mendongak, matanya memicing menatap leher Kenzie.

Hatinya mendadak nyeri. Itu … David pernah meninggalkan itu di leher Kiara saat kejadian itu.

Apa … Kenzie melakukannya juga dengan Rara? Pikirannya mendadak kacau.

Lampu kamar kontrakannya memang redup, jadi Kiara juga tak terlalu memperhatikan Kenzie kemarin.

"Kenapa lo liat gue gitu?" tanya Kenzie.

Kiara melepas lengannya yang awalnya melingkar pada lengan Kenzie.

Gadis itu tersenyum tipis, "Aku kayaknya mau ke warung dulu. Kakak mau ikut sarapan sama kita?" tanya Kiara menatap Rara.

Rara menggeleng pelan. "Gue … gue duluan." Rara memilih pergi meninggalkan Kiara dan juga Kenzie.

Kiara masih diam. Tak tahu apa yang harus ia tanyakan atau apa yang harus ia lakukan pada Kenzie sekarang.

Kiara sadar diri, jika ia marah pada Kenzie karna itu, ia takut Kenzie membalikan fakta tentang Kiara juga.

"Ra, lo kenapa?" tanya Kenzie.

"Kakak pulang, mandi, terus sekolah. Aku mau beli sarapan buat kita," ujar Kiara.

"Gue gak sekolah hari ini."

Kiara kembali canggung. Gadis itu mengangguk kaku dan memilih pergi meninggalkan Kenzie.

Kenzie masih diam di tempatnya seraya menatap punggung Kiara yang mulai menjauh.

Cowok itu mengusap wajahnya pelan. "Apa Kiara denger semuanya?" gumam Kenzie.

***

"Ra, kita harus ngomong."

"Ngomong aja, Kak."

Kiara masih sibuk memasak. Kenzie yang merasa kesal, langsung mematikan kompor. Cowok itu menarik tangan Kiara agar gadis itu duduk di depannya. "Lo kenapa?" tanya Kenzie.

"Kak, aku harus masak."

"Lo kenapa?"

Kiara menghela napasnya. Gadis itu menggeleng. Tatapannya kembali terarah pada leher Kenzie.

Matanya memanas, ia mengigit bibir bawahnya sendiri.

"Ra, lo nangis?" Kenzie kaget tangannya terulur mengusap pelan pipi Kiara.

Kiara menunduk, gadis itu menepis tangan Kenzie pelan. "Aku mau lanjut masak."

"Ra, ngomong. Gue gak suka lo diem pas ada masalah. Lo kenapa?"

"Kakak yang lakuin, harusnya Kakak yang paham kenapa aku kayak gini."

Mendengar ucapan Kiara, cukup membuat Kenzie diam seribu bahasa. Apa Kiara benar-benar mendengar percakapannya dengan Rara tadi? Pikirnya.

Kenzie menarik napasnya pelan. "Oke, gue salah. Gue minta maaf, Ra. Gue gak bisa kontrol diri gue kemarin."

"Lo denger omongan gue sama Rara?"

Kiara tak mendengar sama sekali. Tapi, ia memilih diam tak menjawab. Ia ingin tahu apa yang akan Kenzie ucapkan setelahnya.

"Ra … gue minta maaf. Gue udah jadi suami yang buruk buat lo. Kemarin …."

Kenzie menatap wajah Kiara. Cowok itu menjilat bibir bawahnya sendiri yang terasa kering. "Kemarin gue … sama Rara hampir ngelakuin hubungan suami isteri."

Deg

Air mata yang tadinya Kiara tahan, kini meluncur begitu saja di pipinya. Gadis itu diam mematung.

"Ra, gue minta maaf."

Kiara masih diam. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan sekarang. Bibirnya terasa kelu, ia kaget.

"Ra jangan diem, ayo ngomong sesuatu." Kenzie mengusap air mata Kiara yang terus menerus mengalir.

Cowok itu menarik Kiara dan memeluknya. Namun, Kiara hanya diam, tak membalas tak juga berontak.

"Maaf, Ra, Maaf. Gue tau gue salah, gue minta maaf." Kenzie mengecup puncak kepala Kiara berkali-kali.

"Aku kira Kakak beneran cinta sama aku."

"Gue cinta sama lo, Ra." Kenzie semakin mengeratkan pelukannya.

Kiara terisak. "Aku tahu aku gak suci, tapi aku juga gak mau suamiku melakukan hal itu sama perempuan lain, Kak."

"Ra, gue khilaf."

"Jangan ngomong gitu."

Kiara mengigit bibir bawahnya semakin kuat. Dadanya sesak demi apapun.

"Kemarin itu cuman khilaf, Ra. Gue beneran gak ada niat buat lakuin hal itu ke Rara. Tapi beneran gak sampe inti, Ra. Gue berani sumpah."

Kiara hendak menjauhkan tubuhnya dari Kenzie. Namun, Kenzie enggan melepaskan Kiara. "Ra, jangan gini."

"Gue bener-bener minta maaf."

"Maafin gue yang masih belum bisa jadi suami yang baik buat lo. Maaf, Ra, maafin gue."

Kenzie kembali mengecup pelan puncak kepala Kiara. "Kasih gue kesempatan buat jadi suami baik, tolong."

"Ra, jangan diem. Gue butuh jawaban lo."

TBC

Gak tau feelnya dapet atau nggak wkwk

Gimana perasaannya setelah baca part ini?

Ada yang ingin disampaikan untuk Kiara

Kenzie

Rara

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro