Hourglass

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"We are not youth any longer. We don't want to take the world by storm. We are fleeing. We fly from ourselves. From our life. We were eighteen and had begun to love life and the world; and we had to shoot it to pieces."

Erich Maria Remarque.

Fajar yang lemah menyambut Myrtlegrove Estate memberi tanda bahwa hari kedua sudah dimulai. Setiap pekerja manor telah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ketika kedua tamu bangun.

Kesempatan baru datang untuk menyelidiki misteri yang terasa makin pekat di manor tersebut.

Akankah jawaban terkuak, atau pertanyaan makin bertambah?

⁕⁕⁕

Pagi di hari yang baru tiba, Viper belum selesai menata pikiran mengenai hal-hal yang membuatnya terusik. Investigasi harus terus berjalan dan hari itu, dia harus mampu menarik petunjuk dan kesimpulan baru.

Baru saja dia ingin menarik asbak dan rokok ke dekat jendela, pintu kamarnya diketuk. Sepertinya pelayan atau footman.

"Ya? Ada apa?" sahut Viper dengan lantang.

"Permisi, Sir. Apakah boleh pintunya saya buka sedikit? Saya perlu bertanya mengenai sarapan pagi ini."

Viper-lah yang membukakan pintu untuk pria itu, seorang footman yang tampak canggung. Sama seperti kebanyakan orang, footman itu tampak segan setelah kontak mata dengan Viper, padahal dia mungkin masih belum sempurna membuka mata dari lelap.

"Sarapan?" Alis Viper naik. Dia hampir lupa kalau dia sedang ada di rumah keluarga kaya dan dijamu dari awal datang hingga kebutuhan makannya terpenuhi. Sebuah kemewahan.

"Selamat pagi, Sir. Apakah Anda hendak turun ke Dining Room, atau di kamar saja, untuk sarapan pagi ini?" sambut footman itu.

"Baiklah, saya akan turun ke dining room saja." jawabnya, tidak ingin ada yang repot-repot mengantarkan makanan untuknya.

Viper membuka pintunya lebih lebar, hendak menuju dining room sesuai arahan sang footman. Dia memang cuek, tapi bukan berarti dia akan mengabaikan seseorang yang sudah ditugaskan untuk menjemputnya dan memberitahukan soal sarapan.

"Certainly, Sir. Tetapi, sebelumnya ... Kalau boleh tahu, apa yang bisa kami sediakan untuk sarapan Anda?"

Seakan mereka yakin bisa menyediakan apa pun untuk memenuhi kemauan tamu, pertanyaan itu membuat Viper tertegun.

"Sediakan saja untukku roti dan kopi." ucapnya.

Footman itu tidak berbicara lagi hingga dia mengantar Viper ke dining room, di mana baru dia sendiri yang hadir. Footman tadi segera menarik kursi untuk Viper duduk sebelum sang detektif sempat menginterjeksi. Viper tidak biasa dilayani seperti itu, bahkan rasanya restoran sekali pun tidak akan bisa menggantikan rasa fine dining yang diberikan Myrtlegrove Estate. Kadang Viper tidak habis pikir andaikan para orang kaya di luar sana menikmati ini ketika mereka mengirim orang-orang muda untuk berperang.

Viper sudah mulai menyalakan rokok dan membaca catatannya lagi. Hari ini akan jadi hari yang panjang.

Tidak lama kemudian, Mario Mitford, rekannya yang juga diantar oleh seorang footman ke ruang makan, duduk diseberangnya. Mitford pagi itu tampak berbeda, ada sedikit ketakutan di wajahnya, alih-alih dia baru saja bangun dari mimpi buruk. Viper memilih untuk tidak banyak bercengkrama dengan rekannya itu, karena  biasanya dia tidak akan konsentrasi dengan 'peran'-nya sebagai 'reporter laki-laki' kalau tiba-tiba dikagetkan.

Viper menuliskan penanda hari baru di buku catatannya, ketika Miss Adaline, maid yang kemarin sempat diinterogasi Viper, bertugas untuk mengantarkan roti dan kopi untuknya dan Mitford yang memilih sarapan yang sama.

Sesuai pesanan, sepertinya mereka sudah mengerti Viper tidak banyak pilih-pilih soal makanan - atau makan terlalu banyak. Dihidangkan di hadapannya satu rak toast berisi enam potong roti untuk dua orang dan dua cangkir kopi hitam pekat. 

Dari rak toast yang sudah disiapkan para pelayan, Viper menarik satu dan menaruhnya di piring. Tadinya dia ingin menambahkan butter, tapi kopi yang ada di depannya lebih menarik perhatiannya. Selembar roti dan secangkir kopi, baginya sudah lebih dari cukup untuknya memulai hari. Ada wangi tajam dari tipe roast yang dipakai di Myrtlegrove Estate, sepertinya, Viper menebak ini adalah salah satu varian biji kopi mahal yang digiling fresh setiap harinya.

Bukan posisinya untuk bertanya varian biji kopi, toh. Dinikmati saja.

"Apa boleh saya tambah kopinya kalau sudah habis?" tanya Viper pada Miss Adaline yang baru saja menyajikan makanan untuk mereka dan berdiri di belakang Viper.

Miss Adaline yang cekatan segera mengiyakan permintaan Viper. Maid itu pun menuang kembali kopi ke cangkirnya hingga penuh. Kopi itu tandas lebih cepat dari roti dan ia sudah meminta Miss Adaline menuang porsi selanjutnya untuknya.

Viper lalu kembali tertuju pada rekan yang terlihat seperti mayat hidup di seberangnya. Kalau sudah biasa melihat 'Mitford' yang berbeda bak siang dan malam, pasti bisa paham kalau ada yang ganjil.

"Mitford," Viper menyesap kopinya pelan. "Kamu habis lihat hantu? Kok lesu begitu?"

Lelaki itu mengerjapkan mata kelabunya. "Ya? Bagaimana?" Suara Mario yang berat itu begitu kentara kagetnya. "Hantu?"

Mitford tidak terlihat fokus, dan Miss Adaline yang berdiri di dekat Viper sepertinya penasaran dan sengaja ingin mendengar percakapan mereka. Sekedar basa-basi untuk memecah konsentrasi sang maid dan mengalihkan pembicaraan sepertinya diperlukan.

"Hantu, ya hantu. Wajar 'kan kalau Manor setua ini punya satu atau dua penunggu?" ucapnya datar. "Atau kalau kamu tidak percaya soal hal-hal non-saintifik seperti hantu, apa yang sudah kamu lihat, hm?"

Mario tampak menerawang sejenak, namun sepertinya cepat baginya untuk menyadari maksud Viper mengalihkan nada pembicaraan karena masih ada Miss Adaline di sana.

Tangan kurusnya meraih selembar roti yang berbaris dalam wadah besi di antara mereka. "Tadi pagi ... ada sesuatu—tapi, entahlah? Mungkin halusinasiku saja."

Reporter itu kemudian berusaha memasang ekspresi cerianya yang biasa agar tidak lagi dicurigai. "Aku tersanjung kau menanyakan kabarku. Jadi, apakah tidurmu nyenyak semalam, Detektif?"

Di saat yang bersamaan, satu individu lagi turut dalam jam sarapan itu: Dokter Harold Wayne. Pria tinggi berambut pirang itu terlihat akrab dengan Mitford, dan Viper menangkap matanya mengerling ke arah Miss Adaline untuk beberapa saat.

Viper memilih kembali menyesap kopinya dalam diam, mengevaluasi sedikit sang dokter yang dengan mudah masuk ke dalam pembicaraan yang tengah berlangsung. Dokter yang bernama Harold itu sempat Viper lihat di ante room kemarin, dia-lah yang mengobati Mitford yang terkilir. 

"Hei, Detektif Whetstone. Tidurmu nyenyak, tidak?" Mario yang tadi belum direspon pertanyaannya kembali menyambar.

Viper hanya menaikkan sebelah alis. "Hm? Haruskah saya menjawab itu?"

"Dasar menyebalkan." Mario pun mencebik. Dia seketika kembali fokusnya ke Dokter Harold Wayne, alih-alih menyembunyikan kekesalannya.

Viper mengabaikan cebikan Mitford, menikmati kopinya tanpa ada rasa bersalah.

Untuk sementara, Viper menunggu bagaimana pembicaraan ini berlangsung sebentar sambil dia mengamati Dokter Wayne. Keakrabannya dengan Mitford, juga nada lembutnya saat berbicara dengan Miss Adaline membuatnya seperti seorang supel berperangai riang, tapi Viper bisa saja salah.

Mario bertanya agenda Dokter Harold Wayne hari ini. Beliau menjawab mantap kalau dia akan mengambil pesanan obat-obatan via Butler Akio Kai, lalu ia akan mengecek stok obat yang ada di Estate.

Pria berkacamata itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Viper, "Kalau Anda sendiri? Apa agenda Anda hari ini, Detektif?"

Sepertinya, Dokter Wayne kebetulan sudah mengetahui kalau dia adalah detektif yang bertugas untuk menginvestigasi kediaman Myrtlegrove, jadi Viper tidak perlu berbasa-basi.

"Tidak banyak," jawabnya singkat pada pertanyaan Harold Wayne. "Saya tidak melihat anda di Estate saat malam, apa anda lebih sering keluar dari rumah ini dan tidak banyak bertugas mengawasi Tuan Rumah?"

"Kamar saya ada di annex, bersama pekerja lain. Wajar kalau Anda tidak melihat saya," jawab Harold sambil tersenyum. Ekspresinya konstan ramah. "Jadi, apakah Anda sudah mendapatkan petunjuk tentang kasus yang Anda selidiki?"

Jawaban yang terlalu rapi, tapi apa pun agenda Harold di luar sana bukan menjadi fokus Viper.

"Kalau petunjuk dengan mudah dicari, rasanya saya tidak perlu berlama-lama di sini," ucapnya sinis. Kembali Viper dengan rokoknya setelah kopi keduanya berkurang separuh. Dia tidak suka basa-basi tapi belum ada pokok pertanyaan yang bisa ia ajukan pada dokter itu.

"Omong-omong anda sendiri, Dokter Wayne, sudah berapa lama anda dekat dengan pihak keluarga Myrtlegrove?"

"Seperti yang sudah saya jelaskan kepada Mr. Mitford kemarin. Saya sudah bekerja di sini sekitar lima tahun."

Lima tahun, belum lama untuk mungkin mengenal lebih dalam tentang keluarga ini, tapi sudah cukup lama untuk mengetahui soal kasus yang menyelimuti Myrtlegrove Estate, sekaligus rekam medis keluarga Myrtlegrove.

"Artinya anda kenal dengan semua orang yang dianggap hilang dari Estate ini?" Viper membuang abu rokoknya sedikit dan mengisap pucuknya lagi. "Dan kalau boleh saya tahu, selain Tuan Rumah yang sepertinya tidak enak badan, apa anggota keluarga Myrtlegrove sering berkonsultasi dengan anda?"

"Ya. Tentu saja saya mengenal mereka, meski tidak bisa dibilang dekat juga." Harold mengangguk. "Saya tidak hanya melayani Mr. Myrtle. Seluruh pekerja Myrtlegrove dapat berkonsultasi dengan saya. Gaji saya sudah mencakup layanan itu."

Di tengah topik yang menjurus menjadi lahan interogasi, Miss Adaline mengantarkan satu paket English Breakfast ke hadapan Dokter Harold, kontras dengan mereka yang sekedar menikmati selembar karbohidrat (atau sepertinya Mitford ingin lebih dari dua lembar) dan bergelas-gelas kafein.

Sambil memotong sosis di piringnya. Harold menatap Detektif Whetstone dengan sorot serius. Seperti dia ingin menjawab rasa penasarannya sesaat kebetulan Viper bertanya padanya. "Jadi, Detektif Whetstone, menurut Anda apa yang terjadi kepada orang-orang yang Anda anggap hilang tersebut?"

Viper mengembuskan rokoknya pelan. Pertanyaan Harold Wayne sangat to-the-point sampai-sampai ingin rasanya ia tergelak. Sepertinya bukan hanya dia yang tidak suka basa-basi di ruangan ini, perangai riang sang dokter benar-benar layaknya dinding.

"Saya kira mereka memang sengaja dihilangkan." Viper terkekeh. "Daripada menanyakan saya, bukankah anda yang sudah lama ada di dalam Estate ini harusnya lebih paham perihal ini, Dokter Wayne? Untuk apa bertanya pada orang luar?"

"Masalahnya. Saya tidak tahu mereka hilang sampai Anda berdua datang ke sini." Suaranya terdengar makin lirih. "Yang saya tahu, mereka mengundurkan diri dari pekerjaan atau memang sengaja kabur dari Myrtlegrove Estate. Setidaknya begitulah yang saya dengar dari para pelayan di sini."

Harold mengerjap cepat, lalu kembali memasang senyum. "Saya harap, Anda dapat menemukan mereka, Detektif Whetstone." Ia lalu mengimbuh. "Terutama Dorothy. Dia adalah gadis yang baik. Saya harap tidak terjadi hal buruk kepadanya."

Perubahan ekspresinya yang bagai irama sirkadian membuat Viper mengevaluasi pendapatnya tentang Harold Wayne, terutama ketika simpatinya dititik beratkan pada sosok wanita.

Jemari Viper mengetuk-ngetuk di meja sejenak. Dramatis, pikirnya. Lagi, Viper tidak percaya kalau seorang yang sudah bekerja lima tahun di sana hanya sekedar 'tahu dari pelayan', dan terlebih lagi tampak Dokter Wayne punya soft spot tertentu.

"Dorothy Herring? Apa anda kenal dekat dengan wanita itu?"

Harold tampak terkejut dengan pertanyaan Detektif Whetstone yang begitu blak-blakan. Tampaknya pria itu memang tidak suka berbasa-basi. Setiap pertanyaan yang diajukan tak ubahnya sebuah interogasi.

"Kami banyak berinteraksi. Saya sering meminta bantuan Dorothy untuk menghitung stok obat-obatan, dan dia selalu membantu dengan senang hati." Senyum Harold kembali menghilang. Mata birunya menatap tajam ke arah Detektif Whetstone. "Tapi, kalau yang anda maksud dekat itu memiliki makna lain. Saya akan dengan tegas mengatakan tidak. Saya belajar dari pengalaman, tidak baik mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi. Jadi, saya tidak berhubungan dekat dengan gadis-gadis pelayan Myrtlegrove Estate di luar batas kewajaran."

Viper menggeleng-geleng kepala. "Saya ... tidak menanyakan maksud dekat yang lain, Dokter Wayne, tapi baiklah, saya akan memasukkan itu dalam poin penilaian saya."

Harold dekat dengan Dorothy, atau mungkin dengan pleayan wanita lain. Ini akan menjadi korelasi yang bisa digunakannya nanti.

"Jadi, sekiranya anda dekat dengan pelayan-pelayan karena merupakan bagian dari staff, apa Dorothy sempat bercerita pada anda sebelum dia hendak mengundurkan diri dari Myrtlegrove Estate? Atau anda menyadari sesuatu yang aneh belakangan ini dari gelagat para pelayan atau Tuan Rumah?"

Ekspresi Harold melunak. Dia tampak mengingat-ingat sejenak.

"Sebelum Dorothy mengundurkan diri, saya memang sempat merasa ada yang aneh pada dirinya," kata Harold setengah berbisik. "Entahlah. Seperti ada yang mengganggu pikirannya. Saya sempat bertanya, tapi dia selalu menghindar. Karena tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman, saya putuskan untuk tidak memaksanya."

Sementara Viper berbicara dengan Dokter Harold, rekannya itu sudah mulai mencebik lagi pada Miss Adaline soal dia yang sudah membuka pagi dengan interogasi, atau soal wajahnya yang seram dan sikapnya yang kukuh. Viper berpura tidak mendengar separuh pembicaraan itu dan fokus menata pikirannya.

Sang detektif mencoba membaca ekspresi Harold Wayne. Dia tampak tidak berbohong soal ini. Posisi Dorothy di mata hampir semua orang yang sempat Viper tanyakan kini jelas, dan hampir semua yang berkomunikasi dengan Dorothy menyuarakan hal yang sama: dia selalu menghindar, ada yang aneh, dan sebagainya.

Apakah itu kebenarannya?

"Baik, kalau begitu, bagaiman dari pihak keluarga Myrtle sendiri? Apa mereka mengetahui banyak pekerja mereka yang 'hilang'? Kenapa mereka diam saja, apa ini bentuk kesengajaan?"

Harold menelan ludah. Harold menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia tampak menunjukkan sedikit antipati pada Mitford yang berbincang akrab dengan Miss Adaline, satu lagi poin untuk Viper tambahkan di buku catatannya soal pribadi 'Harold Wayne'. Selain itu, sepertinya beliau sangsi dengan apa yang hendak dikemukakannya sehingga dia memeriksa sekelilingnya dulu sebelum angkat bicara.

Harold meletakkan garpu dan pisaunya ke atas piring, lalu mencondongkan tubuh ke arah detektif polisi itu. Pria berambut pirang itu kemudian berbisik dengan suara yang lebih lirih dari sebelumnya.

"Semenjak saya bekerja di sini, kondisi Mr. Myrtle sudah tidak terlalu baik. Semua urusan di tempat ini ditangani oleh Aki–maksud saya Mr. Kai. Mr. Myrtle tidak pernah ikut campur, apalagi sejak kondisi kesehatannya makin menurun setahun terakhir ini. saya memang menyarankan agar beliau tidak banyak diganggu karena tidak ingin kondisi beliau makin parah. Jadi, selain saya yang sesekali memeriksa kondisi beliau, hanya Mr. Kai yang dapat menemuinya. Saya sendiri kurang tahu apakah Mr. Kai melaporkan semuanya kepada beliau."

Harold kembali menyandarkan punggung ke kursi dan berbicara dengan nada riang seperti biasanya. "Saya rasa, Mr. Myrtle juga tidak menyangka kalau pegawai-pegawai tersebut hilang. Seperti yang sudah saya katakan tadi, kami menyangka mereka mengundurkan diri seperti biasa atau kabur karena alasan tertentu."

Pernyataan Harold Wayne lagi-lagi membuat Viper mempertanyakan sang Butler, Akio Kai. Masih ada kepingan puzzle yang belum didapatkan sehingga Viper belum dapat membuat hipotesa utuh untuk siapa yang harus dikejarnya. Bisa saja Harold memutarbalikkan fakta, atau sebaliknya, itu juga berlaku dengan Akio.

Semua motif bermuara kembali ke pemilik rumah yang dikabarkan kondisinya terus menurun. Kalau Akio melakukan sesuatu untuk kebaikan Tuan Myrtle yang terhormat, apa mungkin Tuan Myrtle sendiri tidak pernah tahu di bawah atapnya tengah ada pekerja-pekerja hilang, atau yang pernah disebut Akio sebagai 'mereka yang pantas dihukum'?

"Apa anda kenal dekat dengan Mr. Akio? Seperti apa sebenarnya beliau?" tanya Viper lagi, memastikan sesuatu.

Harold terdiam. Dia memikirkan baik-baik susunan kata yang akan diucapkannya. Pagi itu, sepertinya dia sudah berbicara terlalu banyak.

"Mr. Kai orang yang sangat teliti dan mendedikasikan seluruh hidupnya demi pekerjaan. Hubungan kami sebatas urusan pekerjaan, seberapa pun saya ingin untuk mengakrabkan diri dengannya. Sepertinya, karakter kami sedikit bertolak belakang. Mungkin kalau saya tidak dipekerjakan sendiri oleh Mr. Myrtle, Mr. Kai sudah memecat saya," gurau Harold.

Karena Detektif Whetstone tidak ikut tertawa, Harold buru-buru menambahkan, "Yang terakhir itu, hanya bercanda saja, Detektif. Mr. Kai bukan tipe orang yang akan memecat bawahannya sembarangan. Sepanjang kami terlihat kompeten bekerja, dia tidak akan banyak berkomentar."

Untuk saat ini, belum ada hal yang bisa ditanyanya lagi pada sang dokter dari petunjuk yang ada. Hampir tidak ada yang menunjukkan informasi baru dan kurang lebih semuanya cenderung sama.

Setelah topik itu usai, Harold yang fokusnya pecah pada Mitford dan Miss Adaline yang sepertinya hendak mencari ruang privasi untuk melanjutkan pembicaraan, menanyakan andai kata Viper ingin melanjutkan interogasinya.

Viper sekedar mengangguk saat Mitford bilang ingin ke taman dengan Miss Adaline. Sudah waktunya Viper pun bertolak dari sana.

"Tidak ada untuk saat ini, terima kasih atas kesempatannya, Dokter Wayne. Saya nanti mungkin akan kembali lagi menghubungi anda." ucapnya.

Viper bangkit dari kursinya, segera bertolak tanpa banyak bicara.

Tujuannya kali ini mencari Maid Kepala. Viper bertanya pada salah satu footman dan mendapati kalau Maid Kepala ada di living room.



Footman mengarahkannya ke living room ketika dia menanyakan letak Maid Kepala, Mrs. Jane McFadden.

Ada banyak yang ingin dia tanyakan pada Mrs. McFadden, tapi firasatnya berkata sedikit saja dia melakukan kesalahan, ini akan menjadi sia-sia.

Viper membuka catatannya untuk mengambil secari kertas kecil yang ditemukannya di perapian, juga sebuah kertas dari Akio untuk Viper mengakses informasi dari Mrs. McFadden.

"Selamat pagi, Mrs. McFadden, saya detektif dari kepolisian, apa boleh saya minta waktu anda sebentar?"

Wanita berambut gelap yang terlihat masih lebih muda ketimbang Viper sedang mengelap perabotan di living room. Dia berhenti bekerja dan menoleh saat namanya dipanggil.

Dia membungkukkan badan singkat. "Selamat pagi, Tuan Whetstone. Saya telah mendengar tentang Anda dari Mr. Kai. Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan postur tubuh tegap.

Viper menunjukkan kertas bertanda tangan dari Akio pada Mrs. McFadden.

"Pertama, saya ingin meminta izin untuk memeriksa catatan tugas pegawai. Ini pemastian dari Mr. Akio untuk saya mengakses catatan itu." ucap Viper. "Saya ingin tahu siapa saja yang memakai perapian di dekat ruang makan."

Jane menerima kertas itu dan membacanya selama beberapa saat, sepertinya memastikan kalau surat itu bukanlah hasil rekaan dan benar-benar terbubuh tanda tangan Akio Kai di sana.

Jane kemudian pamit dari ruangan untuk mengambil catatan dan kembali ke ruangan.

"Silakan, Tuan Whetstone."

Viper memeriksa catatan itu dengan saksama dan mencatat nama yang belum pernah muncul sebelumnya, terutama orang yang sudah memakai perapian di jangka waktu yang diperkirakan Viper.

Nama "Katherine Taylor" tersebut di sana. Dia adalah maid yang bertugas saat itu.

"Mrs. McFadden, boleh saya bertanya soal Katherine Taylor? Siapa dia dan apa hubungannya dengan Dorothy?"

Wanita itu diam sejenak, lalu dengan pelan menjawab, "Rekan sekerja. Kurasa hanya itu. Saya lebih banyak berurusan dengan pembagian tugas daripada hubungan personal para pekerja."

Sayangnya, belum sempat Viper mendapatkan jawaban lebih lanjut, pintu di living room diketuk beberapa kali oleh seseorang yang presensinya akan membuat semua pekerja lain bungkam.

Akio Kai datang di antara mereka, alih-alih melakukan damage control.  Sama seperti Viper yang tidak menginginkan kehadiran Akio di sana, Mrs. McFadden tampak sedikit terguncang. Sedikit sirat rasa bersalah ada pada ekspresinya sebelum dia berusaha kembali kalem.

Viper melihat sosok Akio yang muncul di pintu living room, terlihat tergesa seakan hampir melewatkan sesuatu. Gelagat yang tidak biasa.

"...Permisi, apakah saya mengganggu sesuatu?" tanyanya dengan logat yang khas.

Detektif itu mengambil sikap netral.

"Ada masalah apa, Mr. Akio? Saya cuma hendak bertanya pada Mrs. McFadden mengenai beberapa hal."

Sembari Akio Kai tampak sibuk mengeluarkan sesuatu dari sakunya - sebuah surat, tampaknya - Viper melanjutkan.

Dia menanggapi jawaban netral Jane dengan deham. "Begitu. Saya kadang mempertanyakan beberapa pekerja yang bilang tidak tahu apa-apa soal masing-masing tapi mereka menyembunyikan sesuatu ..."

Tapi kini karena ada Mr. Akio di ruangan, Viper harus bertanya dengan hati-hati atau mungkin ada risiko seperti saat menginterogasi Miss Adaline terjadi.

"Apa yang anda ketahui tentang Katherine dan Dorothy, kalau begitu, Mrs. McFadden?"

Interjeksi Akio Kai sangatlah tepat waktu dan tepat sasaran:

"Maaf bila saya memotong pembicaraan Anda berdua, tetapi saya perlu menanyakan sesuatu pada Mrs. McFadden," akhirnya dia berbicara.

Mrs. McFadden lebih mendahulukan atasannya, sehingga dia meminta waktu pada Viper untuk menanggapi Akio.

"Sebetulnya berat mengganggu pembicaraan tamu, tetapi saya perlu tahu, apakah Ms. Taylor menyampaikan sesuatu perihal kepergiannya yang mendadak padamu, Mrs. McFadden?"

Surat yang hanya terbuat dari robekan buku catatan dia lalu ulurkan pada Head Maid itu.

Jane McFadden menerima secarik kertas itu dan membacanya dalam diam.

Tidak banyak perubahan berarti dari ekspresi Jane. Dengan sebuah helaan napas, dia berkata, "Baik, saya akan segera menyesuaikan pembagian pekerjaan dengan kepergian Ms. Taylor."

Viper menaikkan alis, jelas mereka berdua sebagai orang dalam lebih tahu dibandingkan Viper mengenai Miss Katherine Taylor. Karena Akio menyebutkan 'kepergian yang mendadak', Viper mendapat pesan tersirat dari mereka kalau sudah ada lagi orang yang pergi dari Estate itu.

Sungguh perkembangan kasus yang sama sekali tidak dia inginkan, sudah ada saja orang 'hilang' lagi tepat di bawah hidung mereka.

"Jadi Miss Katherine Taylor pun sudah ikut lenyap seperti Miss Dorothy Herring, begitukah, Mr. Akio?"

"Saya kurang suka berasumsi, Mr. Whetstone. Tetapi mengingat Ms. Herring juga pergi dengan meninggalkan surat sejenis, saya hanya bisa berharap Ms. Taylor tidak ikut menghilang."

Keningnya berkerut mengingat bagaimana terguncangnya teman sekamar Katherine Taylor ketika menyerahkan surat itu padanya. Entah apakah Maid itu menangis histeris karena takut diminta pertanggungjawaban atas kepergian Katherine atau karena ada sebab lain.

"Untuk sementara, kami akan membagi ulang beban kerja setiap staf. Jadi apabila Anda dan rekan Anda sedikit terabaikan, mohon dimaklumi."

Viper terdiam sejenak. Akio tidak menyangkal tuduhannya itu, tapi juga tidak membenarkannya. Apa mereka benar-benar sekedar menerima surat dari mereka yang "pergi", atau ada hal lain yang belum bisa mereka bagikan?

"Tenang saja, toh saya di sini tidak menuntut pelayanan, tapi saya menginginkan kebenarannya," ucap Viper tegas. "Apa boleh saya melihat surat ini? Untuk kepentingan investigasi, tentu saja. Dan bila ada hal-hal lain yang bisa anda atau Mrs. McFadden sampaikan berkaitan dengan kasus ini, saya harap kalian tidak sengaja menyembunyikannya untuk kepentingan pribadi maupun kelompok."

"Walau agak memalukan, saya merasa lega mendengar Anda tidak keberatan dengan keterbatasan kami, Mr. Whetstone."

Melihat Head Maid masih menggenggam lipatan surat yang ditinggalkan Ms. Taylor, Akio memberikan sinyal dengan anggukan kecil padanya, tanda dia memberi izin.

"Of course, Mr. Whetstone, Sir, " dia menambahkan dengan senyum ramahnya yang biasa.

Mendapatkan surat itu, Viper sudah dapat melihat perbedaan antara surat dari Katherine dan surat Dorothy, tapi ini bukan saatnya untuk menilik surat tersebut sementara dua yang sudah menyembunyikan soal ini ada di hadapannya.

"Apa dari kalian berdua ada yang tahu siapa yang berani mengancam para pekerja? Yah, selain kalian tentunya karena kalian berdua termasuk atasan para pelayan." Mata Viper menyipit. "Atau bahkan Tuan Myrtle tidak tahu apa yang sudah terjadi di bawah atap rumahnya?"

"Pegawai segan terhadap atasan dan kemungkinan kehilangan gaji bukankah itu wajar, Mr. Whetstone?" Akio memulai dengan retoris. "Apabila ada ketakutan lain yang bercokol dalam benak mereka, selama tidak mengganggu kinerja sehari-hari, saya rasa bukan masalah. Saya bukan orang yang akan menghakimi kepercayaan orang lain. Kalau dalam bahasa di tempat asal saya, iwashi no atama mo shinjin kara." (1)

Akio tidak menjawab pertanyaan pertama Viper, artinya yang berkuasa atas kebanyakan pelayan adalah dia sebagai Kepala Rumah Tangga dan Head Maid Mrs. McFadden. Mereka juga yang menerima surat dari para pelayan yang mengundurkan diri, juga surat yang bersifat lebih pribadi dari Katherine Taylor.

Viper mencerna ungkapan asing yang tidak bisa dipahaminya. Kalau memosisikan diri sebagai penerima upah dan pengupah, tentu para penerima upah segan dengan pengupah.

Sepertinya bila Viper terus mengumpan mengenai Tuan Myrtle, yang akan ditemuinya dari Akio adalah jalan buntu.

"Kalau begitu, atas sepengetahuan kalian sebagai yang berpangkat tinggi di antara para pelayan dan sesuai ucapan kalian berdua, kalian profesional, apakah Dorothy Herring dan Katherine Taylor berada dekat dengan lingkungan orang yang sama? Misal footman, tukang kebun, ... atau dokter?"

Akio mengernyit mendengar pertanyaan Detektif Viper kali ini.

"Maafkan ketidakpahaman saya, berada dekat itu maksudnya ... Secara badaniah berada di tempat yang sama?"

Viper sampai menekan batang hidungnya, mencari konteks yang lebih mudah dipahami Akio Kai yang mulai menanggapi kalimatnya secara denotasi.

"Maksud saya, apa dari pelayan dan staff terkait memiliki hubungan tertentu selain profesional? Atau mungkin ada juga kelompok-kelompok kecil. Mengingat pelayan yang 'mengundurkan diri' atau 'pergi' cukup banyak, saya rasa ada bibit masalah internal juga bukan, di antara para pekerja?"

Viper kembali melihat Mrs. McFadden yang memilih untuk bisu. "Kalau anda punya sesuatu yang bisa anda bagi, silakan saja, Mrs. McFadden."

Sementara mereka berdua berbicara, Mrs. McFadden berada di dekat mereka layaknya patung yang hanya akan bergerak ketika disuruh. Bukan kehendak Viper untuk memaksakan mulutnya bicara atau tangannya bergerak - tidak ketika ada kepala rumah tangga Myrtlegrove Estate di hadapannya.

"Untuk saat ini tidak ada, Mr. Whetstone," ucap Jane menggelengkan kepala.

Akio masih terdiam mendengar penjelasan ulang dari Detektif Viper. Wajahnya tak banyak perubahan ekspresi, tetapi kemudian tiba-tiba dia mengacungkan telunjuk seperti baru menyadari sesuatu.

 "Ah, rupanya begitu," dia bergumam. Cukup keras tetapi bukan ditujukan kepada siapa-siapa. "Jadi penyebab perseteruan antar pegawai bukan hanya karena rasa permusuhan atau persaingan yang berlebihan, hubungan pertemanan dan romantisme antar manusia juga ternyata bisa menjadi pemicu!" 

Kemudian Akio kembali melanjutkan dengan berseri-seri, "Terimakasih atas informasi baru yang Anda berikan, Mr. Whetstone. Sungguh sangat bermanfaat."

Viper mengernyit menghadapi momen eureka Akio yang ... salah tempat.

"Jadi anda mengiyakan soal adanya kemungkinan ini ada kaitannya dengan konflik asmara?" Rasanya tapi Viper tidak merasa demikian. Kalau masalahnya semudah itu, cukup mencari sumbernya saja, tidak perlu sampai menggeledah seisi Manor.

Viper berdeham. "Mr. Akio, anda belum menjawab pertanyaan saya. Apa dari sesama pelayan atau staf ada masalah satu sama lain atau tidak?"

"Mohon maaf, Mr. Whetstone. Sejujurnya, saya tidak terlalu tahu soal itu. Selama ini hubungan antar pegawai adalah hal terakhir yang kami perhatikan," jawab Akio. Ada sedikit penyesalan dalam suaranya.

"Seandainya saya memahami tentang hal ini sejak awal ...." dia tidak meneruskan kata-katanya. Hanya saja salah satu tangannya yang tidak disimpan di belakang punggung, terlihat menggenggam lebih erat.

Mata Viper menyipit. Memang dia bukan orang yang peka dengan segala gerak-gerik dan tingkah laku berkaitan emosi seseorang. Tugasnya sebagai detektif lebih untuk mencari celah dan menarik kebenaran, bukan sembarang menebak tanpa bukti.

Pembicaraan ini cukup bertele-tele sampai Viper lupa menyalakan rokok.

"Baik," Viper menjeda, mencanangkan semua informasi yang masih acak itu di kepala. "Karena hampir tidak ada keterkaitan antara Tuan Rumah dengan perangkatnya, saya kira masalah ini berawal dari sebuah ... peristiwa yang belum bisa saya pastikan. Tapi anda pun mengaku tidak tahu tentang hubungan antar pegawai, mau pun siapa yang terakhir berhubungan dengan Katherine Taylor dan Dorothy Herring ..."

Viper menyalakan rokoknya, satu tangannya masih menahan buku catatannya. "Kapan terakhir anda melihat Katherine Taylor, Mr. Akio?"

"Saya terakhir kali melihat Ms. Taylor di Annex, kemarin pagi, ketika para pegawai bersiap-siap untuk bertugas pada hari Anda berdua datang," Akio Kai menjawab setelah sebentar larut dalam pikirannya.

Kemarin pagi ... dan hingga saat ini, Katherine Taylor sudah lenyap tanpa jejak? Kapan dia bisa 'melarikan diri'? Dari mana dia pergi, atau dibawa pergi? Siapa lagi yang sempat melihatnya?

Perihal Dorothy Herring hampir terdengar seperti masa lalu yang sudah terlampau jauh untuk ditilik. Di mana benang merahnya?

"Apa tugas Katherine Taylor pagi itu, Mr. Akio? Bila anda masih melihatnya pagi itu, tidak mungkin dia pergi saja dari Estate tanpa melaksanakan tugas, bukan?"

Viper melirik ke arah Head Maid, "Apa anda sempat melihat atau berbicara dengan Katherine Taylor kemarin, Mrs. McFadden?"

Wanita itu terlihat sejenak gentar, mungkin atmosfir berat pembicaraan antara Akio dan Viper membuatnya kurang nyaman.

"Saya masih bertemu dengannya ketika sedang beristirahat siang hari. Dia memang menukar shift kerja dengan maid lain di sore hari." Jane mengembuskan napas pelan. "Dia berkata bahwa ada janji yang harus dia tepati di sore hingga malam. Hanya itu yang saya ketahui. Kami tidak mengatur hubungan personal para pekerja."

Viper mendecak, artinya Katherine Taylor memang sudah keluar dari Estate dan hingga pagi menuju siang ini, dia tidak kembali ke Estate dan telah meninggalkan surat pribadi.

Apa ada cara untuk mencari tahu kemana dia pergi atau siapa yang ditemuinya? Kalau benar-benar Katherine Taylor menambah daftar panjang korban, usahanya sia-sia.

"Terima kasih atas jawaban kalian." ucap Viper, dia mencatat sesuatu di bukunya sambil menikmati rokoknya yang sudah hampir habis lagi.

Buntu lagi, kah?

"It's a pleasure, Mr. Whetstone, Sir, " timpal Akio seraya menundukkan kepalanya, santun.

Ketika dia menegakkan kepala matanya tertuju pada rokok yang terselip di jemari kasar Detektif Viper. "Sedikit pertanyaan, Sir—apakah Anda berminat dengan cerutu?"

Viper menyundutkan rokoknya yang habis. Tangan kanannya sudah berganti halaman mencatat, kemudian terdapat tawaran cerutu dari Mr. Akio.

"Cerutu?" Viper sedikit mendengus. "Rasanya saya tidak akan terbiasa untuk menyesap barang semahal itu."

Akio mengangguk, "Memang agak terlalu intens."

Namun pandangan matanya masih belum berpindah. "Ah ... bagaimana dengan mini cigar? Cerutu yang ukurannya seperti rokok pada umumnya, tidak terlalu berat, saya rasa?"

Viper tersenyum tipis. "Terima kasih atas tawarannya, tapi maaf saya harus menolaknya. No hard feelings, Mr. Akio."

Matanya melihat ke arah jendela, matahari sebentar lagi ada di tengah-tengah langit, pagi sudah meluncur ke siang dan Viper hanya bisa jalan di tempat dengan kemungkinan adanya korban baru, dan para pelayan yang memilih bisu.

"Toh sebentar lagi waktunya ... ah, makan siang? Elevenses? Saya tidak tahu jam makan di Estate ini."

Viper mengantongi buku catatannya. Sepertinya hanya itu yang bisa dia dapat dari Akio Kai dan Jane McFadden untuk saat ini.

Saya mengerti," jawab Akio menimpali, dengan senyumnya yang biasa.

Bunyi lagu pendek pertanda lonceng jam besar di Living Room akan berdentang menyela pembicaraan mereka.

"Walau sudah lewat dari elevenses, sayangnya Anda benar, sebentar lagi waktunya makan siang."

Setelah Akio mengucapkan itu jam besar berdentang kencang, berturut-turut, hingga 12 kali. Dia pun sontak mengerling pada Mrs. McFadden.

"Mrs. McFadden, sepertinya sebentar lagi dapur harus mulai menyiapkan makan siang."

Butler itu pun bergegas untuk melaksanakan tugas berikutnya dan hendak meninggalkan ruang tengah.

Sulit berkilah di balik Akio Kai ketika pria itu tampak selalu berkuasa di antara para pelayan di bawahnya.

Ketika Akio mulai berfokus dengan persiapan makan siang dan sebelum Mrs. McFadden terlalu sibuk dengan apa yang diminta sang butler persiapkan, Viper berbisik.

"Mrs. McFadden, anda belum sempat menjawab soal ini."

Viper menunjukkan secarik kertas lain di balik kertas yang diberikan Akio untuk Viper bisa memeriksa jadwal pegawai: secarik kertas yang ditemukannya di perapian berisikan nama 'Dorothy'.

"Karena saya tidak bisa bertanya pada Katherine Taylor yang menggunakan perapian, saya harap anda-lah yang bisa menjawabnya untuk saya."

Jane McFadden, sayangnya, memilih bungkam.

Keengganan maid itu sekali lagi adalah hambatan untuk Viper, namun sebagai seorang detektif, dia tidak punya dalih untuk terus memaksa dan membuat saksi atau orang terkait tidak nyaman.

"Baiklah kalau anda memilih untuk tidak memberitahu saya. Saya akan mencoba mencari perspektif lain." ucapnya.

Viper menyalakan rokok berikutnya dan segera memutar badan, angkat kaki dari ruang tamu itu.

Tidak berkenan untuk kembali ke dining room untuk makan siang, Viper berjalan kembali ke ruang tempat mereka kemarin pertama kali datang: ante room.



Salah satu alasan Viper menuju ante room selain mendinginkan kepala adalah memeriksa kembali catatannya di tempat yang tidak banyak orang berlalu-lalang. Meladeni mereka yang sudah dilatih untuk tidak banyak bicara dengan orang luar sepertinya sungguh merepotkan, buang-buang rokok saja.

Di satu sisi, Viper juga tidak ingin memberitahukan pada siapa-siapa tentang apa yang sudah diketahuinya, dan garis besar yang didapatkannya dari berbicara dengan Mrs. McFadden dan Akio.

Viper mengedarkan pandangan ke ante room yang kosong. Kalau tidak salah, kemarin rekannya itu entah kenapa terkilir saat memeriksa foto dan dinding di ruangan ini.

Foto lengkap keluarga Myrtle dengan Henry Myrtle yang masih muda, pungkasnya. Viper pun menghisap rokoknya sambil mencari apa yang telah terlewatkan dari bingkai dan dinding ini.

Viper membuka buku catatannya dan menatap foto-foto itu satu persatu dan mulai mencatat sambil sesekali diam untuk menyundutkan rokok.

Foto pertama sepertinya adalah awal hidup Henry Myrtle dengan istrinya yang tampak menggendong anak laki-laki yang masih balita. Foto berikutnya, Henry Myrtle yang mulai menunjukkan kerut usia di wajahnya, tengah bergandengan tangan dengan anak laki-laki yang kini lebih tinggi dan lebih besar. Viper menaksir umur anak itu sekitar 10 sampai 12 tahunan.

Dari dua foto itu, Viper menarik kesimpulan bahwa Nyonya Myrtle telah berpulang, atau mungkin beliau sudah tidak bersama Henry karena alasan tertentu.

Foto ketiga yang dilihat Viper bukanlah foto Henry Myrtle, namun foto seorang muda yang bagai pinang dibelah dua dengan Henry muda di foto pertama. Melihat baju tentara dan pangkat yang ada di seragamnya, Viper mengira perwira muda ini berumur sekitar 20 tahunan, usia yang umum bagi prajurit baru yang hendak dilepas untuk mati di medan perang.

Di sana tertulis dengan tulisan tegak bersambung: The Beloved John Myrtle, 1916.

Viper mendengkus pelan, fokusnya pecah melihat tahun itu tertera di sana. Tapi bukan saatnya dia merasa sentimental. John Myrtle sudah tiada, entah pergi di medan perang sebelah mana.

Foto terakhir adalah foto manor Myrtlegrove saat pertama kali dibangun. Henry Myrtle, kini sudah lebih tua dari foto kedua, berdiri seorang diri di depan Estate yang masih berupa kerangka.

Butuh empat foto saja untuk menggambarkan begitu nahas kehidupan Henry Myrtle, Viper sekedar menunduk sejenak tanda simpati.

Belum selesai Viper dikejutkan dengan kehidupan pemilik Myrtlegrove Estate yang dirangkum dalam empat foto, ketika Viper berjongkok untuk memeriksa dinding di dekat foto-foto itu, dia menemukan bercak kehitaman yang pernah dilihatnya sebelumnya.

Bercak hitam yang mirip dengan apa yang membekas di tempat lilin tergambar di sana, namun bekasnya telah samar.

Viper menoleh ke sekitarnya. Di ante room tidak ada perabot mencolok atau tanda barang-barang yang telah digeser, segalanya rapi seperti saat pertama Viper dan asisten datang ke sana.

Kapan noda di dinding ini dan di tempat lilin itu ditinggalkan, kalau begitu? Apa korelasinya selain pelaku yang sudah melakukan ini membuang jejaknya ke arah dining room, dan mungkin hendak menyalahkan siapa pun yang tengah bertugas di dekat perapian?

Viper tengah menyambungkan beberapa pokok pikiran di dalam benaknya ketika suara riang menyapanya di ante room yang kosong melompong itu.

"Hai, Detektif Whetstone!" Mario Mitford kini lebih rileks ketimbang pagi tadi. Mungkin ada beberapa penemuan petunjuk baru yang dihampirinya setelah mereka berdua berpisah jalan.

"Kira-kira, apakah malam ini kau luang? Aku mau memberikan foto-foto yang sudah kudapat semalam dan hari ini." Alis Mitford sedikit berkerut. Dia tampak mengingat sesuatu yang tidak mengenakkan. "Dan ... sebelum aku kembali ke kamar untuk cuci foto, apa kau butuh bantuanku?"

Viper menoleh ke arah pintu pembatas ruang, Mitford tampaknya tengah menuju tempat lain dan dia sekedar memberitahukan Viper. Dari ekspresinya yang riang, Viper menebak rekannya itu mungkin mendapat sesuatu.

"Sudah sana, cuci fotonya dulu. Ini masih terlalu dini," Viper melirik ke arah belakang sang reporter. Ekspresinya datar. "Dan dinding bisa saja mendengar kita mengoceh, kita bisa dianggap telah membahayakan para penghuni di dalamnya."

Dia benar-benar menekankan apa maksudnya, tanpa melebih-lebihkan.

"Oke, sampai jumpa kalau begitu!" Mario melenggang begitu saja, meninggalkan Detektif Whetstone seorang diri di ante room.

Viper memeriksa buku catatan untuk memastikan apa yang didapatnya di ante room baru saja terekam sempurna tanpa terkecuali.

Sedikit yang didapat Viper hari ini, tapi juga banyak yang perlu dicerna.

Para pekerja yang antipati. Mereka yang memutuskan untuk diam karena merasa itu bukan urusan mereka atau mereka sangat ingin tahu. Mereka yang memang terlibat tapi memilih tidak pernah tahu apa-apa.

Tugas detektif adalah membuat mereka bicara karena fakta, tapi tidak mungkin dia memaksa dengan terus bluffing.

Viper memutuskan kembali ke kamarnya lebih awal untuk menyusun informasi. Nantinya Mitford akan datang dengan foto yang didapatnya dan mereka dapat berdiskusi.

Beberapa kepala yang ingin dia interogasi sudah diceklis, tinggal bagaimana Viper memanfaatkan kesempatannya lagi di kali berikutnya.

Kalau dia punya kali berikutnya, tentu saja.



Malam yang datang tidak juga membuat suasana lebih tentram.

Benaknya yang mengacu pada banyak kemungkinan belum juga bisa tenang. Dia tidak suka berada satu langkah di belakang entah siapa 'pelakon utama' di acara ini.

Pertanyaan di hari pertama investigasinya lantas tidak terjawab di hari kedua, masih banyak lagi cabang-cabang untuk ditelusuri dan pendekatan yang dapat ditilik untuk merangkai hipotesanya.

Apa yang menarik dari hari ini adalah kemungkinan bahwa 'pelenyapan' ini berkaitan erat dengan hubungan pribadi antar pekerja di Estate, yang mungkin saja tidak diketahui sang majikan yang larut dalam memori masa lalu dan hidup di masa sekarang yang pahit.

Viper baru saja selesai menulis kembali diagram korelasinya ketika pintu kamarnya diketuk. Suara ringan milik Mitford menyusul kemudian.

Mitford dalam balutan kemeja putih polos dan celana selutut tartan coklat muda selalu menampakkan dirinya yang sebenarnya ketika mereka cuma berdua - wanita yang serba ingin tahu.

"Permisi, Detektif!"

"Masuk." ucap Viper. Dia sudah menyalakan rokok lagi ketika Mitford mempersilakan dirinya sendiri ke kamar detektif.

"Jadi, apa saja yang kau dapat hari ini?"

Beberapa lembar foto dan robekan koran Mary letakkan di meja. Ia memisahkannya satu per satu.

"Tempat lilin yang kemarin." Wanita berkulit pucat itu meminggirkan foto yang dimaksud. "Foto sudut kamarku—tadi pagi ada yang muncul di sana tapi aku tak bisa memastikan. Dia keburu hilang. Jadi, aku hanya memotret bekas tempatnya." Mitford meraih robekan kertas dengan tulisan RUN dari Ms. Adaline. "Yang ini dari Ms. Adaline tadi pagi. Katanya, saat bangun tidur, robekan koran beberapa bulan yang lalu bertebaram di sekitarnya dan ada kertas ini."

Wanita itu menarik napas sejenak, menunjukkan foto berikutnya. 

"Ini foto-foto buku di perpustakaan yang cukup bisa dibaca. Mungkin berguna untuk dianalisis." Lantas, gadis itu menggigit bagian bawah bibir tipisnya, memasang tampang bersalah. "Yang lainnya ... rusak. Atau blur. Maafkan aku."

Viper mengamati foto-foto yang dijajarkan Mitford di atas mejanya. Foto-foto yang masing-masing menyimpan rahasianya.

"Sudut kamar? Ah, jadi benar kau melihat hantu?" Viper menarik foto itu terlebih dahulu. Tidak terlalu jelas siapa figur atau sisa bayangan yang tertangkap di sana, tapi pastinya tidak ada 'hantu', ini kemungkinan seseorang yang hendak melakukan sesuatu di sekitaran kamar Mitford. Bukan tiba-tiba objek melayang layaknya fenomena poltergeist.

Berikutnya ada foto robekan kertas yang didapati Miss Adaline di depan kamarnya, perintah untuknya 'lari'. Mengingat apa yang terjadi dengan Katherine Taylor, Viper tidak habis pikir ada pihak yang ingin memberitahukan maid yang masih terbilang baru seperti Miss Adaline untuk pergi.

Lalu ada beberapa foto buku-buku dari perpustakaan yang bisa diambil Mitford, dan wanita itu bilang sisa foto lainnya rusak.

"Hm. Tidak masalah. Terima kasih." Viper menyundutkan rokoknya dan memulai batang baru. Dia harus mulai menelaah foto ini satu persatu.

"Omong-omong, kau dengar kalau salah satu maid, Katherine Taylor, tidak kembali ke Estate sejak pergi dari sini kemarin?"

Mary Mitford bersandar di dekat meja, tubuhnya condong ke arah Viper. Dia perlahan mengikuti paparan Viper sambil berpikir.

"Entah hantu entah bukan. Yang jelas aku hanya ingat dia menatapku nanar dan rasanya merinding." Mitford menghela napas. Matanya lalu membulat mendengar pertanyaan terakhir dari Viper soal Katherine Taylor. "Aku baru dengar. Tadi aku bertemu dengan Mr. Kai dan Ms. Adaline, tapi sama sekali tidak mendengar kabar itu. Dia hilang tanpa jejak?"

Viper mendengarkan apa yang sudah Mitford bisa dapatkan hari ini, utamanya pembicaraan Mitford dengan tukang kebun keluarga Myrtle, kecurigaan yang terendus dari pribadi riang Dokter Harold Wayne, dan sedikit banyak keraguan dari mulut Gaela Adaline.

Paling tidak, sudah jelas kalau Dokter Harold Wayne adalah seorang womanizer di balik sisi profesionalnya.

"Yah ini baru sehari, sih. Tapi sudah terlalu sulit untuk menelusuri mereka yang pergi - entah kenapa Myrtlegrove Estate tidak pernah menerima kembali mereka yang kabur atau entah 'diminta' pergi." tukas Viper menanggapi soal Katherine Taylor.

"Semua pekerja di sini lebih senang bungkam ketimbang terancam posisinya, atau mungkin mereka juga takut dihilangkan. Yang bisa kutarik kesimpulannya adalah beberapa pekerja kemungkinan punya hubungan khusus, dan itu bisa jadi salah satu penyebab segala masalah yang bermunculan."

Viper membuka catatannya lagi.

"Tidak hanya Richard, Mrs. McFadden pun bisu ketika ditanya banyak soal Katherine dan Dorothy," Viper membalik halamannya dengan sebelah tangan. "Lalu bercak di dinding ante room tampak identik dengan bekas yang ada di tempat lilin dining room ..."

Matanya melirik ke arah foto-foto dari Mitford lagi, sepertinya ia menemukan sesuatu yang ganjil saat mereka berdua tengah menyamakan persepsi. Mitford kembali meracau soal tukang kebun dan Harold.

"Kalau dari cerita Richard, rasanya aku ingin coba mendekati Dokter Harold, deh, untuk tahu lebih banyak." Mitford mengernyitkan hidung. "Sepertinya orang itu bisa dekat dengan segala jenis manusia selama ia mau. Tadi pagi juga dia kelihatannya lumayan akrab dengan Ms. Adaline di dining room."

"Aku belum bisa melihat benang merah yang jelas, sejujurnya. Semuanya begitu mencurigakan. Belum lagi pemilik manor ini yang tak pernah terlihat ...."

Viper membenarkan jalan pikiran Mitford dengan sedikit dengung. Dia lalu perlahan mengurai satu-persatu.

"Saat ini, seperti yang Mr. Akio coba katakan, tampak Tuan Rumah tidak pernah tahu apa-apa soal kejadian ini atau sejenisnya. Melihat masa lalu beliau pun, rasanya tidak aneh bila beliau hanya sekedar tahu tapi tidak berbuat apa pun karena beliau dikabarkan sakit - atau yah, sudah tidak mampu berbuat apa-apa dalam kasus ini." tukas Viper menyimpulkan.

Mata kelabunya berkilat melirik Viper. "Omong-omong, apa yang kau lihat di ante room tadi? Wajahmu tampak sedikit sendu—ah, maafkan aku yang sok tahu ini."

Dia sengaja menjeda, Mitford selalu takut mengundang amarahnya. Viper menjepit rokoknya ketika Mitford mengucap soal dia yang tengah melihat foto keluarga Myrtle di ante room.

"Hm? Ah, cuma kebetulan melihat tahun yang familier, 1916. Sepertinya Myrtle muda kehilangan nyawanya juga di medan perang." jawab Viper datar.

Wanita itu mengatupkan bibir. Dia jelas juga paham tentang 1916. Andai saja Mary Mitford tidak berbicara dengannya seputar kejadian Somme dan apa yang dia ketahui tentang seluk-beluk kematian tentara-tentara itu, Mitford tidak akan ada di tempat itu sekarang.

"Kalau yang kau lihat di perapian kemarin malam?" wanita itu mencoba mengalihkan topik. "Kemarin aku tidak sempat memperhatikan betul-betul dan fotonya rusak, jadi aku tidak tahu itu apa."

Viper mengeluarkan kertas yang ditemukannya di perapian, sebuah potongan yang tidak terbakar berisi nama 'Dorothy' yang ditulis tangan.

"Kemungkinan bagian dari sebuah surat, tapi sayangnya yang memakai perapian itu terakhir adalah Katherine Taylor ... Dan kau tahu nasib Katherine Taylor sekarang, lenyap."

Mereka terdiam sejenak. Masih mereka sibuk mencari sebab, sudah ada lagi nama yang harus lenyap. Mereka berdua masing-masing berpikir, walau dengan polaritas berbeda.

"Apa yang mungkin dilakukan seorang dokter dan seorang wanita di taman yang lebih mirip hutan mungil?" Wanita itu menatap jendela. Ia lantas bersedekap saat gumamannya itu meluncur. "Tiga hari lagi, ya, kita di sini?"

"Kau mencurigai Dokter Wayne, Mitford?" tanya Viper, mendengar ucapannya itu. Tiga hari lagi sebelum mereka akan angkat kaki dan segalanya belum terlihat jelas. "Yah, kalau kita tidak dilenyapkan, sih, mungkin kita masih punya tiga hari." Viper mengedikkan bahu.

"Eh, bukan." Mitford geleng-geleng atas Viper yang menyebutkan soal dia yang curiga soal Dokter Harold Wayne. 

"Aku cuma kepikiran ucapan Richard. Dia bilang, wanita-wanita yang hilang dari tempat ini juga pernah dibawa Dokter Harold ke sana, tapi kapan dan untuk apanya aku tidak tahu. Lalu aku jadi kepikiran, apa yang mungkin mereka lakukan di sana? Apakah itu bisa membuat orang kabur?"

Mitford mengerjap, terus menjelaskan saat Viper memintanya menerangkan seputar Harold Wayne dan Gaela Adaline. 

"Untuk Ms. Adaline ... Aku merasa ada yang ingin ia sampaikan lagi selain kertas koran itu, tapi tadi dia diam saja saat kutanya di library room. Entah memang tidak ada apa-apa lagi atau ada yang disembunyikan. Seperti katamu, orang-orang di sini sungguh tertutup."

Dokter Harold Wayne, pikir Viper. Keterikatannya dengan beberapa wanita di Estate sepertinya lebih intim dari apa yang Viper bisa simpulkan, walau itu bukan urusannya seberapa banyak kasur yang sudah dia tiduri atau seberapa banyak wanita yang sudah ditipunya.

"Hmm, jadi Dokter Wayne mengencani beberapa maid? Ya, bisa saja itu menjadi masalah, tapi itu hanya menjelaskan sisi para pekerja wanita yang hilang, mereka mungkin diminta atasan untuk tidak mencampur hubungan profesional dengan pribadi - dan mungkin konflik asmara muncul saat para wanita tahu kalau Harold Wayne tidak mengencani satu wanita saja."

Itu hanya sekedar hipotesa. Bisa saja dia salah. Walau demikian, konflik asmara yang bertumpu pada Harold Wayne tidak bisa menjelaskan lenyapnya pekerja pria atau posisi Richard.

Viper mengambil salah satu foto dan mendorongnya ke dekat Mitford, menunjukkan apa yang ditemukannya sembari mereka berdua membagi informasi seputar sang maid dan sang dokter hidung belang.

"Tidak ada yang aneh lagi di kertas koran dari Miss Adaline, tapi ..." Viper menunjuk foto sisa bayangan di kamar Mitford. "Di sini, di dekat plafon, sepertinya ada lubang untuk orang bisa memanjat dan sembunyi."

Mata Mitford memicing demi melihat area dekat plafon yang Viper maksudkan. Lantas, gadis itu meneguk ludah. Itu artinya, kamarnya bisa dimasuki sesuatu—atau seseorang?

Saat Viper menarik foto itu, dia menangkap jelas kegundahan reporter wanita itu. Mungkin ini adalah hal yang membuat paranoid, tapi ketakutannya tervalidasi, mengingat dengan mudah pekerja di bawah atap itu 'hilang'.

"Kalau dia muncul lagi ... gimana?" Suaranya mencicit. 

Viper menghela napas, memikirkan solusi.

"Apa, kau mau numpang bermalam di sini? Atau kita tukar kamar?" Toh Viper juga paling tidak banyak menggunakan kamarnya untuk tidur.

"... Lalu, apa perlu kita laporkan ini pada si butler? Entah apa alasan yang nanti dibuatnya."

Wanita itu mendadak berekspresi lain. Salah tingkah. Viper sekedar bertopang dagu.

"T-Terserah kau sajalah. Kau sendiri lebih nyaman bagaimana?" ungkap wanita itu dengan gugup. "Untuk laporan, mungkin besok pagi? Kasihan Mr. Kai, pasti ia lelah. Lagipula, siapa tahu ada titik terang baru dari sana."

Viper terdiam sejenak. Rokok di tangannya habis, ia bersedekap mendengar keputusan Mitford soal memberitahukan ini pada Akio.

"Ya sudah, kita bertukar kamar saja." Viper memutuskan. Dia memasukkan buku catatan lusuhnya kembali ke saku. "Ada lagi yang perlu kita diskusikan? Selain ... ah, mungkin kau harus coba bertanya soal Dorothy dan potongan kertas di perapian itu pada Mrs. McFadden, mungkin karena sudah ditekan beberapa kali, akhirnya dia bicara."

Kalau maid kepala itu akhirnya mau bicara dan tidak ada lagi hambatan bernama Akio Kai yang seperti mercusuar di tengah-tengah laut dalam.

"Aku belum punya bahan untuk didiskusikan kembali, sih ...." Memang sudah tidak ada lagi yang bisa digali untuk malam ini. Semua kartu sudah dibuka di atas meja. "Baiklah, besok aku akan pergi ke living room. Kebetulan memang aku belum berkenalan dengan Mrs. McFadden."

Wanita itu kembali berulas senyum dan mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Detektif. Maaf aku merepotkanmu."

Viper mengangguk pelan menanggapi Mitford, dia sudah memutar badan ke arah pintu untuk segera menuju kamar Mitford sebelum ada yang melihatnya bertukar kamar dengan sang reporter.

Semoga saja tidak ada kejadian kurang mengenakkan antara malam dan pagi berikutnya.



Viper yang memutuskan untuk menukar kamarnya dengan Mary Mitford segera mengunci pintu setelah mendapati lorong kosong. Matanya menatap langit-langit yang dicurigai memiliki celah cukup untuk orang masuk atau keluar, atau mungkin bisa menyusupkan barang.

Apa pernah ruangan ini menjadi saksi untuk sesuatu? Ah, tapi pastinya ruangan sudah dibersihkan untuk menerima para tamu yang tidak diundang.

Rahasia di Estate ini jelas sangat dalam mengingat lima tahun sudah berselang sejak 'korban' pertama jatuh. Dari kemungkinan orang-orang hilang ini memang sengaja dihilangkan karena hubungan 'asmara' antar karyawan, atau mereka yang sudah berusaha memanfaatkan 'kebaikan' Tuan Rumah lalu menjadi serakah dan harus dilenyapkan, semua kemungkinan itu belum bisa dipersempit.

Viper hendak kembali mengulang isi buku catatannya saat dia melihat sebuah surat di atas meja Mitford - surat yang dikirim oleh Gaela Adaline.

Mr. Mitford, maafkan ketidaksopanan saya yang menolak untuk berbicara langsung, tapi saat ini saya masih belum percaya dengan beberapa orang di manor, saya khawatir salah satu dari mereka akan mendengar ucapan saya jadi saya menulis surat ini.

Saya menemukan suatu kotak yang cukup mencurigakan. Agak tersembunyi dibalik buku-buku, kotak itu terkunci. Dan mungkin Mr. Mitford sudah mengetahuinya, tapi terdapat beberapa buku terkait sekte-sekte aneh yang saya temui juga.

Saya masih belum tahu apa isi dari kotak tersebut, tapi saya harap Mr. Mitford bisa mencari tahu hal itu dan menangkap dalang dibalik semua ini.

Sebelumnya terima kasih sudah membaca surat saya.

Gaela.

Ada buku terkait sekte keagamaan dan kotak, Viper menulis detail surat itu ke buku catatannya. Karena yang mendapatkan petunjuk ini adalah Miss Adaline dan maid itu mempercayakan Mitford, Viper memilih untuk menanti Mitford memperlihatkan buku dan kotak yang dimaksud padanya nanti. Tidak baik bila dia mengingkari kepercayaan Miss Adaline pada Mitford.

Viper menyandarkan bahunya ke kursi, dan mulailah dia memantik sebatang rokok lagi sambil dia menekan batang hidungnya gusar. Kacamata hitam yang selama ini menutupi mata kiri yang sudah tidak lagi mampu melihat jelas itu ditanggalkannya, sementara matanya terpejam, mencari petunjuk yang mungkin dia lewatkan dalam pencariannya hari ini.

Keengganan pelayan yang berpangkat di bawah Akio untuk membuka mulut. Tukang kebun yang bahkan takut bicara terlalu banyak dan khawatir akan dilenyapkan. Dokter Wayne yang sepertinya sudah mengencani beberapa maid dan berkontribusi menimbulkan konflik asmara. Akio Kai yang mungkin saja memiliki hubungan non-profesional dengan salah satu korban. Katherine Taylor yang tampaknya menemukan sesuatu di perapian, kemudian dia hilang bak asap saat menemui 'seseorang' di luar Estate untuk hal yang dirasanya penting. Tuan Rumah yang lepas tangan akan semua ini, bahkan sejarahnya yang kelam sama sekali tidak memiliki sangkut paut dengan para pekerja yang lenyap.

Viper membuka matanya lagi, menghembuskan asap pekat rokok ke kamar yang dihuni sang reporter.

Apa karena mata kirinya sudah tidak dapat melihat, apa yang ada di depannya pun luput dari pengetahuannya?

Tiga hari tersisa. Waktu semakin menipis. Keberadaan mereka berdua sebagai tamu sudah makin mengusik penghuni rumah.

Viper menyalakan satu batang Lucky Strike lagi, membiarkan malam larut.

***

(1) Iwashi no atama mo shinjin kara; peribahasa Jepang yang bisa diartikan 'bahkan kepala sarden (ikan) saja bisa menjadi objek sesembahan'. 

Konteks penggunaan kalimat ini oleh Akio adalah dia tidak menghakimi kepercayaan seseorang, karena semua objek/keyakinan tertentu bisa menjadi sumber kepercayaan tiap pribadi yang berbeda.

.

Apa anda bingung? Tenang saja, saya yang jadi handler Viper pun bingung.

Silakan mampir ke sudut pandang para pemain lain di RP ini, seperti biasa, karena mata kami mengamati hal-hal yang berbeda dan mengalami kejadian yang berbeda pula.

Harold Wayne - amelaerliana

Mario "Mary" Mitford -  izaddina

Gaelia Adaline -  Nanaasyy

Akio Kai -  Catsummoner

NPC, Jane McFadden/Richard -  PhiliaFate

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro