Suga : I Need Somebody

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ps: Seperti biasa di rekomendasikan bacanya sambil dengerin lagu Day6 I Need Somebody.

"Datanglah padaku tanpa suara, peluk diriku tanpa alasan."
Day6_I Need Somebody




Aku terbangun dari balutan mimpi buruk, mataku membeliak, nafasku tersengal. Kenapa mimpi itu terasa sangat nyata? Dia pergi tanpa suara, tanpa kata dan tanpa alasan.

Tubuhku basah oleh keringat, mataku terpejam erat mencoba mengembalikan kesadaran. Kamar ini terasa pengap, karena tidak ada cahaya matahari yang masuk. Bahkan aku tidak tahu ini malam atau siang. Aku berjalan gontai, membuka sedikit gorden demi mengetahui keadaan di luar sana. Matahari sudah tinggi, aku hanya bergeming menatap bumi yang tampak sesak dengan lalu lalang manusia.

Aku hanya diam, merasa di pukul telak oleh kenyataan. Kenapa aku sendirian dalam ramainya dunia? Aku kembali duduk di atas ranjang, tanganku menggapai telepon yang terasa dingin. Jari-jariku menekan nomor yang telah aku hapal di luar kepala. Hanya ada nada dering yang panjang, lalu berakhir dengan suara operator yang bicara.

"Kenapa lagi-lagi kamu pergi tanpa suara? Kenapa lagi-lagi kamu hilang tanpa alasan? Aku merasa kamu tidak nyata. Kita tidak hanya bertemu dalam mimpi 'kan?"

Kenapa tidak ada satupun yang menjawabku? Apa kau benar-benar ada di sana? Atau seseorang itu telah lama pergi tanpa pernah aku ketahui.
Tolong, aku butuh seseorang saat ini.

Aku berjalan keluar dari apartemen yang kurang lebih sudah satu tahun aku tempati. Jalanan tampak ramai di musim semi, banyak yang pergi dengan kekasih dan keluarga mereka. Tapi .... Kenapa hanya aku yang sendirian?
Kenapa hanya diriku yang berjalan tanpa pasangan?

Apa ini salahku? Kenapa tak ada satu orangpun di sampingku?
Apa karena keterdiamanku yang teramat panjang membuat mereka pergi dan tak mau lagi peduli?
Tapi .... Itu juga bukan sepenuhnya salahku. Kenapa mereka tidak mau mengerti pada situasi yang sedang aku hadapi?

Aku berhenti di depan telepon umum, dengan sedikit ragu aku memasukan beberapa koin, lalu menekan nomor yang sudah teramat lama tak pernah aku hubungi.

Tapi, lagi-lagi suara operator yang menyambut.

"Hallo? Apa kau masih di sana?"

"Hallo? Kenapa kau tidak ada di sini? Kenapa kau juga tidak menemaniku?" sadar jika melakukan hal yang sia-sia, aku memutus sambungan telepon. Aku menghela nafas dalam, hatiku terasa sakit sekali.

Kakiku kembali melangkah, menginjak keping bunga yang jatuh di tanah. Aku merapatkan jaket yang ku pakai, padahal cuaca begitu hangat. Kakiku berhenti tepat di depan halte bus, beberapa orang memperhatiakan menampilanku. Padahal aku rasa tidak ada yang aneh. Aku hanya memakai kaos hitam, jaket hitam, celana hitam, sepatu hitam, dan rambutku juga berwarna hitam.

Aku duduk dengan gelisah, ini sudah terlalu lama dari waktu terakhir aku bertemu dengannya. Aku harap dia tidak marah. Ah, ini salahku tidak pernah mengunjunginya. Bahkan orang-orang di sampingku pun pergi karena ulahku. Aku harap sebuket mawar merah bisa meluluhknnya. Mengingat itu adalah bunga kesukaanya.


Butuh waktu satu jam untuk sampai di tempat yang aku tuju, aku berjalan pelan menghampiri toko bunga yang sudah ada di sana semenjak dulu.
Pemilik toko itu menatapku tak percaya. Mungkin terkejut melihat ku berhasil bertahan hidup.

"Tolong buatkan sebuket mawar merah," pintaku, si pegawai langsung membuatkannya. Tidak butuh waktu lama, sebuket mawar merah sudah di tangan.

Aku kembali meneruskan perjalanan, angin menerpa wajahku begitu sampai di dataran yang lebih tinggi. Langit tampak biru, dan bunga bermekaran di mana-mana.

Aku tersenyum begitu melihatnya tengah bersantai di bawah pohon maple yang tumbuh tinggi menjulang, daunnya yang berwarna coklat ikut berjatuhan di terpa angin. Aku berjalan mendekat lalu duduk di sampingnya. Dia hanya diam, tak terkejut sama sekali dengan kedatanganku.

"Hai, lama tidak bertemu. Maaf membuatmu menunggu lama. Butuh waktu nyaris satu tahun untuk bisa berhadapan lagi denganmu."

Aku meletakan mawar yang aku bawa di gundukan tanah yang telah lama mengering. Di atasnya terdapat nama Han Hyo Joo. Ada potret gadis itu tengah tersenyum lebar, seolah tanpa beban. Dia adalah gadis yang ku hubungi tadi pagi.

"Sulit sekali mendapat kabar tentangmu, padahal dulu tidak sesulit ini."

Hanya ada semilir angin yang menjawab, tidak pernah ada seorangpun di sampingku selama setahun terakhir. Semua orang pergi meninggalkan aku dalam keheningan.

"Hyo, aku sendirian selama ini. Semua orang bilang aku sudah gila. Mereka hanya tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, iya kan?"

Hyo Joo adalah tunanganku, kami berencana menikah. Tapi sepertinya tuhan tidak menyukai rencana itu.
Gadisku, tiba-tiba saja di diagnosa kanker hati stadium akhir. Tentu saja aku tidak terima. Bagaimana bisa orang yang sehat tiba-tiba sakit?

Hyo Joo adalah gadis yang kuat, nyaris enam bulan berjibaku dengan penyakitnya, akhirnya dia memilih menyerah. Aku tentu tidak tinggal diam, dari mulai kemotrapi, lalu berobat keluar negeri bahkan berobat secara tradisional Hyo Joo jalani. Aku yang meminta, tepatnya memakasa dia. Aku berharap dia sembuh, tapi Tuhan mengambilnya lebih dulu.

Setelah kepergiannya, aku merasa dunia berhenti berotasi. Aku enggan berbicara kepada siapapun, enggan membagi luka yang aku rasa.
Teman-teman silih berganti menghibur, namun bukan itu yang aku butuh.

Aku tak berdaya setelah kepergian Hyo Joo, yang aku lakukan hanya mengurung diri dalam kegelapan. Menangis meraung meminta dia di kembalikan, lalu aku akan tertawa kencang begitu sadar akan kenyataan.

"Hyo, hening panjang yang aku ciptakan, ternyata membuat semua orang pergi meninggalkan aku," aku menunduk, mencabuti rumput hijau di sekeliling pusaranya.

Aku tahu jika rasa berkabungku saat itu berlebihan. Tapi orang yang tahu ceritaku dengan Hyo Joo pasti akan menganggap jika itu wajar saja. Semua orang meninggalkan aku, karena kata mereka aku sudah di butakan oleh cinta. Tak bisa menerima apa yang di takdirkan.

Aku menangis, rasanya masih sesakit kemarin. Setiap bertemu dengan orang-orang yang aku kenal, mereka akan menatapku perihatin. Aku tidak butuh di kasihani, aku hanya ingin Hyo Joo kembali.

"Kenapa kamu juga ikut pergi? Setelah ayah dan ibu, kenapa kamu juga meninggalkan aku?" tanya ku sendu dengan air mata yang berderai pilu.

Hyo Joo bukan sekedar kekasih, bagiku dia adalah pahlawan. Saat semua orang menjauhiku, karena aku anak sebatang kara, dia adalah satu-satunya yang mendekat. Ketika orang-orang mendorongku untuk jatuh, Hyo Joo adalah satu-satunya orang yang mengulurkan tangan, memberi bantuan.

Aku bukan sekedar mencintainya, bagiku Hyo Joo adalah pelengkap. Dia melengkapi segala kurangku, memberi cinta yang sebelumnya belum pernah aku rasa, dia adalah mimpi yang menjadi nyata.

"Hyo, aku ingin kembali seperti dulu lagi. Seperti saat pertama kita bertemu," angin berhembus semakin kencang menerbangkan daun-daun yang berjatuhan.

"Hyo, aku rindu saat kamu datang tanpa suara, lalu peluk aku tanpa alasan." Langit sudah di hiasi pijar oranye, tanda jika matahari sebentar lagi akan pulang ke peraduan. Aku menatap kembali pusara di sampingku.

"Hyo, I need you right now."





Jika kalian bertanya-tanya kenapa aku selalu nyuruh kalian dengerin lagu Day6 sambil baca imagine yang aku tulis. Itu karena aku lagi mabok lagu2 Day6 😂😂 aku baru tahu kalau lagu2 mereka itu catchy juga kece😂
Happy reading 😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro