T u j u h

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

7. Lelaki manapun

Kiara menunduk. Gadis itu tak berani menatap ke arah majikannya yang sudah duduk di sofa lain.

Tak lama, Kenzie datang bersama dengan Ayla. Wajah cowok itu terlihat datar, memandang Kiara tanpa minat sedikitpun.

Kenzie duduk di samping Kiara.

"Jelasin," ujar Malik.

Cowok itu menahan perasaannya yang mendadak campur aduk. Ia melirik Kiara yang terlihat takut.

"Kejadiannya waktu pulang dari pasar malem, bulan lalu," kata Kenzie.

Ayla dan Kiara mendadak menatap Kenzie kaget. Apa cowok itu akan membongkarnya sekarang?

"Assalamualaikum."

Seisi ruangan mengalihkan pandangan mereka ke arah pria yang baru saja datang.

Dia adiknya Malik. Leo namanya.

"Waalaikumsalam."

"Ada apa?" tanya Leo menatap satu persatu orang yang terlihat diam.

Pria itu duduk di samping Hanin. "Lanjut, Zi," kata Malik tanpa menjawab pertanyaan Leo.

Mata Kenzie memanas menahan amarah yang bergejolak di dalam dirinya. Ia tidak salah! Tak seharusnya ia bertanggung jawab atas ini, batinnya berteriak.

"Kenzie lakuin itu sama Kiara di rumah Nakula. Dan itu Kenzie yang paksa," sambung Kenzie.

Hanin membuang arah pandangnya. Ia kecewa.

Leo yang mengerti dengan pembahasan ini, menatap lekat ke arah Kenzie. Ia merasa ada yang janggal.

"Lo gak bohong?" tanya Leo tidak yakin.

Ayla terperangah, gadis itu sontak menatap Kenzie khawatir. Takut Kenzie membocorkan semuanya, dan berakhir Kiara yang diusir.

Kira sudah cukup tersiksa karna ulah Ayla, jangan lagi.

"Gak sama sekali."

Malik hendak melayangkan pukulan. Namun, hal itu ditahan oleh Leo. "Jangan gegabah! Abang lakuin itu sama Kenzie, malah ngerusak mental dia!"

Leo pernah berada di posisi Kenzie. Dihakimi tanpa tahu apa alasan sebenarnya seperti apa.

Malik kembali ke tempat duduknya.

"Sekarang gue tanya sama lo. Lo mau tanggung jawab sama apa yang udah lo perbuat, Zi?" tanya Leo.

Kenzie menatap Ayla, menarik napas panjang cowok itu mengangguk. "Iya," jawabnya.

"Nggak, Kakak gak pernah—"

"Gue minta maaf karna gue ngancem lo sebelum ini, Kiara. Gue berubah pikiran, gue bakal tanggung jawab." Kenzie memotong perkataan Kiara.

Kiara bingung. Mengancam? Kenzie tak pernah mengancamnya sama sekali. Bahkan, melakukan hal itu pada Kiara saja ia tak pernah.

Mengapa Kenzie harus melakukan ini semua?

"Lo tau kewajiban jadi suami itu apa?"

"Jadi imam yang baik—"

Kenzie menarik napasnya pelan, "—Ngasih nafkah."

Ia ingin menangis rasanya. Apa harus ia mempertaruhkan masa depannya sekarang?

Kenzie mungkin mencintai Kiara. Tapi jika begini ceritanya, Kenzie juga merasa kecewa.

Cowok itu memejamkan matanya kuat. Air matanya tanpa sadar menetes.

"Lo siap buat itu?" tanya Leo lagi.

Kenzie menatap Leo dengan pandangan kosong. "Siap gak siap, Kenzie harus siap."

"Gue bantu lo, lo bisa kerja di bengkel gue."

Hanin beranjak, wanita itu langsung masuk ke dalam kamarnya. Malik yang melihat itu langsung mengikuti langkah isterinya.

Ini resiko yang harus Kenzie terima. Orang tuanya sudah jelas merasa kecewa sekarang.

Tapi ini juga demi Ayla.

Leo mendekat, "Lo bisa ceritain semuanya sama gue. Gue tau lo bohong," kata Leo.

Ayla langsung duduk di samping Leo dan memeluknya. Dia menangis, Kenzie sendiri masih diam dengan pikirannya sendiri.

"Kenapa Kakak harus lakuin ini?" tanya Kiara.

Kenzie tak menjawab, cowok itu beranjak kemudian pergi begitu saja meninggalkan Kiara, Leo, dan juga Ayla.

Leo mengusap rambut milik Ayla. "Apa yang sebenernya terjadi, Ay?" tanya Leo.

Tapi Ayla enggan menjawab, gadis itu memilih bungkam dengan apa yang terjadi.

***

"Ibu malu sama Non Hanin, sama Den Malik, Ra."

Kiara menangis. Gadis itu meremas ujung bajunya. Perbincangan di ruang tamu tadi terdengar oleh Ibunya.

Bi Dedeh terus menerus menangis. Masih tak menyangka dengan apa yang terjadi pada putrinya.

"Kenapa kamu mau-maunya lakuin hal kayak gitu sama Den Ezi, Kiara?"

Kiara menggeleng. Tidak, Kenzie tidak salah. Kiara saja masih bingung dengan apa yang Kenzie lakukan.

Bertanggung jawab atas sesuatu yang sama sekali tak Cowok itu lakukan padanya.

"Ibu mau ke kamar." Bi Dedeh beranjak kemudian pergi begitu saja meninggalkan Kiara.

Kiara menangis, ini bahkan masih awal. Kiara belum tahu kedepannya akan bagaimana.

Jika benar ia hamil, ia yakin cacian dan makian akan ia dapatkan setiap harinya nanti.

"Jangan cengeng."

Kiara mendongak, gadis itu menatap wajah datar Kenzie yang entah sejak kapan sudah berada di sana.

Tangan cowok itu terulur mengusap pipi Kiara. "Gue udah tau semuanya."

"Anggap aja ini pertanggungjawaban gue sebagai permintaan maaf, sama ungkapan terimakasih karna lo udah nolong Ayla."

Kenzie menjauhkan tangannya, "Dan ini pure hanya karna itu. Gak usah banyak berharap sama gue."

"Makasih. Tapi Kakak gak usah lakuin Ini semua, aku bakal cari Kak David—"

"Sepengen itu lo nikah sama dia? Ah, atau lo beneran suka sama dia? Makannya lo berkedok jadi penolong buat Ayla? Padahal lo seneng?"

Kiara menggeleng, "Biar kaya gimanapun, Kakak gak salah. Aku juga belum tentu hamil, Kak. Kalaupun iya, orang yang harus tanggung jawab atas ini ya Kak David. Bukan Kakak."

Kenzie mengepalkan tangannya. Cowok itu beranjak, "Gue udah janji sama Ayla. Mau gak mau, gue harus nikah sama lo. Gue bukan tipe orang yang ingkar janji."

"Kak—"

Kenzie menyentuh rahang Kiara. Cowok itu mendekatkan wajahnya kemudian menyatukan bibirnya dengan bibir gadis itu.

Rasanya ia masih tidak rela dengan ini. Bukan dia yang pertama, sudah ada orang lain yang melakukan ini pada Kiara.

Kenzie menjauhkan wajahnya, "Lo denger?"

"Jangan cari cowok manapun selama gue masih bisa penuhin semua keinginan lo, Kiara."

TBC

#KiaraKenzie
#KiaraDavid

Kesan setelah baca part ini?

Ada yang ingin disampaikan untuk Kiara

Kenzie

Ayla

Leo

Btw kangen Leo gak? Insyaallah setelah ini Leo bakal sering muncul wkwk:3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro