S e p u l u h

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

10. Rencana

Kiara dan juga Kenzie diam saat orang tua mereka berbicara dengan beberapa guru di ruang BK.

Kenzie menggenggam tangan gadis itu menenangkan. Siangnya, Bu Reni langsung menghubungi orang tua Kenzie dan memintanya ke sekolah. Begitu juga dengan Mamanya Kiara.

"Kami sudah memutuskan, dan mohon maaf. Kiara terpaksa kami keluarkan."

Air mata Kiara lolos begitu saja. Gadis itu menatap wajah Ibunya yang memasang wajah terkejut.

Sejak pembahasan tadi, Bi Dedeh hanya diam. Begitu juga Malik, ia tak mengeluarkan suara sedikitpun.

"Kenzie, Kiara, Papa tunggu di rumah." Malik beranjak, "Ayo, Bi."

Bi Dedeh beranjak, keduanya berpamitan pada guru di sini. Setelahnya, mereka pergi meninggalkan Kenzie dan juga Kiara yang masih duduk di tempatnya.

"Kalau gitu, kami juga permisi, Bu."

Kenzie langsung menarik Kiara dan mengajaknya pergi meninggalkan ruang BK.

Saat melewati koridor, semua mata langsung tertuju pada mereka. Sudah dapat dipastikan, beritanya pasti langsung menyebar.

"Zi, gimana?"

Kenzie menatap Nakula dan juga Ayla secara bergantian. Kedua remaja itu menatap Kenzie meminta jawaban.

Kenzie mengangkat bahunya, ia hendak mengajak Kiara pergi. Namun, Ayla menahannya. "Zi," panggil Ayla.

"Apa lagi, Ay? Gue cape. Gue udah ditunggu sama Papa di rumah. Udah, ya?" Kenzie melepas tangan Ayla yang masih menahannya.

Cowok itu langsung menarik Kiara.

***

"Sekarang gimana?"

Kenzie hanya diam. Cowok itu kembali menatap kosong ke arah depan.

Di sampingnya, Kiara menunduk. Gadis itu tak mampu mengeluarkan air matanya lagi. Ia rasa, sudah terlalu banyak air yang keluar dari matanya selama beberapa minggu ini.

"Kenzie, jawab Papa!"

"Kenzie harus gimana lagi, Pa? Udah gak ada pilihan lain kecuali Kenzie nikah sama Kiara."

Hanin mengusap bahu Malik pelan. Wanita itu mengangguk pelan. Ia sudah pasrah, ini semua terjadi mungkin karna salahnya juga.

Mungkin, ia yang terlalu lalai mengurus Kenzie. Ia yang kurang memperhatikan pergaulan putranya.

"Bi Dedeh, Malik bener-bener minta maaf sama apa yang terjadi sekarang."

Bi Dedeh hanya diam dan tersenyum tipis. Ingin marah juga sudah tak ada gunanya, semuanya sudah terjadi.

"Papa kecewa sama kamu Kenzie."

"Papa selalu kecewa sama semua yang Kenzie lakuin," jawab Kenzie.

Cowok itu membuang arah pandangnya enggan menatap ke aarah Malik.

"Lusa kalian nikah, Papa yang urus semuanya."

Kiara hanya diam, ia tak mampu berkata apa-apa lagi. Kenzie, ia masih tak habis pikir dengan cowok itu.

Ia rela dimarahi oleh orang tuanya demi bertanggung jawab pada Kiara.

"Bi, Bibi gak papa, Kan?" tanya Malik lagi memastikan.

"Semuanya udah kejadian, Den. Bibi gak bisa ngelarang keputusan Aden," jawab Bi Dedeh.

Dan hari ini, Kiara mengecewakan semuanya. Ibunya, majikannya, dan juga Kenzie. Ia menghancurkan masa depan cowok itu.

Apa Kiara bisa?

Apa bisa ia hidup dengan rasa bersalah yang hinggap dihatinya setelah menikah dengan Kenzie nanti?

***

"Kalau Kakak ragu, kita bisa batalin, Kak. Masih ada waktu dua hari buat cari keberadaan Kak David."

Kenzie menatap Kiara tajam. "Gak usah nyebut nama dia, Kiara."

Keduanya tengah duduk di balkon kamar Kiara. Setelah pembicaraan tadi, mereka sudah sepakat akan menikahkan Kiara dan juga Kenzie lusa nanti.

Kiara benar-benar putus sekolah. Ia benar-benar kehilangan semuanya.

Ia sudah mengecewakan Ibunya yang sudah berusaha keras banting tulang untuknya.

"Kakak, anak ini bukan anak Kakak. Masa depan Kakak masih panjang, cukup aku yang putus sekolah, toh … ini juga kesalahan aku, aku—"

"Lo gak salah. Lo nolong adik gue, udah cukup. Nyokap, Bokap, gue udah buat keputusan."

Kenzie membuang napasnya kasar. Cowok itu memejamkan matanya kuat, "Harusnya gue gak pergi waktu itu, Ra. Mungkin, semua ini gak akan terjadi."

"Dan Ayla yang jadi korban?" tanya Kiara.

Kenzie diam, cowok itu memejamkan matanya kuat. Ia ragu sekarang, jika suatu hari David datang dan ingin bertanggung jawab pada Kiara, bagaimana?

Apa Kiara akan menerima cowok itu dan meninggalkannya?

"Ra, lo gak ada perasaan sama David?"

"Ada," jawab Kiara.

Kenzie menatap gadis itu kaget. Kiara—menyukai David? Apa mereka melakukan itu atas dasar suka sama suka?

"Perasaan benci. Aku benci sama cowok yang lari dari tanggung jawab, dari perilaku dia yang hampir melecehkan Ayla, dia termasuk laki-laki yang gak menghargai perempuan, Kak," sambung Kiara.

"Kalau gue?" tanya Kenzie.

Kiara menatap cowok itu kaget. Kenzie? Apa? Apa maksudnya?

"Kalau gue? Lo suka sama gue?"

Napas Kiara tercekat, ia menatap mata itu yang memancarkan sebuah harapan. Suka pada Kenzie? Kiara tidak tahu.

Selama ini, ia cukup sadar diri dengan derajat mereka yang berbeda.

Kiara mengalihkan pandangannya tak menjawab.

"Gak papa, gue ngerti. Gue dulu kasar banget sama lo, mana mungkin lo suka sama cowok kasar kayak gue."

"Awalnya aku mikir gitu, ternyata gak semua orang kasar itu jahat, Kak. Kita gak bisa nilai orang lewat covernya doang, termasuk aku."

Kiara menarik napasnya pelan, "Kakak yang aku kira bakal jadi orang yang jahat buat aku, ternyata malah berbalik Jadi pelindung aku sekarang. Makasih, Kak."

Kenzie tersenyum tipis. Ia senang ketika Kiara menganggap Kenzie sebagai pelindung untuk gadis itu.

Ia harap selamanya begitu.

"Kalau suatu hari nanti David balik dan berniat bertanggungjawab, dan lo udah jadi isteri gue, apa yang bakal lo lakuin?"

"Kalau dia bertanggung jawab atas aku kayaknya gak mungkin, kalau dia tanggung jawab atas dasar seorang Ayah ke anaknya, aku gak akan mungkin ngelarang, Kak."

Kiara menatap Kenzie dan tersenyum, "Kalau posisinya Kakak udah jadi suami aku, buat apa aku minta David buat nikahin aku?"

TBC

Ada yang kangen? Berapa lama gak update? Wkwk

Ada yang ingin disampaikan untuk Kiara

Kenzie

Semoga sehat selalu ya temen-temen! See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro