Aku dan Kamu adalah Satu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sehari sebelum tanggal 23 Januari Wei Wuxian sudah membuat Jiang Cheng pusing dengan pertanyaan yang menurutnya sangat menyusahkan otak kesendiriannya ini. Ayoklah kenapa harus pusing demi sebuah acara merayakan ultah seorang Lan Wangji berikan sajalah every day is everday begitulah pemikiran Jiang Cheng. Tapi tetap saja Wei Wuxian Menyangkal hal tersebut dengan alasan "ini hari special dan kita belum pernah merayakan dengan benar, Jiang Cheng." Helaan nafas Jiang Cheng dan gelengan kepala menandakan lelahnya berdebat dengan si idiot ini. Bukannya Jiang Cheng tidak tahu betapa rumit dan penuh rintangannya hubungan saudara tercintanya ini (Uhuk).

"Apakah ini karena masa lalu kalian yang belum selesai?"

"Aku tidak tahu, Jiang Cheng.", ia hanya menghela nafas sambil mengenang masa lalu dimana hubungan mereka sangat tipis, bahkan bisa hancur dengan mudahnya jika salah satu dari mereka tidak segera mencoba untuk keluar dari kesalah pahaman yang ada.

Wei Wuxian adalah salah satu murid yang bisa dibilang membangakan walau dengan segudang kenakalan remaja yang masih wajar. Sedangkan Lan Wangji ibarat seorang murid teladan seorang bagaikan pangeran yang bahkan kehadirannya mampu meluluhkan hati para wanita dan mebuat iri para pria tentang waras sertas kepintaran otaknya. Mereka bagai air dan minyak bahkan tidak akan bisa bersatu ataupun larut bersama entah takdir apa Wei Wuxian selalu menempel dan tidak pernah puas menganggu atau menjahili sang pangeran es julukan dari para wanita untuk Lan Wangji. Sepertinya pemadangan seperti ini selalu terlihat tidak asing bagi mereka.

"Lanzhan ... apakah kau tidak bosan?"

Lang Wangji hanya menatap sebentar ke arah Wei Wuxian lalu melanjutkan membaca bukunya, seperti biasa mengabaikan kehadiran sesosok makhluk yang kadang menganggu konsentrasi otaknya. Ia curiga Wei Wuxian telah mendukuni dirinya.

Wei Wuxian yang kesal diabaikan menemukan ide untuk menganggunya. Untunglah mereka sedang ada di ruang perpustakan yang sepi serta Lang Wangji sebagai murid yang di wajibkan menjaga perpusatakan setiap hari senin ini. Ia teringat ini adalah hari ultah Lazhan, oke bagaimana dia bisa tahu? Tentu saja dia melihatnya tidak sengaja saat dulu. Sesungguhnya Wei Wuxian bukan tipikal orang yang akan mengingat tentang hal ini tapi jika berurusan dengan Lang Wangji semua itu terasa hal yang penting. Ia berjalan keluar sambil tak sengaja melihat dua ekor kelinci yang berbeda warna di halaman sekolah. Seingatnya tidak pernah ada makhluk seperti ini di sini, tanpa pikir panjang dirinya mulai memungut dan menemukan ide untuk menganggu sang rival tersayang.

"Lanzhan Lanzhan Lanzhan!"

Wei Wuxian berusaha untuk mendapatkan perhatiannya tapi sayang sekali masih belum membuat sang pangeran es tersebut tergerak melihat atensinya. Akhirnya ia mulai menaruh dua kelinci diatas meja sambil mengatakan.

"Apakah kau ingin mencoba kelinci bakar, Lanzhan?"

Lang Wangji segera memberikan pandangan tidak percaya terhadap Wei Wuxian yang ingin membunuh makhluk imut begini.

"Weiying ... Membunuh binantang dan memanggang sembarangan seperti ini tidak boleh."

"Hm... baiklah tapi maukah kau memeliharanya? jika tidak aku akan memanggangnya dengan Jiang Cheng mungkin dia ingin makan kelinci bakar."

"Mn.."

"Lanzhan artinya iya atau tidak?"

"Iya."

Jawaban singkat tersebut membuat Wei Wuxian tertawa karena ia sangat tahu Lanzhan itu sangat lemah terhadap sesuatu hal yang imut dan kecil seperti ini. Entah ada dorongan apa Wei Wuxian mendekat dan berbisik di dekat kuping Lang Wangji.

"Happy Brithday Lan Er Gege."

Lang Wangji yang mendapat sebuah serangan tiba-tiba merasakan fungsi jantungan selalu tidak berjalan normal jika berhadapan sedekat ini dengan Wei Wuxian (itu cinta nak). Wajahnya memang tak menujukan rona merah tapi kupingnya sudah berwarna merah. Wei Wuxian yang melihat itu berusaha menahan tawanya bukannya Lanzhannya ini sangat imut sekali.'Haah bagaimana bisa seseorang yang membosankan begitu menyenangkan untuk hatinya sekarang.'

Lang Wangji kembali pulang kerumah mebawa dua kelinci yang menurutnya sangat aneh karena dua-duanya jantan walau begitu ia menghargai pemberian dari Wei Wuxian. Bahkan sang kakak menatapnya dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

"Wangji, sudah pulang? lalu kelinci itu?" ada sedikit jeda setiap kata yang terlontar dari mulut Lan Xichen.

"Mn.."

Bagaikan radar penerjemah khusus setiap perkataan singkat dari adik kesayangannya otak Lan Xichen mengartikan bahwa itu adalah hadiah, tapi dari siapa? seingatnya Wangji itu jarang memilki teman dekat tapi melihat dari bentukan kedua kelinci yang berwana hitam dan putih hanya satu nama terlintas diotaknya 'Wei Wuxian'.

"Teman mu Wei Wuxian yang memberikan?"

'Wangji tidak menjawab tapi wajahnya terlihat bahwa perkataanku benar. Sepertinya Wangji memang menyukai Wei Wuxian'

Lan Xichen hanya tersenyum melihat perubahan demi perubahan pada sesosok adiknya ini, sebenernya Wangji tidak sedingin itu hanya saja dia memang kurang bisa mengekpresikan dirinya. Lan Xichen teringat bukannya ini hari ulang tahun adiknya hampir saja dia melupakannya, ia sudah menyiapkan setidaknya hadiah dan juga makanan kesukaan Wangji. Walaupun ia tahu Wangji tidak suka merayakan ulang tahunnya karena bertepatan perginya sang ibu dan juga ayahnya sangat tidak begitu suka merayakannya tapi tak pernah mengatakan lansung semua terlihat jelas dengan tidak hadirnya kedatangannya setiap tanggal tersebut. Lan Xichen hanya mengulas senyum pahit.

Wei Wuxian semenjak kejadian di perpustakaan tadi membuatnya ingin merayakan ulang tahun Lang Wangji dengan lebih special instingnya mengatakan bahwa si tembok itu pasti tidak pernah merasakan merayakan ulang tahun dengan temannya. Ia menemukan ide bahwa akan membuat ulang tahun Lang Wangji yang berbeda dan terkenang, Wei Wuxian menghubungi orang terdekatnya yang juga sedikit dekat dengan Lang Wangji.

Senyum merekah di bibir Wei Wuxian saat berjalan menuju rumah Lan Wangji, sebenarnya ini bukan yang pertama tapi mengingat ini hari special Lang Wangji ia merasa lebih bersemangat. Setelah memencet pintu bel dan menunggu seseorang membukakan pintu. Wei Wuxian berharap-harap cemas semoga pak tua Qiren tidak di rumah, bisa mati dia.Sepertinya doanya terkabul kakak Lang Wangji yang membuka pintu, hembusan nafas lega akhirnya.

"Kak Xichen, Lanzhan ada?"

"Tentu saja ada, Masuklah."

Seperti rumah sendiri dan hapal letak kamar Lan Wangji, kakinya menutut kedepan pintu kamar bahkan tanpa mengetuk dirinya sudah menerobos masuk.

"Kosong."

Apakah Lanzhan sedang mandi, baiklah aku akan menunggu lagipula anak-anak yang lain masih sibuk mendekorasi untuk salah satu ketua osis terbangga ini.

Lang Wangji yang baru selesai mandi dikejutkan oleh sesosok manusia tidak tahu diri walau dia memang sudah terbiasa akan kehadirannya tapi tetap saja jantungnya selalu tidak sehat ini menganggu setiap sosok itu muncul.

"Weiying..."

Seperti sebuah kaset rusak ia terkejut sangat melihat penampilan Lan Wangji yang hanya mengenakan handuk di sebatas pinggangnya.

'Oh tuhan kenapa Lanzhan begitu sexy. oke tunggu apakah aku gay? tidak-tidak Lanzhan memang lelaki mengerikan bahkan melihat dirinya seperti ini otakku ingin menyerangnya.'

Bagaikan magnet tanpa sengaja tubuh mereka mendekat hanya sedikit lagi menyisakan jarak, Wei Wuxian sebagai orang yang pertama kali sadar mulai menjauhkan diri -tapi sayang sang penulis cerita menginginkan adega sedikit dramatis. Entah karena keseimbangan dirinya yang tiba-tiba goyah membuat dirinya tanpa sengaja memegang sesuatu yang sepertinya salah dipegang yang membuat sang pemeran tokoh utama pria yang seumur hidupnya belum pernah merasakan hal seintim ini merasa kotor.

"AH- LANZHAN"

"WEIYING!!!"

Adegan tersebut berhasil membuat kedua insan tersebut terjebak dalam ketegangan situasi. Wei Wuxian berusaha untuk mencairkan suasana tegang tersebut tapi sepertinya ia kehabisan ide sampai membuatnya tanpa sadar dari tadi Lang Wangji sudah berpakain dengan rapih.

"Weiying.."

" Ah iya Lanzhan, soal tadi tolong lupakan aku tidak sengaja. Ya ampun Lanzhan aku tidak akan menceritakan pada siapapun bahwa kau pernah memegang penismu. Oke Lanzhan dengarkan bahwa kau tidak usah malu kau bisa memgang punyaku juga. Oh iya punyamu lebih besar jadi tidak usah malu."

Wei Wuxian ingin mengubur dirinya karena mengatakan segala sesuatu tanpa pikir panjang. Bahkan sekarang ia bisa melihat telinga Lanzhan memerah dan tangannya mengepal sangat kuat.

'Matilah Lanzhan akan membunuhku'

Lang Wangji yang terserang shock atas pernyataan sangat tidak bermoral kelaur dari bibir We Wuxian hanya bisa mengeluarkan kata-kata andalannya.

"Tak tahu Malu."

Beruntunglah Handphone Wei Wuxian berbunyi membuat sang empu ingat akan keberadaanya disini untuk menyeret Lan Wangji ke dalam acara special ulang tahunnya. Tanpa sadar tangannya menarik Lang Wangji seakan melupakan segala kejadian yang tadi.

"Tidak ada waktu, ayok ikut denganku Lanzhan."

Sebelum mulutnya memprotes segala hal Wei Wuxian sudah menariknya sampai di ujung pintu keluar rumahnya, untung saja Lan Xichen menghentikan sebelum Wei Wuxian berhasil menculiknya.

"Kak Xichen aku pinjam Lanzhan ya?" Wei Wuxian memberikan tatapan dan berusaha bertelepati agar dia berhasil menculik dan menjalankan misi mulia ini. Beruntung kakaknya Lanzhan terbiasa untuk peka terhadap segala jenis telepati.

Lang Wangji yang melihat kakaknya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa sampai membuat kepalanya sakit.

"Kakak.."

"Bersenang-senang lah Wangji, oh iya Wei Wuxian jangan pulang larut."

Setelah melewati rintangan serta perdebatan sepanjang jalan Wei Wuxian berhasil membawa Lan Wangji ke sebuah tempat dimana semua teman-temannya berkumpul.

"Lang Wangji Happy Brithday."

Semua serentak mengucapkan selamat ulang tahun. Lang Wangji tidak menyangka ulang tahun kali ini terasa berbeda dia sangat terharu masih ada beberapa orang yang peduli padanya. Seingatnya mereka tidak terlalu dekat dulu tapi semenjak dia bertemu dengan Wei Wuxian segala sesuatunya berubah dan dirinya tersadar bahwa ia telah jatuh hati pada pria ini.

Perayaan pesta ini lumayan meriah dan sederhana sesuai dengan kepribadiaan Lan Wangji, bahkan dia dengar ini semua direncanakan oleh We Wuxian. Sepertinya laki-laki itu tanpa sadar hafal dengan kesukaan dan tidak kesukaanya. Ketika keadaan sudah mulai tidak terlalu berpusat kepadanya. Lang Wangji mecari keberadaan sosok menyebalkan pria yang telat merebut hatinya ini.

"Weiying ... Terima Kasih." Ujarnya tulus dengan seulas senyum tipis di wajahnya.

Wei Wuxian tidak pernah melihat Lanzhan tersenyum itu berdampak pada hatinya yang tiba-tiba berdetak dengan cepat.

'Sudah ku duga Lanzhan adalah laki-laki berbahaya yang dapat menaklukan pria maupun wanita'

Wei Wuxian mengelengkan kepalanya mencoba merangkai kata untuk menyampaikan segala yang ingin disampaikan tapi terasa sulit, jadi dia memilih untuk memeluk Lang Wangji sangat erat. ia tersadar selama ini dia menyukai Lang Wangji hanya saja terus menyangkalnya. Setelah beribu kata di otaknya ingin dikeluarkan, hanya beberapa kata ini saja yang keluar dari bibirya.

"Aku berharap akulah orang yang special dihidupmu"

Setelah kejadian tersebut hubungan mereka tidak terlalu berubah hanya saja agak terlihat lebih mesra bahkan tersiar kabar bahwa mereka memang memiliki hubungan lebih. Tapi maupun Lanzhan atau Weiying tidak membenarkan atau menyangah gosip yang bertebaran seperti itu sampai akhirnya sebuah badai datang.

Wei Wuxian menghilang tanpa ada kabar hanya terdengar kabar bahwa keluarganya kecelakaan menyebabkan Wei Wuxian Shock berat hal ini terjadi bertepatan dengan ulang tahun Lang Wangji dan untuk kesekian kalinya dirinya di tinggal seseorang yang berhargad dihidupnya tepat ditanggal kelahiranya.

Semenjak itu Lang Wangji tidak pernah merayakan ulang tahunnya, seseorang yang dulu membangkitkannya telah hilang lalu apalah arti sebuah tanggal kelahiran.

Wei Wuxian tersadar dari lamunannya ketika Jiang Cheng memberika minum.

"Minumlah."

"Kau tahu Lang Wangji terlihat tidak peduli bukan berarti dia tidak ingin, ia melakukan itu untuk menjaga perasaanmu. Bukankah seharusnya kalian saling mencoba untuk maju. kalian masih terjebak ketakutan yang sama."

Tersadar dengan ucapan Jiang Cheng sepertinya Wei Wuxian tahu hal apa yang akan dia lakukan saat pulang nanti, karena sebenernya itu sangat sederhana.

Setelah berbincang dengan Jiang Cheng Wei Wuxian kembali kerumah. Ini sudah cukup larut malam sepertinya Lang Wangji menunggunya pulang. Ia teringat setelah menghilang lalu mereka kembali lagi Lang Wangji selalu melanggar jam tidurnya padahal dulu Lang Wangji buruk dalam begadang. Wei Wuxian berjalan mendekati sang suami yang masih berkuta dengan laptopnya sepertinya sengaja mengerjakan tugas kantor sambil membunuh waktu menunggu kepulangannya.

"Lanzhan aku pulang." ucapnya sambil mendudukan diri diatasnya.

Wei Wuxian paling nyaman bersandar di dada sang suami mendengar detak jantungnya membuatnya nyaman serta belaian lembut dirambutnya.

"Weiying, lelah?"

ia mengelengkan kepalanya dan memeluk erat sang suami menandakan dirinya membutuhkan afeksi ini lebih, Lanzhan yang mengerti hanya bergumam dan melanjutkan mengelus rambutnya sambil memeluk erat.

"Lan Er Gege Happy Brithday" , bisiknya sambil mengecup bibir sang suami tercintanya.

Lanzhan yang sedikit kaget mendengar hal yang selama ini dia tunggu terdengar kembali dari mulut seseorang yang dicintainya.

"Mn"

Terdengar jawaban yang singkat tapi Lanzhan sudah mengecup kening, mata , hidung, pipi serta bibir suami tercintanya.

"Terima kasih Weiying."

Wei Wuxian menghembuskan nafas berat terasa ingin menangis tapi dia tidak ingin merusak moment ulang tahun Lanzhan dengan air mata dan kesedihan.

"Maafkan aku, mari kita lupakan yang lalu dan melanjutkan lebih baik , Aku ..."

Sebelum Wei Wuxian melanjtkan perkataan selanjtnya bibirnya sudah dibungkam oleh bibir Lang wangji. Mereka berciuman tapi ciuman kali ini berbeda sangat lembut seperti Lang Wangji menyalurkan segala sesuatu yang dipikirkan We Wuxian tidak akan pernah terjadi.

" Weiying ... Aku dan Kamu adalah Satu."

Satu kalimat yang membuat Wei Wuxian memeluk erat tubuh sang suami, bagaimana bisa dia mendapatkan seseorang seperti dia. Wei Wuxian merasa sangat beruntung bahkan rasanya dia tidak akan bisa hidup tanpa Lang Wangji.

"Sudah ku bilang, beritahu aku sebelumnya jika ingin mengatakan hal seperti ini."

Sepertinya Ulang tahun kali ini adalah moment bagi mereka untuk menuju masa depan lebih baik lagi.

"Weiying hadiahnya?"

Oh sepertinya malam ini malam yang panjang bagi mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro