Chapter 1. Loyalitas Pada Bestie

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Princess, temani mama mu hari ini ke salon," ujar Kaivan-Sang Ayah kandung pada putri satu-satu dan amat ia sayangi, Princess Trisha Sudimoro.

"Don't call me princess, Dad!" protes sang anak.

"Papa enggak salah memanggil Princess, itu namamu," jelas Kaivan santai.

Saat ini, mereka sedang sarapan bersama di akhir pekan yang tenang. Kaivan lebih memilih berdiam diri di rumah saja, menikmati hari tenangnya. Ia menyuruh istri tercintanya-Gemala berjalan-jalan dan melakukan perawatan diri bersama putri mereka.

"Itu terdengar seperti gadis manja yang mengganggu!"

"Papa justru ingin kamu seperti gadis manja pengganggu itu, dibandingkan seperti sekarang yang lebih senang membuat 'warna berbeda' di kehidupan kami," ujar Kaivan.

"Boring!" ejek Princess-maksudnya Trisha.

Gadis itu, lebih senang dipanggil dengan nama tengahnya, Trisha. Terdengar lebih kuat dan mandiri, kan?

Begitulah menurutnya.

Gemala-Sang Ibu, hanya sebagai penonton seraya menyeruput teh hangatnya. Ia tahu sekali, Princess akan menjawab semua ucapan Kaivan. Mungkin Kaivan bisa bersikap tenang menghadapi putrinya yang sering membuat 'warna berbeda' alias masalah itu. Tidak dengan Gemala. Ia tidak memiliki kesabaran seluas samudera seperti Kaivan.

"Sudah. Princess, hari ini kamu temani mama. Tidak ada penolakan," timpal Gemala.

"Aku akan ikut, kalau berhenti memanggilku dengan sebutan Princess."

"Tidak akan! Kamu akan menjadi Princess kami sampai kapan pun, bahkan sampai rambut kamu memutih, kamu tetap Princess kami," jelas Gemala tegas.

Trisha memutar bola matanya malas, sebagai jawaban dari ucapan Kanjeng Ratu di rumah ini.

***

Di sinilah Sang Princess akhirnya, duduk manis seraya melihat pantulan dirinya di cermin, melihat rambut panjangnya sedang di-blow dengan cantiknya. Ia baru saja mengganti cat rambut, kini rambutnya berwarna cokelat caramel. Setelah bosan dengan warna rambut highligt merah muda, kini ia ingin tampil normal.

Ibunya masih melakukan creambath, seraya terpejam keenakan, karena bagian pundaknya sedang dipijat oleh yang menanganinya.

Kemudian ponsel Trisha berbunyi, nama Alicia-sahabat dekatnya muncul di layar ponselnya.

"Halo," sapa Trisha.

"Trish ... Rio ... gue ... dia jahat, Trish," ujar Alicia di sebrang sana dengan suara nangis tersedu-sedu.

"Apaan, sih?! Ngomong yang jelas, stop dulu nangisnya!" keluh Trisha dengan perasaan kesal dan tak sabaran.

"Roy selingkuh."

"Elo tahu dari mana?" tanya Trisha.

"Gue tadi lihat sendiri, Roy ngajak cewek seksi ke mobil berdua," jelas Alicia masih dengan suara tangisnya.

"Elo tenang dulu, ya? Gue lagi temenin nyokab dulu, nanti gue ke rumah elo. Jangan melakukan apa pun dulu ke Roy. Alicia dengar gue?" tanya Trisha.

"Iya," jawab Alicia. Setelahnya, sambungan pun terputus. Trisha yang masih belum selesai di-blow sudah merasakan emosi yang meluap-luap. Ia tidak suka jika sahabatnya disakiti. Ia harus memikirkan perhitungan yang tepat untuk Rio.

Setelah mereka selesai di salon, Trisha langsung berpamitan dengan ibunya.

"Ma, aku mau ke rumah Alicia, ya."

"Princess, kita mau makan," balas Gemala.

"Maaf, Ma. Ini urgent, menyangkut hidup dan matinya pacarnya Alicia. Aku naik taksi saja, mama makan saja ditemani Parto," ujar Trisha seraya melenggang pergi meninggalkan ibunya di depan salon.

"Princess, papa akan marah nanti kalau kamu ninggalin mama," ancam Gemala.

"Bye, Ma!" Trisha pun melesat pergi turun melalui tangga jalan. Seraya memesan taksi online, ia harus segera sampai di tempat Alicia berada.

***

Trisha sampai di sebuah cafe. Alicia masih mengikuti kemana Roy-kekasihnya pergi bersama wanita seksi. Diluar dugaan Trisha, ia pikir Alicia sedang meratapi dirinya dan menangis sesegukan. Ternyata sahabatnya lebih tertarik menjadi detektif dadakan.

Ponsel Trisha berdering kembali untuk kesekian kalinya, tetapi ia tak berniat mengangkatnya. Terlihat nama di ponsel, siapa yang menghubunginya.

"Itu bokap elo, angkat, Trish," ujar Alicia.

"Enggak usah. Dia pasti marah, karena gue ninggalin nyokab di mal," jelas Trisha, ia lalu me-non aktifkan ponselnya. Mengganggu kegiatan mengintai lelaki brengsek saja!

"Itu! Lihat, kan! Roy menggandeng mesra wanita itu. Enggak mungkin itu saudara atau adik perempuannya," tunjuk Alicia saat target baru saja akan keluar dari cafe yang sama.

Mereka mengendap-endap ikut keluar dan menuju mobil Alicia. Rencana kali ini, mengikuti target ke lokasi berikutnya. Trisha yang menyetir mobil Alicia, ia mengikuti mobil sedan putih Audi R8 yang berisi Roy.
Tiga puluh menit kemudian, mobil tersebut memasuki komplek perumahan elit dan tidak jauh dari sana, mobil berhenti di depan sebuah rumah besar.

Alicia dan Trisha memarkirkan mobil agak jauh dari sana, mencari titik aman. Mereka mengawasi gerak-gerik Roy dari dalam mobil. Lalu, Roy mencium bibir wanita seksi tersebut sebelum si wanita memasuki rumahnya. Wajah Roy sangat sumringah. Berbeda sekali dengan Alicia. Gadis itu langsung menangis setelah melihatnya. Trisha hanya bisa diam. Kemudian mereka mengikuti Roy kembali.

Di dalam mobil, Trisha hanya mendengar suara tangisan Alicia dan makian yang ditujukan untuk pria brengsek tadi. Trisha masih diam, ia sedang memikirkan untuk membalas Roy.

Mobil keduanya akhirnya berhenti di sebuah rumah besar lainnya, cat rumah tersebut dominan dengan warna putih, pagar hitam dan beberapa lis berwarna hitam. Tampak mewah dan megah. Mungkin Roy bertandang ke rumah teman prianya yang sama-sama brengsek seperti dirinya.

Alicia sudah mulai tenang, ia bertanya apa yang harus ia lakukan pada Roy. Trisha masih diam, sedang memikirkan sesuatu yang bisa membuat Roy menyesal. Ia benci tukang selingkuh.
Tangan Trisha turun ke area bawah jok, ia mencari-cari sesuatu. Lalu iaendapati sebuah linggis di sana.

"Trish, mau apa?" tanya Alicia ketakutan.

"Kita akan membuat Roy membayar mahal ini semua," ujar Trisha sembari tersenyum santai.

Ia pun keluar dari mobil Alicia dan berjalan menuju rumah mewah tersebut yang kebetulan sekali, pagarnya terbuka. Di sana sedang banyak mobil mewah lainnya terparkir. Entahlah, mungkin ada pesta? Trisha tidak peduli.

Netranya fokus pada mobil Audi R8 putih tadi. Kemudian ia langsung berhenti di depan mobil tersebut, ia pandangi sebentar mobil itu. Mobil yang sangat cantik.

Trisha langsung menghantamkan linggis tadi ke lampu depan mobil dengan keras. Alarm mobil langsung berbunyi sangat kencang. Trisha tidak peduli. Ia melanjutkan menghantamkan linggis ke kaca depan mobil hingga hancur dan bagian lainnya. Pria brengsek, tukang selingkuh, harus membayar mahal ini semua.

Bunyi alarm mobil yang keras, membuat penghuni rumah mewah tersebut keluar. Trisha melihat ada dua pria yang keluar, salah satunya tentu saja Roy.

"SIALAN! HENTIKAN!" maki seorang pria satunya. Bertubuh tinggi dengan paras yang tidak jelek. Trisha tersenyum lalu mengacungkan jari tengahnya kepada dua pria tersebut dan berjalan cepat menuju mobil Alicia.

Roy hanya bisa menjambak rambutnya sendiri melihat mobil mewah milik Naga dihancurkan oleh seorang wanita yang sialnya, Roy mengenalnya.

*sayang banget, mobil cantik gini dihancurkan oleh si Princess ☹️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro