Mini chapter (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini saat pelajaran terakhir, tidak ada Yukari-sensei. Yang artinya sekarang adalah jam kosong. Aku merasa bosan, karena tidak tahu harus melakukan apa. Semua orang di dalam kelas mengerjakan kegiatannya masing-masing. Aku melirik ke arah Kenichi, dia sedang asyik membaca buku. Aku memperhatikannya terus sampai mataku jatuh pada benda yang selalu dipakainya.

"Kenichi"

"Hm?"

"Berapa minusmu?"

Dia mengalihkan pandangannya dari buku lalu menatapku heran, "apa kau bilang?"

Aku memutar bola mataku bosan, "aku tanya berapa minus matamu?"

"Ohh... Mata kanan minus 3, mata kiri minus 1,75" ujarnya.

"Apa?! Bedanya jauh sekali!" seruku kaget saat mendengar perbedaan minusnya.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Memangnya kenapa?"

"Ahh, tidak. Aku hanya penasaran saja. Sekarang, coba lepas kacamatamu"

"Untuk apa?" dia menatapku heran.

"Sudah... Cepat lepas kacamatamu, aku mau lihat"

Dia pun melepas kacamatanya dan memberikannya padaku. Aku langsung meperhatikan benda itu.

"Warna merah... Tidakkah kau berpikir warna framenya terlalu mencolok?" tanyaku yang masih memperhatikan, "kusarankan kau memilih warna gelap, lebih cocok untukmu"

"Hei, kalau aku bisa, aku sudah mengganti framenya dari dulu."

"Lantas kenapa kau masih memakainya?" sewotku.

"Itu.... Itu karena pilihan adikku. Dia memaksaku untuk memakainya" kulihat pipinya sedikit memerah, sepertinya dia malu.

"Heee~ ternyata kau bisa jadi figur kakak yang penurut ya~" ujarku sambil menyeringai.

"Hentikan seringaianmu" dia hendak merebut kacamatanya, tapi aku langsung menjauhkan kacamata itu dari jangkauannya.

"Diam disitu. Coba kau lihat aku."

Dia diam sesaat, lalu memiringkan kepalanya, "terus?"

"Buram tidak?"

Dia langsung memasang wajah facepalm, "dengan jarak segini tentu saja aku masih bisa melihatmu dengan jelas, Yuuki"

"Iya ya, benar juga ya..." aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Lalu berhenti ke suatu benda.

"Coba kau lihat tulisan di papan tulis! Buram tidak?"

Dia menyipitkan matanya menatap ke arah papan tulis sesaat, lalu menatapku. Tiba-tiba tangannya terangkat, dan dia menjitak kepalaku.

"Aww! Sakit tahu!" seruku sambil memegang kepalaku.

"Kau ini bodoh atau apa sih? Dengan jarak sejauh itu tentu saja buram!"

"Tapi kan tidak perlu menjitakku. Aku kan hanya penasaran dengan pandangan orang yang bermata minus" ujarku kesal.

"Rasa penasaranmu yang aneh itu muncul karena kau tidak ada kerjaan"

Dia merebut kacamatanya dari tanganku dan langsung memakainya.

"Siapa suruh jadi orang bodoh sepertimu?" cibirnya sambil melirikku.

"Apa kau bilang?!"

"Orang bodoh"

Twitch. Perempatan imajinerku muncul, "Sialan...."

Aku mengambil sebuah buku yang lumayan tebal di atas mejaku dan langsung menjatuhkan buku itu di atas kepalanya.

"ARGH!!" dia langsung memegangi kepalanya, "Apa yang kau lakukan?!" serunya sambil menatapku kesal.

"Hehe, maaf... Tanganku tergelincir" kataku sambil menyeringai.

"Kau...!!" Matanya melebar karena marah. Dia mencengkram bahuku dan mengguncang-guncangkan tubuhku dengan kencang.

"KENICHI! HENTIKAN! KEPALAKU PUSING!" seruku di tengah guncangan hebat yang dibuat Kenichi.

"Kau pikir kepalaku tidak pusing setelah dijatuhkan buku setebal itu  hah?" Ujarnya santai sambil tetap mengguncang tubuhku.

Puas mengguncang tubuhku, dia akhirnya melepaskan cengkramannya, lalu melanjutkan kegiatan membacanya yang sempat terhenti.

Lalu apa yang terjadi denganku?

Sayang sekali, nyawaku sudah pergi entah kemana. Tubuhku sekarang terkapar di meja dengan kepala yang dilanda rasa pusing.

Dengan ini aku bisa mengambil 2 kesimpulan.

Satu, rasa penasaran bisa membunuhmu.

Dua, jangan pernah lagi membangunkan amarah seseorang. Terutama Kenichi, tipikal orang yang mempunyai tenaga besar.

.

.

.

.

.

End


Vote and Comment please~

Arigatou!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro